KOTA AMBON, Pada prinsipnya bahwa Etnografi wilayah Maluku yang cenderung di pengaruhi sebagai wilayah kepulauan, dengan posisi ruang, yang berorientasi laut 92% dan daratnya hanya 7,5 % menempatkan komposisi keberadaan pulau-pulau tersebut sebagai faktor integrasi budaya masyarakat Maluku. Karena itu konsep masyarakat Maluku sebagai masyarakat kepulauan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda menunjuk pada ragam keunikan budaya masyarakat Maluku sebagai penanda sub etnis pada wilayah kultur masing-masing. Potret Kebudayaan Daerah Maluku dari perspektif masyarakat kepulauan merujuk dari; kesamaan budaya, kesamaan asal-usul, kedekatan pulau, hubungan geonologis teritori, rangkaian peristiwa sejarah dan budaya yang mengikat secara kultur masyarakat sebagai penanda subetnis di wilayah daerah Maluku. Permasalahan pembangunan masyarakat Kepulauan dari aspek penyamaan konsep kebudayaan adalah bagaimana memberi penguatan atas dasar-dasar kesamaan dan perbedaan sebagai ikatan kebersamaan. Selama ini di Maluku Budaya Siwalima yang mengakar dan mengikat masyarakat kepulauan Maluku masih di pertentangkan. Hal ini kemudian menjadi ide dasar Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon dalam menyelenggarakan Sarasehan Budaya Daerah Maluku. Substansi kegatan ini adalah mendudukan konsep budaya Siwaima dalam pembangunan Daerah Maluku.
Kegiatan Sarasehan Budaya Daerah Maluku berlangsung di Hotel Amans Kota Ambon pada 11-13 Februari 2014 dengan menghadirkan masing-masing perwakilan dari seluruh etnis yang ada di Daerah Maluku. Adapun peserta yang hadir berjumlah 100 orang yang mewakili kebudayaan masyarakat Tanimbar, Babar, Leti, Moa, Lakor, Kei, Buru, Ambon Lease, Seram. Drs A. Gazperz Wakil Gubernur bidang Hukum yang membacakan Sambutan Gubernur Maluku dalam sela-sela pembukaan Kegiatan Sarasehan Budaya Daerah Maluku, mengatakan bahwa kita masyarakat Maluku memiliki kekayaan budaya yang sangat berlimpah. Oleh karena itu harus di kelola dengan baik untuk kepentingan kita bersama. Karena itdak ada kebudayaan yang hidup tanpa campurtangan masyarakat pendukungnya. Karena itu jika kita sudah mempunyai ikatan dalam budaya Siwalima tidak perlu kita pertenangkan lagi. Dalam kegiatan Sarasehan Budaya Daerah Maluku juga di hadiri para akademisi dan pemerhati kebudyaaan yang membawakan makalah antara lain : Prof Dr. Mus Huliselan [Antropolog] dengan judul makalah Siwalima Dalam Cermin Hidup Masyarakat Maluku. Prof Dr. Aholiab Watloly.[Akademisi] makalah tentang Budaya Orang Basudara di Maluku: Konsep Membangun Keutuhan Bangsa. Dra. Ny F. Sahusilawane, MH makalah tentang Pela Dan Gandong : Dari Keberagaman Menuju Kebersamaan. Stevanus. Tiwery SH, S.Pd [Kepala Balai] maternya menyankut Konsep Pelestarian Budaya Daerah Maluku : Sinegritas Program BPNB Ambon . Dr. Polly Kuritelu. (perwakilan Etnis Tanimbar) engan maternya Budaya Duan-Lolat : Idiologi Mayarakat MTB. Rahel Iwamony, P.hd. (perwakilan etnis Babar) dengan kajianya Budaya Inanara Amasyali : Perspektif BudayaOrang MBD.
Program Kegiatan Sarasehan Budaya Daerah Maluku merupakan titik awal sinergitas berbagai stakeholder kebudayaan di daerah Maluku dalam memanfaatkan budaya lokal bagi pembangunan Maluku, baik pada tataran kebijakan pembangunan masyarakat pada wilayah Kota, Kabupaten maupun Provinsi Maluku.
Penulis. Mezak Wakim