Raden Mattaher diangkat sebagai pahlawan nasional kedua dari Provinsi Jambi bertepatan hari pahlawan 10 November 2020. Kabar gembira bagi masyarakat Jambi karena sudah lama sekali belum ada lagi pahlawan nasional dari Jambi, setelah Sultan Taha tahun 1977. Perjuangan Raden Mattaher yang heroik yang memilih hidup bergerilya melawan Belanda, ketimbang hidup berkecukupan di Batu Pahat, Malaysia sebagai orang buangan, perlu diteladani.
Raden Mattaher adalah seorang panglima perang Jambi yang sangat terkenal dan ditakuti Belanda. Setelah wafatnya Sultan Thaha Saifuddin pada tahun 1904, komando perlawanan terhadap Belanda di Jambi dilanjutkan oleh Raden Mattaher, yang oleh masyarakat Jambi dikenal sebagai Singo Kumpeh. Ia telah memperlihatkan sebagai seorang kesatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi.
Pasukan Raden Mattaher dalah pasukan bergerak dan menyerang secara tiba-tiba. Oleh karena itu pasukan Raden Mattaher tidak menempati suatu tempat tetap. Raden Mattaher menamakan pasukannya sebagai Sabillillah. Sebelum pergi melakukan penyerangan atas pasukan Belanda, maka Raden Mattaher terlebih dahulu melakukan sholat agar mendapat petunjuk dan ridho Allah. Saat melawan penjajahan Belanda, Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang yang beroperasi di wilayah Muara Tembesi hingga ke Muara Kumpeh. Dalam berbagai penyerangan, Raden Mattaher dibantu oleh beberapa panglima yakni, Raden Perang, Raden Ahmad, Raden Kusen dan Raden Pamuk. Dalam pergerakan tersebut, para panglima ini membuat kantong-kantong pertahanan, barisan pertahanan dan barisan perlawanan terhadap penjajah.
Penyerangan yang dilakukan difokuskan terhadap kantong-kantong pertahanan militer Belanda. Selain juga melakukan penyergapan terhadap kapal-kapal perang yang mengangkut personil, amunisi dan obat-obatan. Tak tanggung-tanggung, mereka juga membunuh setiap pimpinan militer Belanda yang tertangkap.
Saat melakukan perang gerilya bersama dengan Panglima Tungguk Suto Alus, Raden Mattaher berhasil merampas peti baja milik bea cukai Belanda yang berisi 30 ribu Cap Tongkat, serta beberapa dokumen penting Belanda lainnya di Bayung Lincir, perbatasan antara Jambi dan Palembang. Setelah perjungan ini, Raden Mattaher bersama Panglima Ambur Panjang (Raden Pamuk), Panglima Betung Besalai (Raden Seman) dan Tunggul Buto (Raden Perang) membantu pasukannya yang berasal dari Jambi Kecil, Jambi Tulo dan ada yang datang dari Pijoan guna menangkis serang musuh di Tarikan menuju Kumpeh.
Namun sayangnya, beberapa waktu kemudian, Raden Mattaher ini dapat dilumpuhkan oleh Belanda dengan beberapa tipu muslihat. Dalam penangkapan tersebut, Raden Mattaher berhasil dibunuh oleh Belanda. Ia ditembak mati ketika sedang berada di rumahnya, pada tanggal 7 September 1907, dalam operasi militer Belanda. Namun sebelumnya, Raden Akhmad yang adalah kakak kandung Raden Mattaher, tewas tertembak saat selesai sholat magrib.
Terkait wafatnya Raden Mattaher, Belanda menyatakan, “Nadat in September 1907 Raden Mattaher, nau van Taha verwant en de meest gevreesde en actieve der gouverne ments tegenstaders, na en rusteloze achtervolging was gesneuveld. Was het verzet gebroken.” Artinya, “Dalam bulan September tahun 1907 Raden Mattaher, keluarga dekat Taha (Sulthan Thaha Saifudin) yang paling di takuti (Belanda) karena aktif gupermend (Pemerintahan Belanda). Setelah dikejar terus menerus gugurlah dia (Raden Mattaher) dalam pertarungan dengan pasukan Belanda. Dalam hal ini belanda menggunakan kalimat was gesneuveld, kalimat ini lazimnya Belanda disebut mati dalam pertempuran.
Peneliti Madya BPNB Kepri, Dr Anastasia Wiwik Swastiwi MA mengatakan, BPNB Kepri sangat merasa berbangga atas pencapaian keberhasilan Raden Mattaher sebagai pahlawan nasional. BPNB Kepri sejak awal berkeyakinan usulan Raden Mattaher sebagai pahlawan nasional akan berhasil.
Kata Wiwik, ada sejumlah kontribusi BPNB Kepri dalam mengangkat tokoh Raden Mattaher ini untuk bahan pengusulan pahlawan nasional. “Tahniah untuk Jambi, Raden Mattaher jadi pahlawan nasional. Ini penantian panjang sejak 1977. Setelah Sultan Taha, ini kedua yang kedua,”kata Wiwik.
Sumbangsih BPNB Kepri dalam mengangkat tokoh Raden Mattaher
- Penulisan biografi Raden Mattaher (Penulis Dr Anastasia Wiwik Swastiwi dan Dedi Arman). (2016) Buku diterbitkan BPNB Kepri.
- Menggelar Dialog Sejarah Raden Mattaher di Jambi (2017)
- Pembuatan film dokumenter Raden Mattaher yang dibiayai BPNB Kepri (2018)
- Dr Anastasia Wiwik Swastiwi MA jadi narasumber seminar Raden Mattaher yang ditaja Pemko Jambi. (2019)