Tradisi ‘Ketupat Lepas’ yang Tetap Lestari

0
1291
Tradisi Ketupat Lepas di Desa Kudung, Lingga Timur yang tetap lestari. foto:lazuardy lingga

Warga Desa Kudung, Kecamatan Lingga Timur memiliki tradisi yang unik dalam menyambut tahun baru Islam 1 Muharram. Namanya tradisi ketupat lepas.

Ketupat lepas disebut juga dengan ketupat tolak bala, adalah ketupat yang dianyam sedemikian rupa dan akan terlepas jika bagian ujung dan pangkalnya ditarik. Jika biasanya ketupat berbentuk kotak atau persegi yang tertutup rapat dan memiliki ruang kosong untuk diisi beras, maka ketupat yang satu ini hanya dianyam dengan bentuk memanjang agak renggang atau longgar tanpa isi dan dua ujungnya terpisah.

Pada awalnya, upacara pelepasan ketupat tidak hanya sampai pada penarikan hingga lepas saja, tetapi juga dilanjutkan dengan melarung helai daun kelapa yang telah terlepas tersebut ke laut, yang mengandung arti bahwa bencana yang disimbolkan dengan dua helai daun kelapa tersebut telah dibuang ke laut. Upacara ini dulunya masih dilakukan di tepi pantai, tidak hanya untuk sebagai penolak bala saja tetapi juga bermaksud sebagai pengharapan agar hasil tangkapan yang merupakan mata pencaharian utama nelayan melimpah.

Di Kudung, prosesi tradisi turun temurun ini diawali pembacaan doa akhir tahun usai Salat Ashar. Dilanjutkan doa awal tahun usai Salat Maghrib. Tradisi ketupat lepas dilaksanakan 1 Muharram lalu atau tanggal 21 September pukul 10.00 WIB. Kegiatan dipusatkan di Masjid Babul Ihsan, mulai pukul 10.00 WIB dilanjutkan dengan zuhur berjamaah.

Selesai zuhur dilanjutkan dengan santap siang bersama dengan sajian dan hidangan utama berupa ketupat. Setelah makan ketupat bersama selesai, maka sisa ketupat yang ada, dilepas ke sungai. Ketupat hanyut ke laut. Maknanya adalah melepas keburukan,kejahatan serta kesalahan masa lalu dilepas dan dibuang jauh-jauh. Kini yang tinggal berupa kebaikan.

Datok H. Nadar yang mewakili Ketua LAM Kabupaten Lingga menghimbau supaya tradisi ketupat lepas ini tetap dilestarikan. “Jangan sampai hilang tradisi ini dan jangan malu berbaju kurung Melayu setiap ada acara tradisi,”kata Nadar.

“Nanti ketika LAM Desa sudah terbentuk akan dilaksanakan musyarah. Kita buat sosialiasi tentang tata cara adat budaya Melayu. Tujuannya agar setiap acara yang kita buat lebih tertib dan menarik. Misalnya, dalam hal tata cara menghidang makanan dan upacara adat lainnya,”ujarnya.

Tradisi ketupat lepas ini juga berkembang di Bangka. Prosesinya juga sama dengan yang ada di Desa Kudung, Lingga. Di Desa Merawang, Kabupaten Bangka, tradisi ini juga tetap lestari. **