Tradisi Hela Rotan Masyarakat Aboru

0
5174

Tradisi dalam pengertian yang lain adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Suatu masyarakat biasanya akan muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Sebuah tradisi biasanya tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain. Konsep tradisi selanjutnya akan lahir istilah tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Sikap tradisional di dalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan adalah berdasarkan tradisi. Seseorang akan merasa yakin bahwa suatu tindakannya adalah betul dan baik, bila dia bertindak atau mengambil keputusan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Sebaliknya, dia akan merasakan bahwa tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai oleh masyarakat bila ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya.

Dari penuturan tua adat sejarah hela rotan tak terlepas dari sejarah terbentuknya negeri Aboru. Tradisi Hela Rotan di Negeri Aboru dilakukan dengan tujuan untuk menyatukan masyarakat dari 4 petuanan yaitu Petuanan Latu Sinai dari Negeri Aboru, Petuanan Latuconsina dari Negeri Pelauw, Petuanan Latu Marawakan dari Negeri Oma dan Petuanan Latu Surinai dari Negeri Rohomoni. Tradisi Budaya Hela Rotan ini atas perintah Kapitan Aboru Tua Saia dan Nahumury untuk menyatukan semua warga dari 4 Latu ini, dan hingga sekarang tradisi Hela Rotan ini selalu di selenggarakan.

Awal mula negeri terbentuk namun daerahnya itu tidak mendukung karena tak ada air. Kemudian kapitan Saia turun cari negeri baru. Ada pro dan kontrak maka untuk mencari jalan damai sampai masuk negeri baru maka di jengkal/diukur dengan rotan karena jaman dulu belum ada alat ukur. Ketika sampai di negeri baru kedua kubu mulai melakukan tanding dengan cara menarik rotan/hela rotan.  Hal ini dilakukan agar siapa pemenangnya merupakan hal yang adil dalam menyelesaikan dan mendamaikan kekacauan tentang perpindahan negeri.

Tradisi ini merupakan suatu wujud persatuan dari masyarakat. Suatu nilai yang harus dipertahankan anak negeri dalam menjaga mempererat hubungan persaudaraan. Tidak ada aturan yang mengikat dalam melakukan tradisi ini. Butuh keterlibatan semua warga dalam mempersiapkan alat dan bahan rotan untuk ditarik oleh semua anak cucu, laki-laki perempuan tua dan muda. Tradisi hela rotan biasanya dilaksanakan memperingati hari-hari besar keagamaaan atau peristiwa-peristiwa tertentu yang bertepatan dengan prosesi adat tertentu di Aboru. Tradisi ini telah dilakukan masyarakat Aboru setiap tahun berjalan pada akhir tahun Desember. Bahan/properti utama tradisi ini adalah rotan.

Persiapan awal pemerintah negeri dalam hal ini raja dan saniri negeri telah menentukan tanggal dan waktu pelaksanaan lewat rapat saniri di baeleu. Setelah rapat dilaksanakan maka masyarakat mulai bergegas memotong rotan. Butuh 2 minggu persiapan sebelum pelaksanaan. Mulai dari persiapan bahan pengambilan pembesihan dan penganyaman rotan. Rotan dipotong dan diambil di wilayah petuanan Aboru bertempat di gunung Hatuasa,Wemakel. Ada persiapan-persiapan yang dilakukan dalam perjalanan mengambil rotan. Sebelum berangkat ada doa yang dilakukan sesuai kepercayaan dan keyakinan masyarakatnya. Persediaan bekal makan dam minum selama perjalanan.  Setelah rotan yang disiapkan dan dibawa ke dalam negeri maka ada gotong royong dalam mengikat utas-utas rotan ini jadi satu.

Persiapan  rotan harus 500 urat/utas. Panjang rotan mencapai 300 meter. Ada 2 bagian rotan yang diikat masing masing berjumlah 16 urat. Bagian pertama ada 4 utas yang terdiri 16 rotan yang di pelating/anyam bagian kedua ada satu berjumlah 5 utas. Dari panjang 300 diletakan sebuah kayu besar/pakal yang akan membagi kedua bagian panjang rotan. Tidak ada pemaknaan pada ikatan-ikatan tersebut.  Namun sebagian masyarakat berasumsi bahwa dalam 1 liliran utas melambangkan 4 petuanan besar yang pertama di pulau Haruku yang jika digabung dengan 5 utas menjadi 9 (sembilan) utas yang jika dicermati merupakan rumpun negeri adat tersebut yaitu pata siwa.

Setelah rotan selesai dianyam/pelating maka rotan diletakan di tengah jalan utama negeri tersebut. Waktu yang ditentukan maka masyarakat mulai berdatangan berbodong-bondong.  Biasanya yang melakukan tarik menarik adalah semua warga masyarakat dari tiap kalangan manapun yang hadir pada saat itu. Ada dua kelompok kiri dan kanan yang masing masing memilki jumlah sama besar sehingga kekuatan untuk tarik menarik dapat seimbang. Tarik menarik bisa berlangsung pagi hingga malam. Disini ada adu kekuatan dalam menarik rotan. Harga diri dan kekompakan dipertaruhkan dalam tarik menarik memindahkan batas/pakal kayu yang disediakan. Ada seorang yang ditunjuk untuk melakukan aba-aba. Selain tarik menarik terdapat kapata-kapata yang dilantunkan dalam menarik rotan tersebut untuk meningkatkan kekompakan kebersamaan dan rasa persaudaran yang terjalin dalam tradisi ini.

https://i.ytimg.com/vi/C2HiF-hKeuQ/maxresdefault.jpg

Keesokan harinya ada rentetan acara makan bersama/patita yang dilakukan setelah sehari suntuk melakukan tradisi ini. Makan bersama/patita melambangkan keterikatan persaudaraan dalam sebuah meja makan panjang yang sederhana beralaskan daun kelapa. Makan yang disajikan adalah makanan tradisional masyarakat aboru yang disajikan pada acara-acara tertentu yang tak lepas dari makanan pokok setiap hari.

Jika makan patita selesai dilakakukan maka akan terdengar aba-aba berkumpul dan mengarah rotan ke laut. Itu merupakan suatu pantangan jika sisa rotan  tidak boleh ada di dalam negeri tersebut dan harus diarak kelaut. Ada kekayakinan bahwa sisa-sisa rotan yang berada akan mendatangkan sakit penyakit bagi masyarakatnya. Rotan yang diaraka tidak boleh mengena tanah. Rotan akan diarak menuju pantai dan akan di arungi/ditenggelamkan ke laut. Batu batu akan diikat guna menenggelamkan rotan ke dasar laut. Bisanya akan di bawah ke labuan negeri Aboru untuk ditenggelamkan. 

NILAI YANG TERKANDUNG DALAM

Banyak manfaat yang dirasakan dalam tradisi ini yaitu: Pengikat persaudaraan, perekat persatuan,  panggil pulang anak negeri, semangat patriotisme, semangat gorong royong,