”Punna sunggu empoannu, sannammi katalassannu urangi tongi tunaya na to kasiasia.” Artinya, Jikalau sudah senang dan bahagia hidupmu ingat kepada orang miskin.
Oleh: Abdul Asis (Peneliti BPNB Sulsel)
Pengaruh perkembangan zaman membuat orang lebih cendrung ke arah modernitas. Namun tidak boleh melupakan akar budaya yang telah ada, seperti ungkapan tradisional yang banyak terdapat di seluruh Nusantara. Oleh karena di dalam ungkapan tradisional terdapat banyak petuah yang mengandung kearifan lokal untuk dipedomani. Melupakan kearifan lokal, berarti mengingkari eksistensi warisan budaya leluhur yang sangat bernilai tinggi. Demikian pula, dengan mengungkap kembali budaya lokal tidak berarti harus kembali hidup ke zaman lampau. Akan tetapi, makna ungkapan tradisional itu harus diterapkan agar memberi warna baru dalam kehidupan sosial, tanpa meninggalkan akar budaya aslinya. Dampaknya, agar makna ungkapan tersebut tetap lestari dan eksis. Patut diakui, bahwa ungkapan tradisional bukanlah sesuatu hal yang baru, tetapi telah lama tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Demikian halnya pada masyarakat Makassar memiliki banyak ungkapan tradisional, yang merupakan warisan leluhurnya.
Ungkapan tradisional Makassar banyak mengandung makna moralitas berisi kearifan lokal, yang perlu diamalkan bagi setiap individu dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Makna moralitas tersebut, antara lain: mengajarkan kepada manusia agar bersikap jujur, disiplin, saling menghormati, dan peduli terhadap sesama manusia.
Terkait dengan pandemi covid-19, banyak warga masyarakat yang merasakan dampaknya. Menambah jumlah masyarakat miskin akibat kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan. Membuat mereka berpikir panjang dan memutar otak untuk tetap bertahan hidup. Sementara pemerintah mengharuskan agar tetap #diam dirumah saja, untuk memutus mata rantai penyebaran wabah penyakit corona tersebut. Di sisi lain, bantuan pemerintah tidak seluruhnya dapat mengakomodasi seluruh warga yang kurang mampu. Dalam situasi dan kondisi seperti ini merupakan momen yang sangat tepat bagi orang yang memiliki harta yang relatif banyak untuk disedekahkan kepada orang yang membutuhkan.
Masyarakat Makassar memiliki ungkapan ”Punna sunggu empoannu, sannammi katalassannu urangi tongi tunaya na to kasiasia”, yang berarti jikalau sudah senang dan bahagia hidupmu ingat kepada orang miskin. Ungkapan ini mengajarkan kepada setiap orang yang sudah mapan ekonominya, hendaknya memiliki sifat kepedulian sosial yang didorong oleh nilai solidaritas dan tolong menolong sesama manusia. Sifat tersebut diamalkankan dalam bentuk bantuan sosial kepada orang yang kurang mampu.
Sifat kepedulian sosial bagi orang Makassar lahir dari nilai pacce sebagai nilai empati yang sangat dalam. Secara leksikal, pacce adalah perasaan yang menyayat hati atau pilu bagaikan tersayat sembilu. Hal itu terjadi bilamana melihat saudaranya, tetangganya, sekampungnya dan sebangsanya tertimpa musibah atau kemalangan. Menimbulkan suatu dorongan ke arah solidaritas untuk membantu dalam berbagai bentuk terhadap mereka yang ditimpa kemalangan.
Semoga orang yang memiliki kepedulian sosial bertambah banyak, sehingga bantuan sosial terhadap orang yang kurang mampu juga lebih banyak. Mari memerangi covid-19 dengan cara #kepedulian sosial.