Singkep Kini Punya Museum Timah

0
818
Pagoda Dabo Singkep

Kalau tak ada aral melintang, Museum Timah Singkep yang beralamat di Pagoda, Dabo Singkep akan diresmikan, Kamis (23/5) ini. Dalam tahap awal sudah terkumpul hampir seribuan koleksi benda-benda peninggalan zaman perusahaan PT Timah yang pernah jaya di Singkep. “Insyallah, Kamis besok peresmiannya. Museum untuk sementara mengambil lokasi di Pagoda, eks peninggalan perusahaan PT Timah,”kata Staf Dinas Kebudayaan Lingga, Lazuardi, kemarin.

Lazuardi menyebutkan, Dinas Kebudayaan Lingga bergerilya dalam mengumpulkan koleksi untuk ditempatkan di museum timah. Kata dia, masih ada sejumlah lokasi yang dihibahkan masyarakat di Singkep barat tapi belum dijemput. Disbud Lingga mengucapkan terimakasih pada masyarakat yang menghibahkan barang-barangnya. “Ini baru langkah awal. Dengan keterbasan anggaran,kita terus menjalin komunikasi dengan masyarakat Lingga di Singkep, Kundur, Bangka dan Jakarta dalam membangun museum ini,”ujarnya.

Menurutnya, pembuatan museum timah salahsatu upaya dalam menyelamatkan sejarah Singkep yang pernah mengalami kejayaan dalam tambang timah. Upaya lain adalah penulisan buku sejarah timah Pulau Singkep. Ke depannya, Pemkab Lingga akan membangun Museum Timah di Dabo Singkep. Bupati Lingga, Alias Wello dan rombongan dari Pemkab Lingga sudah pernah datang ke Pangkalpinang untuk bertemu dengan pihak PT Timah. Di sana rombongan juga mempelajari Museum Timah Pangkalpinang.

Pulau Singkep merupakan salah satu dari tiga pulau besar yang ada di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Pulau ini dulunya juga dikenal sebagai pulau penghasil timah dengan reputasi penambangan selama hampir dua abad mulai dari tahun 1812-1992 silam. Bahkan, pulau ini juga dikenal sebagai salah satu pulau yang terdapat tambang timah terbesar selain Pulau Bangka di Sumatera Selatan. Kala itu, di Indonesia hanya ada tiga pulau penghasil timah yaitu Bangka, Belitung dan Singkep.

Tambang timah Singkep berawal saat Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II menggalakkan penambangan bijih timah di Pulau Singkep. Pulau itu pun mengalami masa kejayaan, baik dibidang perekonomian maupun kesejahteraan dikarenakan adanya pertambangan timah cukup besar yang menopang segala kemajuan di Pulau Singkep. Maka pada tanggal 1 Desember 1857 dilaksanakan perjanjian antara sultan dengan Belanda tentang diizinkannya pengusaha Belanda untuk membuka tambang timah.

Menginjak tahun 1985, menjadi tahun dimulai merosotnya kejayaan timah. Ketika itu terjadi peristiwa yang disebut tin crash atau malapetaka timah, yang ditandai dengan ambruknya harga timah di pasaran dunia. Harga timah anjlok dari 16.000 Dolar AS menjadi 8.000 Dolar AS per metrik ton. Kemerosotan harga itu, membuat usaha penambangan, khususnya di Pulau Singkep menjadi lesu. Eksplorasi berkurang, laba menurun, dan mulailah dampak atas karyawan terasa, seperti pemutusan hubungan kerja dan lainnya.

Sejalan dengan itu pula, penambangan timah di Pulau Singkep dan semua akitifitasnya dipindahkan ke Karimun dan Kundur. Perubahan drastis langsung menerpa mereka yang mengantungkan hidupnya pada PT. Timah. Berangsur-angsur, 2.400 karyawannya diberhentikan dan diberi uang tolak alias pesangon.

Sebagian karyawan yang diberhentikan mulai meninggalkan Pulau Singkep. Sedangkan pegawai yang tidak diberhentikan, mutasi ke lokasi tambang lain di Bangka, Tanjung Batu dan Tanjungbalai, Karimun. Pulau Singkep, dan khususnya Kota Dabo mulai terjerembab. Secara perlahan dan sedikit demi sedikit, warganya mulai hengkang, terutama kalangan usahawan, banyak yang pindah ke Tanjungpinang atau Batam. Anak-anak mudanya berhamburan merantau, mencari pekerjaan. Dabo Singkep jadi sepi.**