Ambon- Festival Kesenian Multikultur antar BPNB se-Indonesia diselenggarakan di Pontianak oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat pada 11 – 14 Mei 2017 yang diusung dalam Festival Tari dengan tema “ Melestarikan Budaya, Menghargai Keberagaman : Upaya Menjaga Ketahanan Budaya Bangsa” dan dibuka secara resmi oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Bpk. Drs. Nono Adya Supriyanto, M.M.,M.T. Kekuatan identitas multikultur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ditunjukkan dari keberagaman suku bangsa dan budayanya. Sejarah telah memperlihatkan bahwa keberagaman yang dimiliki selama ini telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam upaya melestarikan dan memperkuat identitas multikultur tersebut, BPNB Kalbar menyelenggarakan festival tersebut dengan melibatkan 11 Balai Pelestarian Nilai Budaya se-Indonesia. BPNB Maluku meraih penampilan terbaik ke VI dari 11 kontingen tari perwakilan masing-masing BPNB. Penampilan Terbaik 1 diraih oleh kontingen BPNB Pontianak, disusul dengan Kontingen BPNB Bali di urutan ke 2 dan BPNB Padang diurutan ke 3. Kriteria yang dinilai oleh tim juri dalam penyajian tari meliputi : keutuhan garapan (unity), kesinambungan (continuity), keserasian (harmony), intensitas kedaerahan (pengembangan namun tetap dalam nuansa tradisi yang cukup kuat dari daerah masing-masing) dan kesesuaian tari dengan tema.
Kontingen BPNB Maluku yang dikordinatori oleh M. M. Pattipeilohy, S.Sos salah satu staff peneliti di BPNB Maluku turut serta meramaikan ajang pentas seni tersebut bersama 4 orang penari, 1 penata tari, dan 1 penata kostum. Kontingen Maluku menampilkan Tari Bulu Gila sebagai salah satu tarian tradisional Maluku yang terinspirasi dari permainan rakyat dengan properti utama yaitu sebatang bambu yang dapat menghipnotis pemainnya menjadi gila dan sulit dikendalikan yang hingga saat ini melegenda hingga ke mancanegara. Tari Amanissa ditampilkan sebagai tari kreasi yang dilombakan dalam Festival Kesenian Multikultur antar BPNB se-Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Mei 2017 di rumah Radakng,. Tari Amanissa, tarian kreasi yang diangkat dari kearifan lokal masyarakat Maluku yang memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai masyarakat yang hidup di pesisir, maka mata pencarian sebagian besar masyarakat adalah sebagai Nelayan. Tari kreasi dengan penata tari Dortheyis Lourens Matauseya ini menggambarkan kehidupan para nelayan di pesisir yang mencari ikan dengan menggunakan alat tangkap tradisional (sejenis bubu kecil) yang dianyam dari bambu berbentuk kerucut yang disebut Amanissa. Kaum pria yang mencari ikan di lokasi yang relatif dalam.
Saat menarikan tarian Amanissa, para penari mengucapkan puji-pujian kepada sang Pencipta yaitu “Somba Mese-Mese Somba Latu Lumasinggih” yang artinya sembah Tuhan Yang Maha Tinggi. Ini merupakan pemujaan pada Tuhan yang Esa agar semua aktivitas Nelayan dapat berjlan lancar seperti yang direpresentasikan dalam gerakan tarian mulai dari persiapan peralatan sampai proses penangkapan ikan dilaut hingga pulang dengan suka cita membawa hasil tangkapan untuk dinikmati bersama. Tarian Amanissa ini mempunyai nilai kebersamaan, gotong-royong, saling membantu dan nilai religi yang dilakukan dengan gerakan yang lincah dengan iringan musik yang dinamis.