TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA

0
3777

IMG_0011(Enos Rumansara, Ambarwati, Trisna Rumbiak, Emanuel Tawayop, Ayub Pahabol)

Buku ini berisi uraian tentang Wor sebagai upacara yang sakral dan berfungsi melindungi seseorang individu dalam peralihan peran sosialnya, mulai dari saat lahir, hidup hingga meninggal. Wor dalam kehidupan orang Biak terdiri dari 44 jenis, serta bersifat kolektif terdiri dari beberapa wor. Sampai saat ini tercatat 18 jenis lagu wor, hanya 12 jenis yang dilagukan. Wor sebagai nyanyian adat mempunyai fungsi magis religius, yaitu sebagai pelindung hidup, dapat disimak lewat jenis lagu “dow mamun” yakni lagu perang atau lagu kemenangan yang dilagukan saat saat ma tahari terbit di ufuk timur. Fungsi Wor sebagai pelindung hidup ditemui dalam jenis lagu “dow arbur”. Ungkapan yang dapat menjadi dasar kehidupan dan kematian yang dikemukakan orang tua Biak, yaitu “Nggowor baido nari nggomar” (kalau kita tidak menyanyi kami akan mati).

Wor Biak sebagai upacara adat dan nyanyian adat berhubungan erat dengan penguasa tertinggi yakni Nanggi (langit/Sorga), Mansren Manggundi (Penguasa tunggal), Karwar (roh orang mati/leluhur), dan roh-roh halus lainnya yang menguasai bagian – bagian dari bumi misalnya : (1) Dabyor yang menguasai gunung,batu besar, sungai, tanjung dan lainnya, (2) Arbur yang mendiami pepohonan, dan Faknik yang mendiami lautan. Wor sebagai Fokus Budaya Orang Biak , karena wor sebagai simbol kehidupan dimana dalam wor ada (a) pemujaan dan harapan kepada Mansren Manggundi (upacara, nyanyian dan tarian), (b) hubungan dengan roh-roh leluhur dan roh halus lainnya, (c) Usaha kebun dan menangkap ikan, (d) Fanfan ( memberi makan) dan Munsasu (membayar makanan),(e) ikatan kekerabatan dan persatuan keret-keret (klan),(f) Status Sosial dan harga diri, (g) kegiatan Wadwa (pelayaran, dan Harta mas kawin.