oleh Mezak Wakim, Pamong Budaya Ahli Muda
Maluku adalah satu dari delapan wilayah di Indonesia yang memproklamirkan kemerdekan. Pertanyaanya, masih adakah sejarah yang mengulang kebersamaan itu? Pertanyaan itu terjawab dengan adanya keberadaan Maluku yang juga di perhitungkan dalam negara kesatuan Republik Indonesia, baru kita bisa berbicara tokoh-tokoh nasional dari Maluk. Sebut saja Johanes Leimena, Latuharhary Gerit Siwabessy dan lainnya yang terkenal sebagai pahlawan dari Maluku. Era kebangkitan Nasional menjadi momentum kita bersama bukan untuk bernostalgia dengan sejarah namun selebihnya membaca kondisi kekinian dengan tetap berkaca pada masa lalu.
Di Maluku, era kebagkitan nasional menyetuh berbagai perkumpulan masyarakat Maluku dengan beragam ide untuk menentukan sikap sejalan dengan konsep dan gagasan kebagkitan nasional yang telah diprakarsai oleh Wahidin Sudorhosodo dan kemudian oleh Sutomo ditetapkan 20 Mei 1908 dengan komitmen Boedi Utomo sebagai revitalisasi gagasan ke-Indonesiaan yang akan diperjuangkan dalam skala kedaerahan menuju Indonesia yang sejati. di Maluku pada tahun 1915 muncul organisasi Christelijke Ambons Volksbond yang membawai berbagai organisasi lokal maisalnya : Regentenbon : Organisasi dari para penguasa negeri (Raja, Patti, Orang Kaya), Inlandsch Leeraarsbond : Perkumpulan para pendeta, persatuan guru Hindia- Belanda, Nusa Ina. Selain itu juga banyak organisasi lokal yang dibentuk atas kesepakatan para pemipin Maluku yang menyetarakan ide dan gagasan dengan para pemimpin di pulau Jawa seperi Alexander Jacob Patti. Gagasan Serikat Ambon yang masuk di Ambon pada tahun 1923 oleh Alexsander Jacob Patti merupakan bagian dari penyatuan gagasan kedaerahan sebagai embrio munculnya eksistensi nasionalisme dalam konsep keberagaman Indonesia. Ide memasukan konsep nasionalime dalam perkumpulan organisasi lokal di Maluku oleh Alexander Jacob Patti adalah perwujudan dari tujuan untuk memupuk semangat perjuangan kemerdekaan yang akan diraih melalui pembenahan diberbagai aspek kehidupan.
SEPOTONG SEJARAH TENTANG ANAK NEGERI MALUKU
Pada Tanggal 9 Mei 1920 dibentuklah organisasi Serikat Ambon oleh Alexander Jakop Patty yang lebih dikenal dengan sapaan Om lex di Semarang. Tujuannya untuk mendorong tingkat kemakmuran dan kesejatraan masyarakat Maluku serta membangkitkan rasa nasionalisme orang Maluku untuk mencapai Indonesia merdeka. Serikat Ambon merupakan suatu organisasi politik, perjuangannya kemudian membuat pemerintah Belanda mendirikan “Ambon Raad” pada tahun 1921 (Patikaihattu dkk, 1993:82). A.Y.Patty merupakan seorang wartawan yang yang sangat berjasa, dalam keterlibatanya Ia aktif dalam mengirim kabar dan berita dari tempatnya dipenjara di Digul ke Australia dan ke New York (Amerika Serikat) untuk memohon dukungan dari Australia dan PBB bagi kemerdekaan Indonesia. Selangkah demi selangkah A.Y. Patty membawa Serikat Ambon mendekati ide-ide nasionalisme indonesia, sikap politiknya cenderung berafiliasi pada Idische Patij. Ia berusaha untuk mempersatukan pendapat-pendapat tokoh-tokoh Serikat Ambon lainnya untuk menyatukan persepsi terhadap ide-ide dan gagasan yang ideal untuk kepentingan bersama tanpa melihat latar belakang agama, suku dan bahasa. Sikap politiknya revolusioner penuh dengan semangat perjuangan tertuang dalam Serikat Ambon . Hal ini menjadikannya dimata Belanda, Serikat Ambon sebagai salah satu organisasi yang revolusiner serta sangat radikal terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda. Sikap-sikap A.Y.Patty sangat berbeda dengan kawan-kawannya lainnya dalam Serikat Ambon yang cenderung menganut paham moderat, namun karena jiwa kepemimpinan yang dimilikinya Serikat Ambon terus mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Dalam perkembangannya, Serikat Ambon mulai membuka cabang-cabang baru pada kota-kota yang ada di Jawa dengan mengusung ide-idenya untuk menentang kebijakan pemerintah Belanda yang tidak berpihak kepada masyarakat pribumi. A.Y.Patty juga mendirikan sebuah majalah yang disebut ”mena muria” yang bertujuan untuk menginformasikan ide-ide serta perjuangan Seriakat Ambon ke seluruh pelosok negeri.
