Mezak. Wakim, Peneliti  Sejarah & Budaya BPNB Maluku

Ambon- Pemimpin dan Penentu kebijakan negara ini mungkin sudah “ lupa ” dengan Peta Indonesia” kalimat ini merupakan kelakar Gus Dur, Mantan Presiden RI yang pernah diucapkannya dengan nada santai namun cukup tegas dalam mengingatkan para penentu kebijakan agar pembangunan Indonesia tetap mengacu pada peta Indonesia. Kelakar ini mungkin saja menunjuk pada peta pembangunan bangsa yang tidak merata dan hanya merujuk pada konsep pembangunan yang mengarah pada tanah di jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan dan lain sebagainya, namun lebih daripada itu perlu  diarahkan pada wilayah dengan intensitas lautan [air] yang cukup luas karena integrasinya telah membentuk adanya sejumlah pulau-pulau yang ada di Indonesia.  Kolaborasi pemaknaan ini juga tertuang jelas dalam lagu kebangsaan Indonesia pada baris pertama dari bait pertama bahwa “Indonesia Tanah Airku”, yang memberikan makna mendasar akan satu konsep yang menunjuk pada negara Kesatuan Indonesia yang terdiri dari tanah [pulau-pulau] dan air [laut]. Sehingga dapat di buatkan sebuah konsep jelas bahwa Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang utuh dan terbentuk dari materialisasi [tanah] dan [air] sehingga keseimbangan pembangunan semestinya harus mengutamakan kedua aspek ini. Pulau tentu tidak akan di lepas pisahkan dengan laut karena keterpaduan ke dua unsur ini akan menggambarkan konsep ke-Indonesiaan yang di rajut dari satu simpul yakni dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote tentu juga ditunjang dengan jajaran pulau-pulau kecil dan besar yang akan sambung menyambung menjadi satu hingga akan membentuk sebuah negara yang kuat yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, keberadaan tanah [pulau-pulau] dan air [laut] memang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan lainnya. Pulau-pulau yang diakui sebagai satu kesatuan tentu menjadikan Indonesia kuat dengan konsep wawasan nusantara yang mempertemukan keberagaman pulau-pulau dengan karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Dalam literatur Indonesia tentang geografi atau politik [juga tentang sejarah, ekonomi, sosial dan budaya] sering dijumpai pernyataan-pernyataan yang berbunyi “ Laut Jawa menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Kalimantan,  Selat Sunda menyatukan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa, Selat Makassar menghubungkan pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan” dan lain sebagainya Pulau-pulau dan laut itu saling sambung menyambung, dan dari proses itulah lahirnya Indonesia. Dari Nusantara yang dituangkan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1988 merupakan tonggak-tonggak penting pengakuan bangsa Indonesia terhadap keterpaduan tanah [pulau-pulau] dan air [laut] bagi penyatuan dan kesatuan bangsa. Keputusan ini tentu telah merekomendasikan Indonesia sebagai negara kepulauan, sebuah negara yang menegaskan prinsip dasar yang mengutamakan konsep kewilayahan negara kesatuan Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau  dan laut  sebagai satu sistemik dari unsur kebangsaan yang meliputi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan yang utuh serta tidak bisa dilepas pisahkan. Pengelolaan laut yang dimaksudkan dalam pendekatan ini sering dipertemukan dengan isu pengelolaan wilayah perbatasan, sebagai beranda terdepan Indonesia. Fakta sesungguhnya yang muncul dari konsepsi ini tentu sepertinya tidak menunjukkan sebuah kepentingan besar yang di gagas dari munculnya beragam konsep historis maupun sosial akan adanya sejumlah pulau yang di satukan dengan lautan yang begitu luas. Keberadaan wilayah-wilayah dengan komposisi gugusan kepulauan kecil dan besar sering diabaikan hingga berujung pada berbagai konflik kepentingan yang tentu merugikan bangsa Indonesia sendiri. Pengembangan isu strategis yang diorientasikan dari laut seringkali disepelekan akibatnya sangat mempengaruhi gerak infrastruktur pembangunan yang di mulai dari pulau-pulau besar yang meniadakan konteks pulau kecil. Konektivitas antara laut dan darat atau juga bisa disandingkan dengan wilayah-wilayah kontinen dan maritim atau pulau dan laut tentu konsepnya akan mengarah pada integrasi pembangunan bangsa yang akan selalu melirik unsur keseimbangan dalam pengelolaannya. Laut Masa depan bersama. Selamat memperingati Hari Laut Sedunia. (Mezak.Wakim)