- Konsep Pertunjukan Teater Tari Kolosal Gau’ Maraja
Pertunjukan yang sifatnya kolosal atau massal menjadi ciri khas dan sajian utama dalam Gau Maraja. Pertunjukan utama kali ini dibuat dengan tetap mengacu pada interaksi, asimilasi, akulturasi budaya dan dinamika peristiwa yang terjadi di titik-titik utama pelayaran jalur rempah Nusantara.
Secara garis besar pertunjukan utama Gau’ Maraja tahun ini dikemas dengan menghadirkan tokoh imajinatif ‘Daeng Parewa’ yang dimunculkan pada Gau Maraja sebelumnya. Hal ini sebagai upaya tim kreatif untuk menarik benang merah yang tak terputus dalam pertunjukan Gau Maraja sehingga festival ini dapat mengakomodir dan memperkuat berbagai sudut pandang dan persepsi kultural jalur rempah Nusantara.
Ini dikaitkan dengan tujuan dasar perhelatan ini untuk menciptakan ekosistem yang baik bagi budaya lokal dan pada saat yang sama juga mendukung upaya edukasi hingga promosi jalur rempah nusantara ke dunia internasional.
Sosok Daeng Parewa ini sendiri adalah tokoh fiktif yang dimaksudkan untuk menjahit keseluruhan bagian peristiwa dalam pertujukan utama. Deng Parewa dipersepsikan sebagai seorang pelaut ulung yang menahkodai sebuah pelayaran menjelajahi jalur rempah nusantara. Ia diibaratkan sosok lintas ruang dan waktu yang menjahit dan menyatukan memori kolektif tentang dinamika kehidupan nusantara dimasa lalu dalam kemasan masa kini sebagai pesan-pesan bijak untuk kebaikan masa depan generasi hari ini. Dari sini di harapkan ada kesadaran kolektif masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan Nusantara khususnya dalam konteks jalur rempah.
Adapun garis besar pertunjukan utama Gau Maraja 3 dikemas dalam bentuk Pertunjukan Teater Tari dengan delapan bagian utama sebagai berikut:
- Appasiama Butta
- Ritual Pabballe Sumanga’
- Ammempo Ada’ (Tudang Sipulung) – Sambutan
- Video Jejak Pelayaran Dg. Parewa – Bercerita (bertutur)
- Pertunjukan Teater Perang Laut Jalur Rempah
- Pappasang
- Tarian Massal
- Manre Siparra
Kedelapan bagian pertunjukan Teater Tari ini merupakan rangkaian yang dikemas secara simultan dan merupakan satu kesatuan pertunjukan massal. Pertunjukan diawali dengan suasana yang riuh dan ceria menyambut kedatangan Daeng Parewa, kemudian rangkaian acara akan diawali dengan prosesi bernuansa ritual untuk menciptakan satu kosmologi pertunjukan yang khidmat bernuansa spiritual. Bagian pertengahan dikemas dengan nuansa paduan teknologi dan teatrikal, bagian akhir berupa tarian massal dan manre siparra (makan bersama)