Kesuksesan A.Y.Patty mengantarkan Serikat Ambon diterima dengan baik dalam masyarakat, khususnya komunitas Maluku sehingga menimbulkan dorongan yang kuat bagi kaum pelajar dan kelompok intelektual asal Maluku untuk bergabung dengan organisasi yang dibentuknya. Semangat juang yang tiggi ditunjukan oleh A.Y. Patty bersama dengan teman-temannya yang tergabung dalam Serikat Ambon. Hal ini kemudian mendorongnya untuk pulang ke Ambon dengan misi membentuk organisasi Serikat Ambon serta organisasi taktis lainya yang bertujuan membangun kesadaran anak-anak di bumi raja-raja untuk terlibat bersama memperjuangankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1923 Alexander Yakop Patty tiba di Ambon, Ia menjumpai beberapa organisaai yang sudah dibentuk di Ambon antara lain, Christelijk Ambonsch volksbond, Sou Moloekoe, Inlandsch Learaarsbond, Nusa Ina, Panji Naderland, Ambonsch Studiefonnd dan Ambon Raad. Oraganisasi inilah yang sering dihubungi untuk memberikan berbagai propaganda anti pemerintah Belanda (Patikaihattu dkk 1993:82-83). Dalam kunjungannya, ia menyisipkan waktu untuk mengelilingi negeri-negeri di Pulau Ambon dan Lease untuk menyampaikan ide-idenya kepada masyarakat. Penyampaian ide-ide Serikat Ambon dilakukan melalui pidato-pidatonya kapada rakyat Maluku, karena kepandaiannya dalam berpidato serta jiwa kepemimpinan yang tinggi membuat semangat perjuangan Serikat Ambon diterima dengan baik oleh rakyat Maluku yang ada di Pulau Ambon dan Lease.
Perjuangan A.Y. Patty untuk membangun kesadaran orang Maluku untuk mencapai Indonesia merdeka tidak hanya dengan menjadikan serikat Ambon sebagai suatu kenderaan saja, Ia juga membentuk suatu organisasi taktis yang berlatar belakang budaya orang Maluku dikalangan perempuan yang diberi nama ina tuni yang berarti wanita mulia yang merupakan bagian dari serikat Ambon. Organisasi ina tuni dipimpin oleh Ina Bala Watimena, Ia seorang pejuang perempuan asal Maluku yang terlibat secara langsung dan aktif dalam perjuangan merintis kemerdekaan. Garis perjuangan ina tuni tidak hanya pada pemberdayaan perempuan Maluku semata tetapi juga secara aktif terlibat bersama-sama dengan serikat Ambon untuk terlibat dalam rapat-rapat politik untuk mengusung ide-ide perjuangan yang dikumandangakan oleh A.Y.Patty dan Serikat Ambon. Kontribusi Ina Bala Watimena dan organisasi Ina Tuni sangat besar dalam menunjang perjuangan politik yang dilakukan oleh Serikat Ambon, dimana mereka secara aktif memberikan sumbangsi pemikiran dalam rapat- rapat yang dilaksanakan oleh serikat Ambon di Haruku, Saparu dan Pulau Ambon. Selain tampil dengan pidato-pidato politik dan lagu-lagu perjuangan ina tuni juga tampil dengan misi-misi kesenian yang bersifat nasional. Ina Bala Wattimena tidak pernah absen dalam berbagai pengabdiannya kepada bangsa dan negara mulai dari zaman Belanda sampai zaman Jepang Ia tetap menunjukan loyalitas dan rasa cintanya pada tanah air. Sehingga Ia diakaui sebagai salah satu tokoh perintis kemerdekaan. Ina Bala wattimena meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1982 dalam usia 80 tahun di Desa Lateri (Sahusilawane dkk 2005:16)
Dalam waktu yang cukup singkat mulai berdiri kring-kring Serikat Ambon dimana-mana. Fenomena ini kemudian menimbulkan reaksi dan penentangan yang begitu kuat dari para kepala negeri yang takut popularitasnya hilang dimata masyarakat. A.Y.Patty dan kawan-kawan terus berjuang untuk masuk dalam wadah Ambon Raad, walaupun mendapat tantangan yang begitu kuat dari para kepala negeri, karena sebagian anggota dewan berasal dari para regenten (kepala negeri).
Perjuangan A.Y.Patty dan kawan-kawan dalam Serikat Ambon ternyata mendapat simpati yang begitu kuat dikalangan masyarakat sehingga sukses mengantarkan A.Y.Patty dan para rekan-rekannya seperti J.Tupamahu, J.D.Poeteray terpilih sebagai anggota Ambon Raad. Namun ketidakpuasan datang dari para lawan-lawan politiknya dan memfitnah A.Y.Patty dan serikat Ambon dengan menuduh mereka sebagai orang-orang yang melanggar hukum pemerintah. Akhirnya ia ditangkap dan diadili, namun kesalahannya tidak dapat dibuktikan. Kekuasaan yang diktatorial dari gubernur Jenderal memutuskan A.Y.Patty dibuang ke Benggkulu pada tahun 1924.
Referensi
Adnan Anmal Kepulauan Rempah-Rempah (Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950) edisi kedua Makassar : Pusat Kajian Agama dan Masyarakat PUKAT, 2007
Arifin Suryo Nugroho dan Ipong Jazimah. Detik-Detik Proklamasi Jogjakata : Narasi, 2011
Mohamad Takdir Ilahi. Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa, Jakarta : Arziaum Media 2012
Mezak Wakim. Potret Pendidikan Di Maluku pada Masa VOC Artikel dalam Kajoli Edisi 2 tahun 2001