Engkalingaki’ céddé’ ada. Artinya: Dengarkanlah sedikit kata
Oleh: Faisal (Pamong Budaya BPNB Sulsel)
Masyarakat dunia termasuk Indonesia dilanda kecemasan dan ketakutan akibat pandemi covid-19. Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mencegah meluasnya dan menghentikan penyebaran virus tersebut, dengan gerakan #dirumahsaja #physicaldistancing #pakaimasker #cucitangan #bekerjadarirumah #belajardarirumah #shalatdirumah #tidakmudik, dan sebagainya.
Tidak hanya sebatas tagar, tapi pemerintah juga memberi fasilitasi berbagai kegiatan dan aktifitas untuk mendukung masyarakat yang terdampak. Namun demikian masih banyak orang tidak mengindahkan instruksi tersebut, dan masih berkeluyuran di jalanan dan tempat umum. Ketidakpatuhan dalam mengikuti himbauan, terasa mengesalkan. Orang Bugis menyatakan kekesalan terhadap perilaku demikian dengan peribahasa, “Engkalingaki’ céddé’ ada”
Peribahasa éngkalingaki’ céddé’ ada menghimbau kepada semua orang untuk mendengar, memahami dan mematuhi instruksi Pemerintah demi kepentingan bersama seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi tidak semua orang dapat menerima dan mendengarnya, mungkin ada yang merasa dirinya, lebih hebat, lebih pemberani, lebih alim, sehingga menunjukkan sifat egois, sombong dan angkuh, dengan berbagai alasan yang terkesan tidak logis untuk mendukung tindakannya yang bebal.
Sementara orang yang peduli terhadap instruksi pemerintah tersebut dianggapnya orang penakut. Pada hal orang seperti ini memiliki kepedulian sosial yang tinggi, karena patuh, disiplin, empati terhadap sesama, solidaritas dan gotong-royong.
Orang yang peduli terhadap instruksi pemerintah bukan hanya untuk kepentingan dirinya dan keluarganya saja, tetapi juga untuk orang lain yang ada di sekitarnya. Menjaga diri sendiri dengan cara memakai masker dan tidak keluar rumah berarti menghindari tertular virus corona dari orang lain. Sebaliknya, tidak menularkan virus corona kepada orang lain. Mari kita bersama memerangi covid-19 dengan cara “Engkalingaki’ Céddé’ Ada.