Tradisi Haul Syekh Abdul Qodir Al Jailani di Kuala Tungkal

0
3777
Tradisi Haul Syekh Abdul Qodir Al Jailani di Kuala Tungkal, Jambi. (foto:tribunnews.com).

Haul berasal dari Bahasa Arab: Al-Haul ( الحول ) yang mempunyai arti telah lewat dan berlalu atau berarti Tahun.Dalam bab zakat kita jumpai dalam literatur fiqih, haul menjadi syarat wajibnya zakat; hewan, ternak, emas, perak, serta harta dagangan. Artinya harta kekayaan tersebut baru wajib dikeluarkan zakatnya bila telah berumur satu tahun. Dari hal tersebut di atas nampak kesesuaian antara makna lughawy haul dengan acara haul dimaksud. Sebab, dalam kenyataanya acara haul dilakukan satu tahun sekali, yaitu pada hari kematian atau wafatnya orang yang dihauli.

Haul merupakan suatu tradisi masyarakat muslim yang sering dilakukan guna untuk memperingati hari kematian seseorang. Haul ulama Fiqih terkemuka Syekh Abdul Qodir Al-Jailani banyak digelar di sejumlah daerah di Indonesia. Tokoh ini ulama Sunni yang sangat dihormati dan dianggap sebagai Wali dalam dunia tarekat dan sufisme.

Beliau lahir pada tanggal 1 Ramadhan 471 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1077 Masehi didesa Naif termasuk wilayah Jilan yang terletak ditepi sungai Dijlah, yakni salah satu kota di negeri Thabaristan. Nama lengkapnya adalah Abu Muhamad Abdul Qodir bin Abi Shalih Musa bin Abdilah bin Yahya Al Zahid, bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdilah, bin Musa Al Jawad bin Abdullah Al Mahdi bin Hasan bin Syayyidah Fatimah binti Rasulullah Saw. Apabila dilihat silsilah dari sang ayah, beliau adalah keturunan Rasulullah Saw dari Sayyidah fatimah Az
Zahrah dan Ali bin Abi Thalib RA. Syekh wafat setelah menderita sakit ringan dalam waktu tidak lama. Ia wafat pada malam Sabtu, 8 Rabiul Awal 561 H.

Di Tanjung Jabung Barat setiap tahun ada tradisi haul Syekh Qodir Al Jailani yang diikuti ribuan orang dari penjuru Provinsi Jambi. Tak hanya dari Jambi, pengunjung juga datang dari Sumatra Selatan, Sumbar dan Riau. Di Kuala Tungklal, haul Syekh Abdul Qodir Al- Jailani, kadang disejalankan dengan haul ulama besar lain yang ada di Indonesia. Seperti haul Syekh Mohammad Nawawi berjan, dan Syekh Muhammad Ali Bin Syekh Abdul Wahab, tokoh tarekat di Indonesia. Di Tanjabbar, haul jamak biasanya digelar di sejumlah lokasi, seperti Masjid Agung Al-Istiqamah Kuala Tungkal, Pesantren Al Baqiyatus Shalihat dan lokasi lain.

Haul Abdul Qodir Jailani dimaknai untuk mengenang sekaligus meneladani kehidupan beliau yang banyak keteladanan dalam menyebarkan agama islam dan menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan dan keberadapan. Disamping bertujuan untuk mendoakan keberkahan, serta memetik suri tauladan juga untuk mengenang jasa dan hasil perjuangan para syekh atau para alim ulama, yang telah berdakwah mengajarkan tuntunan syariat dan aqidah akhlak. sebagai pedoman atau bekal bagi umat islam dalam menghadapi kehidupan dunia maupun di akhirat kelak.

Tradisi haul Syekh Abdul Qodir Al Jailani memiliki makna sismbolik dari keseluruhan isi acara haul, yaitu sebagai simbol interaksi masyarakat melalui media tradisi tersebut. Pengaruh atau manfaat dari tradisi haul Syekh Abdul Qodir Al-Jailani bagi kehidupan sosial keagamaan sangat banyak, diantaranya yaitu dari sisi sosial, menjalin interaksi yang baik antar masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat luar, meningkatkan solidaritas masyarakat, menjaga silaturahmi dan
meningkatkan ukhwah Islamiyah.

Manfaat dari sisi keagamaan yaitu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dapat menjadi motivasi untuk meneladani perilaku atau sikap yang baik dari Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, menambah ilmu pengetahuan ataupun ilmu agama serta mengingatkan kita kepada kematian. Dilihat dari budaya, tradisi haul Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menjadi salah satu objek wisata religi yang diminati oleh masyarakat muslim, sehingga dapat menjadi salah satu budaya tersendiri bagi Kuala Tungkal. Dilihat dari sisi ekonomi dengan adanya haul Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menjadi peluang bagi masyarakat untuk berjualan dan usaha lainnya dengan ramainya masyarakat yang datang.**