Tradisi Mandi Safar di Negeri Hitu Lama, Kabupaten Maluku Tengah

0
216773

Penulis: Santy Nurlette, S.Sos, Pamong Budaya Pertama

Ritual mandi shafar adalah suatu upaya spiritual ke arah pendekatan diri kepada Allah yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim di beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kepulauam Riau, Kalimantan, termasuk di salah satu wilayah di daerah Privinsi Maluku  tepatnya di Negeri Hitu Lama  Kabupaten Maluku Tengah  

Ritual rutin yang di selenggarakan setiap bulan Shafar  ditempat yang lain mungkin ada beberapa perbedaan dalam proses pelaksanaannya maupun nama, seperti masyarakat jawa mengenalnya  dengan Rebo Wekasan ataupun ada yang menyebutkan Arba Mustakmir pada dasarnya  mempunyai tujuan yang sama. Mereka percaya bahwa ritual mandi shafar dapat mencegah atau bahkan menghilangkan segala macam kesialan, wabah penyakit menular, bencana atau musibah yang akan atau telah datang, khususnya pada bulan Shafar. Hal ini tentunya di motivasi oleh sebuah kepercayaan di kalangan masyarakat luas bahwa Allah akan menurunkan bala  macam ujian atau cobaan kepada umat manusia pada bulan Shafar, tepatnya pada hari Rabu minggu terakhir bulan Shafar.

Untuk itu, setiap orang memerlukan keterpaduan tenggang rasa untuk merasakan kegelisahan satu sama lainnya dan membutuhkan media untuk bisa menyatukan persepsi dalam bertindak. Oleh karena itu, ritual mandi shafar merupakan salah satu media yang bisa berkumpul bersamma dalam rangka untuk berdoa dan berikhtiar atau bertindak secara bersama-sama. Tujuannya pun sama, yaitu harapan agar terhindar dari berbagai macam bala atau bencana. Bentuk-bentuk ritual seperti ini merupakan transformasi simbolis dari beberapa pengalaman kebutuhan primer manusia, maka ia merupakan kegiatan yang di dalamnya mengandung kekuatan yang menghubungkan kehendak manusia dengan penguasanya. Oleh karena itu sebagian masyarakat di Negeri Hitu Lama, Kabupaten Maluku Tengah masih menyakini bahwa ritual mandi shafar benar-benar bisa mendatangkan keselamatan bagi dirinya atau menghindarkan dirinya dari marabahaya atau musibah. 

Negeri Hitu adalah salah satu Negeri di Jazirah Leihitu di Pulau Ambon Kabupaten Maluku Tengah  sudah menjalankan tradisi mandi Shafar  sejak ratusan tahun silam  dan tahun ini meskipun masih dalam suasana wabah Covid -19 namun masyarakat di Negeri Hitu Lama tetap melaksanakan Ritual Mandi Safar dengan tetap waspada.

Mandi Shafar digelar,  di hari Rabu Terakhir Bulan Safar dalam hitungan tahun hijriah yang jatuh pada 14 Oktober 2020 diikuti oleh ratusan warga masyarakat di Ngeri Hitu Lama  laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun orang muda . ada juga yang datang dari desa-desa sekitar maupun dari kota Ambon.  Bahkan bayipun dibawa ke pantai dan orangtunya mengusapkan air laut ke ubun-ubun si bayi, anehnya air laut akan tenang walaupun mandi Shafar jatuh pada musim Gelombang tinggi Ujar salah seorang Tokoh Masyarakat Negeri Hitu Lama Bapak Iqbal Pelu

Sebelum melakukan mandi Safar terlebih dulu dilakukan  Prosesi Persiapan dan Pelaksanaan Ritual mandi shafar oleh Tokoh Agama pada pagi hari.

Masyarakat di Negeri Hitu percaya bahwa  Allah SWT akan menurunkan bala (bencana berupa bencana alam maupun wabah penyakit atau cobaan) dari lauhul rnahfudz ke langit dunia. Maka untuk rnenghindarkan diri dari berbagai macam bala tersebut, dilakukkan Ritual Mandi Shafar setiap tahun. Sebelum melakukan mandi shafar tokoh agama (guru ngaji) membacakan /mencelupkan tulisan beberapa Ayat suci Alquraan ke dalam Wadah diletakan di Rumah adat (rumah Raja Negeri Hitu Lama) kemudian masyarakat meminumnya  dengan niat untuk memperoleh kebaikan dan barokah. Kemudian mereka menuju pantai untuk mandi.

Ritual mandi Shafar di Negeri Hitu Lama  ini dilaksanakan pukul 7 pagi sampai pukul 6 Sore.  Pada hari tersebut  masyarakat negeri Hitu di setiap rumah membuat penganan yaitu Lamet ( campuran singkong,  kelapa parut dan gula merah dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus) mereka meyakini lamet adalah penganan yang manis dan enak selain itu juga mudah membuatnya dan apabila di bawa ke laut akan awet meskipun terkena air asin dan apabila memakannya hidup mereka akan manis dan mudah semanis rasa lamet .

Pada sore hari  pukul 18 .00 WIT Raja Negeri Hitu beserta tokoh agama dan tokoh adat  bersiap menuju tempat pelaksanaan mandi safar dan memeanjatkan doa Tolak Bala sekaligus menutup Kegiatan Mandi Shafar.

Begitulah Ritual Mandi Safar di Negeri Hitu lama dilaksanakan,  mereka berharap Ritual yang bernafas islam ini tetap  dilestariakan.