Tradisi Nyumbun, Menjaga Laut

0
2163
Tradisi mencari kerang sumpun di Kampung Laut, Tanjabtim, Jambi. (foto:antaranews.com).

Tradisi nyumbun atau mencari kerang sumpun mempunyai filosofi dan mengajarkan agar ramah dan menghormati laut. Tradisi nyumbun dulunya hanya dilakukan turun temurun oleh warga Suku Duano. Namun kini tradisi itu juga dilakukan oleh warga suku lainnya di Kampung Laut, Kabupaten Tanjungjabung Timur. Bahkan kini tradisi itu menjadi pagelaran wisata yang dikemas melalui festival.

Ada beberapa pantangan yang harus diketahui saat nyumbun. Saat nyumbun diwanti-wanti untuk tidak berbicara kotor dan tak senonoh. Saat nyumbun, juga tidak diperkenankan berenang di bibir beting karena di bibir beting tersebut banyak ular laut. Sebelum dimulainya tradisi nyumbun, terlebih dulu dilakukan ritual menggunakan tepung tawar. Ritual menggunakan tepung tawar disiapkan oleh tetua kampung di Kampung Laut.

Tepung tawar dan beras kunyit harus disiapkan dan wajib lengkapi sebelum tradisi nyumbun dilakukan. Tepung tawar memiliki makna salam selamat datang. Sesaji tepung tawar diletakan di depan panggung festival. Sesaji itu kudu ada sebelum rombongan melakukan perjalanan ke beting yang merupakan lokasi untuk nyumbun. Selain bertujuan sebagai salam selamat datang, adat tepung tawar yang mesti disiapkan itu juga memiliki tujuan untuk mohon perlindungan supaya diberi keselamatan saat turun ke beting.

Bagi masyarakat Tanjung Jabung Timur, Kampung Laut dikenal sebagai daerah penghasil sumbun. Daerah ini pertemuan antara air sungai dengan air laut yang banyak mengandung makanan dan bahan organik lainnya. Cara menangkap sumbun dilakukan dengan mengunakan alat berupa lidi. Diujung lidi tersebut diberi kapur, kemudian dimasukan ke dalam lubang sumbun, tidak beberapa lama kemudian sumbunnya akan mabuk dan akan muncul keluar dari lubangnya. **