Tradisi adalah sebuah kesadaran kolektif yang dibangun oleh suatu masyarakat tertentu di dalam berinteraksi dan bekerjasama dengan lingkungan tempat tinggalnya. Menjadi sebuah tatanan yang dianut dan dikerjakan oleh suatu masyarakat pada suatu wilayah, namun tidak dapat digeneralisasi pada tataran universal. Tradisi yang ada pada suatu daerah tentunya akan berbeda dengan daerah lain, hal tersebut sangat bergantung pada kontur geografis, sumber-sumber daya yang dimiliki, dan tingkat keterbukaan informasi global. Pun demikian halnya dengan Indonesia, setiap pulau yang ada memiliki keragaman budayanya masing-masing, baik yang sifatnya mistik spiritual yang tak jarang terdapat dalam pelaksanaan upacara-upacara adat, maupun dalam bentuk benda-benda material yang memiliki nilai guna pakai, kreatif sekaligus artistik.
Pada kali keempat ini, Provinsi Sulawesi Tenggara dipilih sebagai lokasi diadakannya kegiatan Jejak Tradisi Daerah. Sebuah provinsi yang memiliki varian budaya yang sangat banyak, yang telah memberi nuansa dan menampilkan kharisma tradisionalnya, diantaranya terdapat Kalosara dan Tari Lariangi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional tahun 2013 kemarin. Dengan berbagai rentetan kegiatan yang telah diagendakan dan terangkum dalam Jejak Tradisi Daerah, para siswa akan diajak untuk membangun ketahanan kebangsaan dengan mengenali kembali tradisi-tradisi yang ada pada daerah ini, melihat bagaimana sebuah tradisi dapat hidup dan menghidupi masyarakat, belajar bagaimana mengubah paradigma lama bahwa tradisi bukanlah suatu aktivitas yang hanya dilakoni orang kolot semata, namun tradisi terbentuk dari sebuah metode kontemplasi yang mendalam, mengandung banyak unsur nilai positif yang terefleksi di dalamnya, serta menjadi ciri khas bagi suatu daerah yang terintegrasi dalam satu model kebhinnekaan, bahwa tidak ada satu tradisi daerah yang lebih tinggi dari yang lainnya, semuanya adalah setara dan bernaung dalam rasa kebangsaan yang sama. Juga bagi para penggiat dan pelestari tradisi di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang dengan tangan-tangan produktifnya mampu menghasilkan sesuatu yang tidak saja bernilai ekonomi yang tinggi, akan tetapi juga sarat dengan muatan etika, estetika, dan kearifan kemanusiaan. Melalui kegiatan ini, kiranya semangat budaya yang mereka miliki dapat ditularkan dan direspon dengan baik oleh para siswa.
Tradisi bukanlah suatu yang serta merta ada, di dalamnya terdapat rangkaian proses dan peristiwa yang bergulir dan terjalin terus menerus, melalui waktu yang sangat panjang, hingga mencapai kondisi seperti sekarang. Generasi muda saat ini dituntut untuk bisa memahami hal tersebut, agar tidak kehilangan jejak-jejak budaya masa lampau negaranya, tidak bias identitas, akan tetapi menjelma sebagai pijakan untuk bertindak dalam konteks lokal masa kini. Menjadikannya daya dorong dan energi inspiratif yang berperan aktif dalam pola berpikir mereka, menuju generasi yang penuh gagasan dan ide segar, mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan karakter dan jatidiri mereka sebagai manusia Indonesia seutuhnya, yang bangga dan cinta akan tradisinya sendiri.
Sasaran
- Meningkatkan pemahaman dan kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan lokal.
- Para peserta mengetahui dan memahami seluk beluk kehidupan masyarakat di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.
- Para peserta memahami bahwa budaya tidak ada yang lebih tinggi atau sebaliknya, masing-masing memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.
- Para peserta memahami bahwa dalam masyarakat majemuk diperlukan sikap saling menghargai.
- Para peserta bersikap dan berperilaku tidak etnosentris (menganggap bahwa kebudayaan sendiri adalah yang paling benar).
Ruang Lingkup
Jejak Tradisi Daerah ke-4 dilaksanakan pada 20 – 24 Juni 2014 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan mengangkat tema “Melalui Jejak Tradisi Daerah, Kita Membangun Karakter dan Jatidiri Bangsa”. Aktivitas-aktivitas yang akan diikuti oleh para siswa pada Jejak Tradisi Daerah kali ini yaitu mengikuti upacara adat Monahu Ndau’u, mendengarkan ceramah tentang budaya Tolaki, mengunjungi tempat pembuatan anyaman tradisional di Kab. Konawe, mengunjungi tempat pembuatan tenun tradisional di Kab. Konawe, mengunjungi sentra penjual jagung rebus di Kab. Konawe, dan belajar gerakan-gerakan dasar Tari Lulo, tarian khas masyarakat Sulawesi Tenggara.
Selain mengunjungi beberapa obyek tradisi di atas, para siswa juga akan menampilkan presentasi makalah kelompok dan bersaing dengan peserta lainnya untuk memperebutkan posisi 1 hingga 8, yang akan dinilai oleh juri dari pihak BPNB Makassar, dengan beberapa kriteria penilaian diantaranya keaktifan selama melakukan kunjungan ke obyek budaya, partisipasi dalam pembuatan makalah kelompok, keaktifan dalam diskusi kelompok, dan kedisiplinan selama kegiatan berlangsung. Bagi peserta terbaik berkesempatan untuk mewakili BPNB Makassar dalam kegiatan lanjutan Jejak Tradisi Nasional yang akan diadakan di Provinsi Bali, pada 24 – 29 Agustus 2014 mendatang.
Penerima Manfaat
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar dapat mensosialisasikan kebudayaan terhadap generasi muda dalam hal ini siswa SMA/sederajat yang menjadi sasaran kegiatan ini dapat memiliki pemahaman yang lebih tentang pengetahuan kebudayaan lokal.