Peneliti BPNB Pertama Raih Gelar Doktor, Tulis Joget Dangkung Kepri

0
242
Dra Anastasia Wiwik Swastiwi MA P.hD

Dra Anastasia Wiwik Swastiwi MA P.hD, peneliti Madya Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri meraih gelar doktor di University of Malaya. Ujian disertasi lulus tanggal 21 Oktober 2016 lalu. Ia mencatat sejarah karena peneliti pertama BPNB se-Indonesia yang meraih gelar doktor. Bagaimana kiprahnya?
====================================================

Perjuangan panjang itu selesai juga, dengan happy ending, bahagia. Wiwik berhasil mempertahankan disertasinya dihadapan sejumlah penguji dari sejumlah negara. Disertasinya khas Kepri. Ia menulis “Joget Dangkung Kepulauan Riau Indonesia: Dari Hiburan Kampung Nelayan Kepada Persembahan Pentas”. Para penguji, diantaranya Prof DR I Wayan Dibia, Guru Besar ISI Denpasar, Prof Lawrence Nathanael, ahlu etnografi dan etnomusik dari Akademi Pengajian Melayu Universiy of Malaya. Bertindak sebagai promotor, Prof Madya Hanafi Hussin, Dekan Fakulti Sastra dan Sains Sosial University of Malaya.
“Puji tuhan, akhirnya selesai juga. Puas rasanya lolos dari penguji yang berbobot. Luar biasa,”kata Wiwik yang mengabarkan dari Kualalumpur, Jumat sore.

Wiwik patut gembira karena selama ini ada beban berat yang mengantung.Pendidikan doktoralnya yang ditempuh sejak tahun 2008 mengalami berbagai kendala. Namun, berbagai rintangan dan halangan akhirnya bisa selesai. Apalagi ia menempuh pendidikan disela-sela kesibukannya sehari-hari sebagai peneliti BPNB Kepri. “Lama juga studinya, tapi senang juga akhirnya berakhir indah,”ujarnya.

Soal disertasinya, Wiwik mengaku sengaja menulis tentang joget dangkung, dengan pendekatan sejarah dan antropologi tari. Ia menilai kesenian joget dangkung ini sangat menarik. Ditulis lengkap dengan sejarah Melayunya. Pada konteks kekinian, kata Wiwik, kesenian ini banyak menjadi event pertunjukkan, seperti festival dangkung di Karimun dan juga Tanjungpinang. “Ada lomba tiap tahun. Kesenian ini jadi milik bersama. Tahun lalu malah ada lomba dangkung antar instansi di Tanjungpinang. Kebetulan saya diminta jadi juri,”kata ibu dua anak kelahiran 12 Oktober 1969 ini.

Sebelumnya, ia juga sering tampil sebagai narasumber dalam workshop tentang joget dangkung di Kepri. Tak hanya itu, Wiwik bersama tim BPNB Kepri juga tahun 2015 membuat film dokumentar tentang joget dangkung di Moro, Karimun. Pembuatan film didanai Direktorat Internalisi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kemdikbud. Tak mengherankan, Wanita asal Jogja ini tunak dengan joget dangkung.

Sebelum menempuh S3 di Malaysia, studi S1 diselesaikannnya di Universitas Gajah Mada jurusan Ilmu Sejarah. Studi S2 diselesaikannya tahun 2007 di University of Malaya. S2-nya kajian sejarah. Karir penelitinya di BPNB Kepri terbilang cepat. Wiwik diterima sebagai PNS BPNB Kepri yang dulunya bernama Balai Kajian Sejarah dan Nilai Trasional (BKNST) Tanjungpinang tahun 1998. Tak lama kemudian ia melanjutkan pendidikan untuk peneliti. Saat ini pangkatnya IV B dan berstatus peneliti madya. Di BPNB Kepri, ia dipercaya sebagai koordinator peneliti sejarah.

Wiwik sangat tunak tentang seluk beluk tentang Sejarah Melayu, khususnya tentang Kerajaan Riau Lingga Johor Pahang. Tak mengherankan, dalam seminar tentang Sejarah Melayu di Semenanjung Melayu ini, Wiwik selalu dilibatkan. Tak hanya gelar akademiknya yang terbilang langka di Kepri sebagai sejarawan, ia juga memiliki data-data dan arsip yang cukup lengkap tentang Kerajaan Riau Lingga Johor dan Pahang. Jaringan dan relasinya luas sehingga ia banyak mendapatkan data-data. Dengan kepakarannya dibidang Sejarah Melayu khususnya Kepri tak mengherankan, ia sering diundang untuk memberikan kuliah umum di Universitas Maritim Raja Ali Haji, mata kuliah Tamadun Melayu. Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kepri ini juga sering dilibatkan sejumlah pemerintah daerah untuk urusan sejarah dan budaya, serta tenaga ahli cagar budaya.

Sepanjang karirnya di BPNB Kepri, cukup banyak buku yang ditulisnya. Salah satu bukunya yang jadi rujukan adalah Pulau Galang Wajah Humanisme Indonesia, Penanganan Manusia Perahu Vietnam 1979-1996. Bukunya yang lain tentang Sejarah Karimun, Sejarah Pelalawan, Hubungan Jambi-Johor abad 17, Jambi dalam Lintasan Sejarah, Toponimi Natuna, Sejarah Pembentukan Kota Ranai, Pulau Tujuh dan sejumlah buku tentang Kerajaan Riau Lingga Johor dan Pahang. Ia juga termasuk salah satu penulis Buku Sejarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah, Yang Dipertua Besar Kerajaan Riau Lingga Johor dan Pahang (1761-1812). Ia juga rajin menulis di jurnal nasional dan internasional, seperti Journal of Southeast Asian Studies. Tulisannya yang lain yang cukup menarik adalah “Kepulauan Riau dan Dinamika Sosial Ekonominya” dalam Agus Suwignya (et al), Sejarah Sosial (di) Indonesia: Perkembangan dan Kekuatan, Yogyakarta: Jurusan Sejarah UGM, 2011.

Dalam catatan penulis, dari 11 kantor BPNB se-Indonesia, baru satu orang bergelar doktor, yakni Kasubag Tata Usaha BPNB Sulawesi Selatan, Dr Muslimin AR Effendy MA. Muslimin beberapa waktu lalu dilantik sebagai Kasubag TU, sebelumnya ia bertugas di Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan. Bedanya, Anastasia Wiwik Swastiwi memulai karirnya dari BPNB Kepri dari tahun 1998 sampai sekarang sebagai peneliti. Di Kepri, Wiwik doktor sejarah kedua setelah Ahmad Dahlan P.hD. Mantan Walikota Batam itu juga menamatkan S3 di University of Malaya. Namun, Ahmad Dahlan S1,S2 dan S3-nya tak linier. Strata dua-nya magister hukum di Institute Of Business Low and Administration (IBLAM),Jakarta.**