Dalam sejarah, laut merupakan jembatan penghubung integrasi ekonomi, integrasi budaya, dan integrasi politik di antara kota-kota pelabuhan. Salah satu di antara kota pelabuhan adalah Pelabuhan Riau yang saaat ini letaknya di Sungai Carang, Tanjungpinang Kepulauan Riau. Pada awal abad ke-18, kawasan ini berkembang dengan pesat berkat adanya dukungan sektor perdagangan dan pelabuhan yang maju. Seperti dipaparkan Elisa Netscher, Resident Riau tahun 1861-1870, dalam “Beschrijving Van Een Gedellte Der Residentie Riouw” yang dimuat dalam Tijdschrift Voor Indische Tall-land-en Voelkenkunde, 2, 1854, dikatakan saat itu Riau merupakan kawasan tempat berniaga bagi pedagang-pedagang dari Borneo (Kalimantan), dan Celebes (Sulawesi) yang datang dari Singapura. Ketika itu, Singapura belum memiliki peranan yang berarti dalam dunia perdagangan di kawasan Selat Malaka.
Pelabuhan Riau juga mejadi pelabuhan transito antara timur dan barat karena letaknya yang strategis di jalur dagang Selat Malaka. Keberadaan Pelabuhan Riau dengan karakteristik wilayah yang unik, ternyata
memberikan nuansa tersendiri pada masa-masa selanjutnya. Pelabuhan Riau (kini) terletak di Sungai Carang Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Tuhfat Al Nafis menyebut bahwa Pelabuhan Riau pada abad ke-18 dikenal memiliki perdagangan yang sangat ramai di Ulu Sungai Riau, atau Sungai Carang. Pelabuhan Riau ini juga sangat dikenal memiliki jaringan perdagangan dan pelayaran di kawasan pantai Timur Sumatera.
Ada sejumlah kegiatan disiapkan dalam program jalur rempah Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri tahun 2020 ini. Ada sosialisasi program jalur rempah, pembuatan film jalur rempah, pengembangan muatan lokal jalur rempah dan webinar jalur rempah. Untuk ingin lebih tahu tentang program jalur rempah BPNB Kepri, silahkan mengklik tautan dibawah ini: