Rida K Liamsi Dapat Penghargaan Sastra Badan Bahasa

0
648
Rida K Liamsi

Sastrawan plus budayawan Melayu Kepri, Rida K Liamsi memperoleh penghargaan dari Badan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2018. Rida diganjar Penghargaan Sastra Badan Bahasa atas buku puisinya berjudul Rose yang terpilih sebagai bukum puisi terbaik.

Dalam kesempatan Kongres Bahasa Indonesia XI ini, Badan Bahasa juga memberikan Penghargaan Sastra Badan Bahasa kepada enam nama. Yakni Rida K. Liamsi (Kumpulan Puisi), Eka Kurniawan (Kumpulan Cerpen), dan Martin Suryajaya (Novel). Kemudian Ziggy Zezsyazeoviennazabriezkie (Novel), Akhudiat (Naskah Drama), dan Hasan Aspahani (Esai Sastra).
Selain itu Anugerah Tokoh Kebahasaan dan Kesastraan juga diberikan kepada Arif Sulistiono (Tokoh Kepemudaan) dan I Komang Warsa (Tokoh Pendidik atau Tenaga Kependidikan). Serta Nursida Syam (Pegiat Literasi) dan Felicia N. Utorodewo (Pegiat Diplomasi Kebahasaan di Kawasan ASEAN). Penghargaan diserahkan Muhadjir Effendy, Ahad (28/10) di Jakarta.

Badan Bahasa juga memilih Duta Bahasa Tingkat Nasional 2018. Adapun Terbaik pertama untuk Duta Bahasa Tingkat Nasional 2018 adalah dari Provinsi Jawa Barat, yaitu Agatha Lydia Natania dan Nursidik. Lalu kedua, dari Provinsi DKI Jakarta, yakni Hilma Ramadina dan Faisal Meinaldy. Serta posisi ketiga, dari Provinsi Aceh, Ainna Khairunnisa dan Almuarrif. Juga Penghargaan Adibahasa dimana untuk Kategori Provinsi Besar diberikan kepada Provinsi Jawa Tengah. Lalu Kategori Provinsi Sedang diraih Provinsi Jambi dan Kategori Provinsi Kecil oleh Provinsi Sulawesi Barat.

Rida K Liamsi, putra asli Kabupaten Lingga, Kepri tak hanya dikenal sebagai bos koran di Sumatra, tapi juga penyair dan novelis yang mumpuni. Sejumlah karyanya, yakni
Perjalanan Kelekatu (kumpulan puisi, 2007), Rose (kumpulan puisi dwibahasa, Indonesia-Inggris, 2013), Kurator Antologi Puisi Hari Puisi Indonesia, Matahari Cinta Samudera Kata (2016), Prasasti Bukit Siguntang dan Badai Politik di Kemaharajaan Melayu, 1160-1946 (buku semi sejarah , 2016) Megat (novel, 2016), Mahmud, Sang Pembangkang (buku semi sejarah, 2017), dan Tempuling (kumpulan sajak, Yayasan Sagang, 2002), serta Bulang Cahaya (novel, JP Book Surabaya dan Yayasan Sagang, 2007).