Tari Maku-Maku atau Mako-Mako

0
6019

                Indonesia memiliki kebudayaan dan tradisi  yang sangat kaya, sehingga menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan hasil pemberian dari nenek moyang kita yang bersifat positif. Pelestarian dapat kita lakukan dengan cara melihat, mengamati  dan juga melakukannya sehingga perwujudan ekspresi jiwa sebagai manusia dapat menimbulkan daya pesona bagi yang melihatnya. Dan suatu tarian juga merupakan tarian turun temurun dan memiliki filosofis sebagai lambang kebahagian dan sukacita.  Salah satu tarian yang memiliki unsur positif dapat menunjang perkembangannya adalah tari Maku-maku atau Mako-mako karena memiliki latar belakang sejarah pada saat terjadinya perpindahan penduduk dari pulau Seram ke pulau-pulau sekitarnya yakni pulau Ambon serta kepulauan Lease. Tari Maku-maku atau Mako-mako sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya takBenda pada tanggal 16 Desember 2013. Peristiwa ini terjadi diawali dengan terbunuhnya putri Rapie Hainuwele yang merupakan putri penguasa besar dari Inaama di Nunusaku pulau Seram. Menurut masyarakat setempat konon pembunuhan dilakukan secara berencana pada saat dilaksanakan pesta dan sang putri diajak untuk menari. Pada saat menari putri dikelilingi oleh para pemuda yang telah mempersiapkan sebuah lubang yang sangat dalam bagi sang putri. Kemudian putri menari sangat lincah dan sangat lemah gemulai, namun tiba-tiba ia di dorong oleh pemuda-pemudi masuk kedalam lubang tersebut. Dan pada saat putri telah ada dalam lubang maka bunyi tifa dan juga suara nyanyian tiba-tiba menjadi sangat keras sehingga menutupi jeritan suara dari putri yang berteriak minta tolong;sementara itu para penari (pembunuh) dengan lincahnya menggerak-gerakan kaki menutupi lubang tersebut,sehingga suara putri minta tolong tidak dapat terdengar sama sekali sehingga Rapie Hainuwele terbunuh,maka terjadilah perang Pata Siwa dan Pata Lima yang masing-masing memiliki pengikut yang sangat banyak  dan mengakibatkan mingrasinya penduduk keluar pulau Seram yakni ke pulau Ambon dan kepulauan Lease. Dan itu merupakan awal mula adanya Tarian Maku-maku atau Mako-mako. Kemudian Tarian ini sangat dikenal diseluruh pulau Seram dan sering ditarikan saat menyambut tamu terhormat dan juga pada saat dilaksanakan pesta adat misalnya pengangkatan seorang Raja Negeri. Tarian ini dibawan oleh semua orang dari orang tua,muda,kecil,besar laki-laki dan perempuan. Tari maku-maku bersifat terbuka bagi siapa saja untuk ikut berpartisipasi, baik perempuan maupun laki-laki. Tidak ada batasan dalam jumlah penari. Semakin banyak penari yang bergabung maka semakin banyak variasi lapisan lingkaran dalam tarian ini. Tarian pun akan menjadi semarak dengan kehadiran partisipan yang menari bersama. Gerakan tariannya pun sederhana.

Personel tari maku-maku terdiri atas kapitan, mamiri, penari Maku dan penabuh tifa, peniup tahuri, serta pelantun kapata. Kapitan ini bertugas mengarahkan penari, menyemangati, serta memberi komando terhadap penari dengan teriakan-teriakannya yang khas. Posisi kapitan dalam formasi tarian adalah di depan. Seiring dengan berjalannya tarian, kapitan akan berlari mengelilingi penari sambil berteriak-teriak.

