KATONG SAMUA ORANG BASUDARA DALAM KARAKTER MASYARAKAT MULTI ETNIK DI KOTA AMBON

0
7003

Marthen m.pattipeilohy

email : marthen pattipeilohy@yahoo.com

Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon

Jl. Ir.M.Putuhena Wailela-Rumahtiga Ambon

preview

Abstrak

 Konflik Ambon, diawal tahun 1999 sampai akhir tahun 2004, memberikan dampak terhadap kehidupan sosial budaya, yang menekan keutuhan perilaku, kontrol sosial dan trauma atas tragedi kemanusiaan. Konsekwensi tersebut perlu di tangani secara bijak untuk kestabilan kehidupan sosial generasi selanjutnya. Untuk itu diperlukan konstruksi budaya lokal sebagai perangkat perekat yang mengacu pada sistem kontrol sosial. Masyarakat multikultur di kota Ambon mengenal istilah lokal “Katong Samua Orang Basudara” yang mengakses  konsep pemikiran  kehidupan kebersamaan. Inilah kalimat melayu Ambon yang artinya kita semua orang bersaudara. Konsep ini adalah sebuah cakrawala kearifan mengenai kebhinekaatunggalikaan dengan kedalaman pemikiran yang tidak dapat dijangkau hanya dengan mengandalkan rasio yang terbatas, tetapi dengan hati yang luas dan lapang serta sejuta rasa yang mendalam, dalam kehidupan masyarakat majemuk. Studi Sejarah Budaya sangat penting dalam mengungkapkan peristiwa sosial budaya  masyarakat kota Ambon dan Maluku pada umumnya, dimana ukiran peristiwa konflik dari abad ke abad memberikan trauma sosial tersendiri. Namun dari akhir peristiwa-peristiwa tersebut ditemukan akar penyelesaian yang tercipta dari hati nurani rakyat dengan berucap “katong samua orang basudara”. Semua suku lokal dan etnis lainnya di Indonesia  dirangkul lewat ungkapan ini. Inilah temuan perangkat kehidupan yang berbasis budaya lokal di satu sisi dan perangkat ingatan kebhinekatunggalikaan serta karakter nasionalisme ke Indonesiaan yang jujur, setia, berani dan kekar sebagai pemersatu karakter bangsa.

 Kata Kunci :  Orang basudara, karakter multi etnik

tulisan ini telah di publikasikan dalam jrnal peneltitian BalaiPelestarian Nilai Budaya Ambon 2014