Sanggar Pelestari Kesenian Kuda Lumping di Natuna Hidup Kembali

0
315
Kesenian kuda lumpung di Natuna. (f.juli putrawan)

Masyarakat Etnik Jawa di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri cukup besar. Dulunya mereka datang ke Natuna sebagai transmigran. Kesenian dari daerah asal juga dihidupkan
di perantauan.

Salahsatunya di Desa Tapau, Kecamatan Bunguran Tengah. Warga Jawa yang ada di sana kembali menghidupkan kesenian kuda lumping. Sumardi (65), salah seorang warga menyebutkan, mereka kembali memainkan kesenian kuda lumping. Gerakan penari kuda lumping meliuk liuk mengikuti irama musik. Terlihat sekumpulan pemusik begitu asik memukul peralatan yang sudah berusia 36 tahun itu bantuan dari direktorat jenderal transmigrasi kala itu.
Cerita ini diungkapkan mbah sumardi (65) disela-sela acara penampilan kuda lumping sanggar karya muncul didesa tapau kecamatan bunguran tengah
“Alat itu sudah ada sejak tahun 1983,”kata Sumardi kepada Kasi Seni Tradisi Disparbud Natuna, Juli Putrawan.

Sumardi menceritakan ketika beliau pindah ke natuna mengikuti program transmigrasi, selain aktivitas mencari nafkah, aktivitas kesenian hidup di daerah ini.
“Dulu aktivitas kesenian disini lengkap, kuda lumping ada, lundruk ada, ketoprak ada,wayang ada. Setiap minggu kita tampil dibalai desa dan penontonnya ramai,”tuturnya.

Perantau yang telah 36 tahun tinggal di desa tapau ini meyakini pada masa itu kesenian jawa mulai perkembangannya mulai ada di desa tapau yang sudah menjadi kampung halaman
“Kesenian ini dulu disini. Semuanya kumpul disini. Dulu kita tak pakai nama sanggar kayak sekarang. Kita kumpul dan bermain,”ujarnya.

Kondisi ekonomi yang susah, banyak seniman kesenian tersebut sulit untuk berkumpul bersama. “Sempat aktif abis tu gak jalan lagi. Sampai akhirnya ya sekarang dihidupkan kembali dengan nama Sanggar Karya Muncul,”sebutnya.

Ia menyebutkan, kondisi alat yang mereka miliki tak lagi memadai. Kostum juga tidak ada. Mereka berharap kesenia ini tetap tumbuh dan kalau bisa makin berkembang.**