Mamiri bertugas membimbing para penari. Dalam formasi tarian, mamiri berjalan di samping penari untuk mengiringi penari dengan gerakan tangan yang melambai-lambai. Penabuh tifa terbagi dua berdasarkan jenis tifa yang ditabuh, yakni tifa kecil yang disebut Ihaanairo dan tifa besar yang disebut Ihahinandalo. Jumlah personel penabuh tifa sama juga seperti penari, yaitu tidak terbatas. Salah satu penabuh tifa sering kali juga bertugas meniup tahuri pada awal dan akhir tarian sebagai penanda dimulai dan berakhirnya tarian maku-maku. Pelantun kapata terkadang juga adalah orang yang menabuh tifa. Formasi mereka dalam tarian ini adalah di depan barisan. Namun, apabila barisan telah bertambah banyak, mereka akan duduk di tengah-tengah lingkaran. Baik penari pria maupun wanita saat menarikan maku-maku dengan tidak menggunakan alas kaki. Tari maku-maku ini terdiri atas dua macam gerak dasar, yaitu:

  • Gerak lambat yang disebut Maru-maru

Pada awalnya, tarian dimulai dengan tempo alunan tifa yang lambat sehingga gerakan para penari juga perlahan-lahan, inilah yang disebut sebagai maru-maru. Bila tempo dan gerakan agak meningkat, terjadi suatu variasi gerakan yang disebut rapu-rapu (agak cepat). Gerakan ini melambangkan awal dari suatu persekutuan yang dimulai dengan pengenalan hingga penyesuaian dengan karakter dalam hubungan persahabatan.

  • Gerak cepat yang disebut Toti atau Amatoti

Pada pertengahan waktu, tempo tifa akan semakin cepat sehingga gerakan para penari juga harus semakin cepat. Inilah yang disebut Toti atau Amatoti. Gerakan yang cepat ini bersifat ceria atau gembira. Gerakan ini melambangkan telah terjalinnya keakraban dalam persekutuan antarkelompok ini.

Selain itu, arah gerak dasar sebagai berikut ini.

  • Gerak maju

Dalam gerakan ini, posisi penari tetap berdiri sambil mengambil langkah maju.

  • Gerak mundur

Sikap tubuh para penari agak membungkuk sambil bergandengan tangan (baku kele), bergerak maju kemudian mundur. Gerakan membungkuk atau jongkok terjadi pada saat gerak langkah semakin cepat yang disebut toti atau amatoti.

Pola tari maku-maku berbentuk lingkaran. Para penari bergerak dari arah kiri ke kanan mengelilingi pemain musik. Lingkaran ini dapat digandakan bergantung pada jumlah peserta dan luas tempat pelaksanaannya.

Sebelum tari Maku-maku dilakukan, terlebih dahulu ada suatu ritual yang dinamakan Manuru, yakni ritual untuk memanggil orang-orang untuk turut berpartisipasi dalam tari maku-maku. Manuru dilakukan oleh para penabuh tifa dan orang yang berkapata.

Dalam mengiringi tari maku-maku dilantunkan kapata. Kapata adalah bentuk lagu tradisional Maluku yang dibawakan dalam bahasa tanah. Kapata memiliki syair bermakna historis dan diluangkan dalam bentuk nyanyianpuisi, dan pantun. Kapata menceritakan, antara lain, sejarah leluhur orang Maluku, peperangan di Nunusaku, dan aktivitas para leluhur sehari-hari, seperti memancing atau berkebun. Salah satu contoh kapata yang sering digunakan adalah kapata Maku.

Maku

Uru patasiwa uru siwa rima o..

Uru siwa rima o..

Uru nusa ina o..

(Manusia Siwalima. Manusia Nusa Ina)

Nunu saku o…

Nunu saku..nunu o…

Nunu nusa ina.

Nunu siwa rima o..

(Cepat ke Nunusaku.Di Nusa Ina)

Sei hale hatu

Hatu lisa pey o..

Sey lesy sou

Sou lesi pey o..

(Siapa balik batu, batu tindis dia. Siapa langgar sumpah, sumpah bunuh dia)