Dendrobium utile atau Diplocaulobium utile adalah nama lain dari flora anggrek serat yang banyak tumbuh di pedalaman Sulawesi hingga Papua. Tanaman ini termasuk ke dalam jenis tanaman epifit, yaitu tanaman yang hidup menumpang pada tanaman lain yang sudah tua namun tidak menjadi parasit. Tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan dipelihara dalam pot. Ciri khas lain dari flora ini adalah biasanya memiliki umur yang tergolong pendek dan sulit hidup di tempat yang bukan merupakan habitat aslinya. Dapat dikembangbiakkan baik secara vegetatif, melalui kultur jaringan dengan membelah-belah rumpunnya yang nantinya akan menghasilkan akar sendiri dan menjadi tanaman mandiri, juga secara generatif, menggunakan biji yang dihasilkan dari proses penyerbukan.
Anggrek serat merupakan salah satu flora identitas Provinsi Sulawesi Tenggara, dikenal dengan nama lokal anomi, anemi, atau alemi. Selain memiliki bunga, anggrek serat ini memiliki umbi semu yang mengkilat, dan sangat menarik. Berwarna hijau kekuning-kuningan, tumbuh merumpun dengan rimpang berruas pendek, langsing, dan memanjang agak pipih serta mengeras dan menyempit ke bagian ujungnya. Pada ujung umbi semunya terdapat daun yang berbentuk menyerupai lanset. Sesuai dengan namanya, anggrek serat ini memang memiliki kandungan serat yang banyak yang terdapat pada sepanjang umbi semunya. Serat inilah yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat, khususnya di Kab. Konawe di dalam membuat berbagai jenis kerajinan tradisional yang bernilai jual tinggi. Untuk mendapatkan serat dari umbi semu tanaman ini haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti sekali. Pertama-tama umbi semunya dibelah-belah secara memanjang dan dipipihkan. Selesai dipipihkan, pita-pita serat basah yang diperoleh dililitkan pada sebatang balok kayu bulat lalu dijemur. Setelah pita serat menjadi kering, kita mendapatkan bahan anyaman yang halus, mengkilat, dan berwarna kuning keemasan. Bahan anyaman ini dapat diwarnai sesuai selera dan siap diolah menjadi beragam jenis kerajinan khas seperti gelang, tas kecil, hiasan tepi tikar, atau barang kerajinan lainnya.
Dikarenakan teksturnya yang halus dan mengkilat, dan juga semakin sulitnya mendapatkan bahan baku anggrek serat menjadi faktor penyebab mahalnya jenis kerajinan ini. Populasi anggrek ini terus menurun setiap tahunnya dikarenakan pemanfaatan produksi kerajinan yang berlebihan namun tidak disertai pembudidayaan yang seimbang. Selain itu, penebangan pohon dan pembukaan lahan hutan semakin mempersempit ruang dari habitat asli tanaman ini. Melihat potensinya, sudah selayaknya tanaman anggrek serat ini terus dikembangbiakkan demi kelangsungan keanekaragaman hayati dan konsumsi kebutuhan manusia itu sendiri.