Wabah Penyakit Pes Melanda Karimun Tahun 1922

0
3555

Kasus wabah penyakit yang mematikan seperti kasus corona yang terjadi saat ini bukan sesuatu yang baru dalam sejarah di nusantara. Pada awal abad 20, disejumlah daerah di nusantara heboh dengan wabah penyakit pes atau sampar. Ribuan orang tewas karena wabah penyakit pes ini. Terbesar di Malang, Surakarta, Madura, juga menimpa penduduk Cirebon dan wilayah lainnya di Priangan. 

Penyakit pes adalah penyakit kuno dalam sejarah peradaban manusia. Ia diperkirakan berasal dari Asia Tengah atau Asia Timur. Inang bakteri Yersinia pestis adalah kutu tikus atau marmut. Penyakit ini merambah ke Eropa dan Afrika bagian utara melalui Jalur Sutra yang merentang di pedalaman Eurasia. Pandemi pes pertama yang mematikan diperkirakan terjadi di Byzantium semasa Kaisar Justinian I pada 541-542. Tak hanya melumpuhkan Konstantinopel, wabah juga menyebar ke beberapa tempat di Asia dan Afrika.

Penyakit yang disebabkan bakteri Yersinia pestis ini termasuk ganas karena mudah menyebar dan menyerang bagian tubuh yang vital. Sampai abad ke-19, orang sudah mengenal tiga jenis pes: pes pada sistem limfatik alias pes bubo, pes pada aliran darah atau pes septikemik, serta pes pada paru-paru alias pes pneumonik. Mereka yang terserang pes akan menunjukkan gejala demam, diare, nyeri otot, beberapa bagian tubuh menghitam (pes septikemik), pembengkakan di sekitar kelenjar getah bening (pes bubo), hingga batuk dan sesak napas (pes pneumonik). Orang bisa selamat, tetapi banyak yang mati tak sampai seminggu.

Hingga memasuki abad ke-20 tak pernah ada kabar adanya penyakit pes di Hindia Belanda. Penduduk kepulauan ini mengetahui wabah pes di luar negeri sebatas pada apa yang dikabarkan media massa dan mungkin buku sekolah. Warga dan pemerintah kolonial justru lebih akrab dengan penyakit  seperti cacar, kolera, disentri, beri-beri, atau malaria.

Pemerintah kolonial baru teryakinkan bahwa pes sudah menjangkiti Malang pada akhir Maret 1911. Saat itulLaboratorium medis kolonial menerima sampel darah dari seorang korban tewas akibat pes di Malang. Setelah diteliti, sampel itu dinyatakan terkontaminasi bakteri Yersinia pestis

Wabah Pes di Karimun

Penyakit pes tidak hanya terjadi di Pulau Jawa. Bulan Januari 1922, puluhan penduduk Tanjungbalai, Onderafdeeling Karimun,meninggal karena penyakit pes.  Berita banyaknya warga Tanjungbalai yang tewas karena penyakit dimuat disejumlah Koran berbahasa Belanda yang terbit disejumlah daerah.

Koran Bataviaasch Nieuwsblad, tanggal 18 Februari 1922 menulis kasus yang menghebohkan ini. Isinya: wabah menghebohkan terjadi di wilayah Karesidenan Riau. Selama bulan Januari di Tanjungbalai, Karimun ada 99 kasus penyakit pes. Wabah pneuonik ini menyebabkan hampir seluruh korbannya meninggal. 

Dalam Koran ini juga diinformasikan, Dr Vervoort, Direktur Laboratorium patologi di Medan ditugaskan  berangkat ke Karimun. Informasi lain dalam Koran ini,m penyakit pes diduga ditularkan dari Singapura yang wilayahnya berdekatan dengan Karimun.

Koran lainnya, Rotterdamsch Nieuwsblad terbitan 9 Maret 1922 juga memuat berita kasus penyakit pes di Karimun ini. Judul beritanya cukup dahsyat, yakni wabah di Riau. Seorang pembaca menerima sebuah pesan adanya wabah yang terjadi di Karimun. Banyak orang terkena infeksi.  Tindakan yang diambil oleh pemerintah di Karimun adalah membongkar tempat-tempat yang diduga bisa menjadi sarang atau sumber penyakit itu.  Dalam berita ini juga ada informasi, adanya dokter yang ditugaskan dari Medan untuk turun ke Karimun dalam mengatasi wabah ini..

Penyakit pes di berita koran yang terbit saat ini ada yang menyebutnya dengan penyakit tulah. Koran De Standard terbitan 7 Februari  1922 mengangkat judul ‘Tulah di Riau. Dalam berita ini disebutkan, ada dua kasus baru yang telah diidentifikasi. Periode bulan Januari, ada empat orang meninggal dunia.

Koran De Sumatra Post terbitan 1 April 1922 menulis berita yang lebih menyedihkan lagi. Wabah penyakit pes semakin meluas di Karimun. Wabah penyakit pes diduga datang dari Singapura. Sementara, pasokan kebutuhan sehari-hari masyarakat Karimun banyak dipasok dari Singapura. Dampaknya adalah harga makanan semakin meningkat di Karimun.

Dalam mengatasi wabah ini digelar deklarasi mengatasi wabah penyakit pes bertempat di tepi laut Karimun. Informasi ini dimuat dalam Koran Preangerbode tanggal 6 April 1922. Deklarasi ini bertujuan agar masyarakat menyadari adanya wabah penyakit yang mengancam. Hampir semua yang terkena penyakit berakhir dengan kematian.

Pemerintah Hindia Belanda bertindak cepat dalam mengatasi wabah penyakit pes di Karimun ini. Selain mengirim Dr dari Laboratorium Patologi Medan, juga dikirim ke ke sana, Dr N Cnopius dari kantor pusat.  Penyakit ini diduga ditularkan dari Singapura karena jaraknya cukup dekat. Sementara, akses ke Pulau Jawa jauh. Dari Tanjungbalai, Karimun tidak ada kapal yang langsung berlayar ke Pulau Jawa.

Dalam mengatasi penyakit berbahaya, pemerintahan Hindia Belanda di Tanjungpinang telah membuat lokasi karantina. Lokasinya berada di Pulau Los, Tanjungpinang. Bangunan di tempat karantina ini dibuat semi permanen. Informasi ini dimuat di Koran Het Nieuws Van Den Hag, 17 Juni 1904. Memang sejak awal abad 20, telah ada sejumlah daerah yang terkena wabah penyakit pes di Pantai Timur Sumatra. Belakanga, tahun 1922 kejadian terburuk menimpa penduduk Tanjungbalai Karimun, Kepri. ** (terbit di koran Tanjungpinangpos, 24 Maret 2020)