Tiga buku hasil penelitian, yakni buku tentang cerita rakyat Toponimi Kabupaten Lingga, permainan tradisional dan teater bangsawan segera diterbitkan Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga. Buku ini digarap peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri dan penulis lokal di Lingga.
Penulisan buku ini dimulai sejak bulan Mei 2017. Enam orang penulis dari BPNB Kepri melakukan penelitian di Lingga. Ada tiga kali proses fokus group discussion (FGD) dalamm penyempurnaan hasil penulisan. Dalam beberapa kali FGD itu ada masukan-masukan dari narasumber, termasuk dari dua staf khusus Bupati Lingga, Said Barakbah Ali dan Mustazar. Tiga penelitian berhasil diselesaikan akhir Oktober 2017.
“Naskahnya kita serahkan ke Dinas Kebudayaan Lingga untuk diterbitkan. Kabar yang kami terima saat acara Tamadun Melayu, ketiga buku sudah selesai dicetak,”kata Koordinator Penulisan dari BPNB Kepri, Zulkifli Harto, kemarin.
Dalam penelitian ini tim peneliti dan penulis dari BPNB Kepri ada enam orang. Yakni, Anastasia Wiwik Swastiwi, Zulkifli Harto, Evawarni , Novendra, Dedi Arman dan Jauhar Mubarok. Sedangkan, penulis lokal yang nantinya bergabung adalah Mustazar, Said Barakbah Ali, Lazuardi, Fadli dan Ramlan.
Sebelumnya, Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto mengaku sangat mengapreasi langkah Disbud Lingga yang memprogram kegiatan penelitian dan mengajak peneliti BPNB Kepri terlibat dalam penelitian. Kegiatan ini, katanya sangat penting nilainya dalam dukungan pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB).
Kadisbud Lingga, M Ishak mengatakan, pengkajian sangat penting karena Lingga kaya potensi budaya, namun datanya belum banyak. Dengan adanya kajian dan dicetak buku, bisa memberikan informasi yang lebih luas tentang sejarah dan budaya Lingga. “Cerita rakyat dan permainan tradisional yang ada di Lingga harus digali lagi. Orang tua-tua kita yang tunak tentang budaya dan sejarah satu persatu meninggal dunia. Makanya penelitian menjadi sangat penting. Ini sangat penting untuk masa depan sejarah dan budaya Lingga ke depan,”kata Ishak.**