Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri Dapat Gelar Datuk Seri Pujangga Utama

0
1181
Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri Dapat Gelar Datuk Seri Pujangga Utama dari Lembaga Adat Melayu Riau

Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) memberikan gelar kehormatan adat kepada Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri. Sutardji mendapat gelar Datuk Seri Pujangga Utama. Acara penabalan dilakukan di Gedung Lembaga Adat Melayu Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Rabu (7/11 kemarin.

Pemberian gelar tersebut telah melewati berbagai pemufakatan yang ditempuh. Hingga akhirnya atas kesepatan seluruh MKA Lembaga Adat Melayu Riau menobatkan sastrawan kelahiran Rengat, Indragiri Hulu ini dengan gelar adat “Datuk Seri Pujangga Utama”. Gelar Datuk Seri Pujangga Utama diberikan kepada Sutardji Calzoum Bachri merujuk luar biasanya pengabdian dan dedikasi, serta pencapaiannya di bidang kesusastraan.

Ketua Pelaksana Gelar Kehormatan Adat LAMR, Taufik Ikram Jamil mengatakan, Sutardji Calzoum Bachri merupakan orang ke-8 yang diberikan gelar adat kehormatan sejak tahun 1970. Sebelumnya, gelar Datuk Seri diberikan kepada Ustaz Abdul Somad dan Rida K. Liamsi.
“Beliau telah lama menyelami dunia kasastraan berkisar lebih kurang 70 tahun hingga sekarang. Tak hanya dikenal di Indonesia, namun juga mancanegara yang telah mengakui kepenyairannya,”kata Taufik.

Prosesi penabalan diawali dengan pembacaan ikhtisar riwayat hidup sastrawan kelahiran Rengat, Indragiri Hulu ini serta musyawarah Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR tentang pemberian gelar kehormatan kepada SCB. Puncak acara penabalan ini pun diiringi pembacaan warkah penabalan sembari memasangkan tanjak dan selempang yang dilakukan oleh Ketua Umum MKA LAMR, Datuk Seri Al Azhar kepada SCB yang telah resmi dinobatkan sebagai Datuk Seri Pujangga Utama. Untuk diketahui, makna frase gelar kehormatan adat Datuk Seri Pujangga Utama ini adalah orang patut yang bercahaya sebagai sastrawan, terutama karena pencapaian dan dedikasinya secara istimewa dalam kehidupan manusia.

Sutardji, sang pembaharu perpuisian Indonesia, lahir di Riau pada tahun 1941 dan menempuh pendidikan di Fakultas Sosial Politik Universitas Padjajaran, Bandung.Karya-karya Sutardji telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Belanda, dan dipublikasikan di beberapa antologi di Amerika, Australia, serta Belanda. O Amuk Kapak merupakan kumpulan sajak-sajak Sutardji dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukan beliau terhadap puisi Indonesia modern.

Sebagai seorang penyair sufistik, Sutardji menggunakan gaya bahasa yang menyerupai mantera dalam segala variasi sajak, menghasilkan karya yang mengandung daya magis serta ditata begitu baik dalam hal penundaan makna puisi. Puisi sang penerima penghargaan Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand tahun 1979 ini kebanyakan berisi perenungan mendalam akan sesuatu. **