Peluncuran Kenduri Swarnabhumi

0
1603
Para pejabat memukul kompang bersama-sama menandai Kenduri Swarnabhumi resmi diluncurkan

Cintai budaya kita lestarikan sungai

Cintai sungai kita lestarikan budaya

Sungai menjadi bagian penting bagi manusia. Sungai merupakan jalur transportasi yang menghubung-rangkaikan satu lokasi dengan lokasi lainnya. Selain itu, sungai juga menyimpan ragam bahan baku kehidupan manusia; ikan dan berbagai binatang yang ditangkap untuk disantap; pasir untuk membangun rumah dan gedung-gedung; emas yang ditambang untuk dijadikan perhiasan serta melengkapi ambisi-ambisi keduniawian; dan hal-hal lainnya yang beragam. Dengan demikian, sungai bukan hanya berupa aliran air dari hulu ke hilir, melainkan bersamanya turut mengalirkan peradaban manusia. Satu di antara sungai yang dimaksud adalah sungai Batanghari.

Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatra. Panjangnya lebih kurang 800 km yang melintasi dua provinsi, yaitu Sumatra Barat dan Jambi, serta melewati sekian banyak kabupaten/kota, di antaranya adalah Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya, Bungo, Tebo, Batanghari, Kota Jambi, Muaro Jambi, dan Tanjung Jabung Timur. Sungai Batanghari mencatat perjalanan panjang sejarah kemelayuan di Sumatra hingga kawasan semenanjung. Setidaknya, hal tersebut telah ditapaki pada abad ke-7 hingga 13 Masehi dengan menjadi jalur perdagangan yang ramai. Tidak hanya para pedagang nusantara yang meramaikannya, melainkan juga dari Cina, India, Persia, hingga Arab dengan berbagai bahan perdagangannya. Maka, tidak mengherankan jika kemudian kita mendapati tinggalan arkeologi dan peninggalan penting lainnya yang menunjukkan adanya suatu peradaban atau pola hidup akuatik di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Prasasrti, candi/situs, area permukiman, perahu kuno, keramik, hingga arsitektur bangunan.

Kembali mengingat pentingnya sungai Batanghari bagi peradaban kemelayuan di nusantara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) bersama 14 pemerintah daerah menginisiasi kegiatan Kenduri Swarnabhumi. Bertepatan dengan malam bulan purnama hajatan Kenduri Swarnabhumi diluncurkan, Jumat (12/08) di area rumah dinas gubernur Jambi, Kota Jambi.

Kenduri Swarnabhumi ini mengangkat tajuk utama: Peradaban Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti. Slogan kegiatan tersebut adalah “Cintai budaya kita lestarikan sungai, Cintai sungai kita lestarikan budaya”.

Hadir dalam acara tersebut Al Haris (Gubernur Jambi), Fitra Arda (Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan), Ahmad Mahendra (Direktur Perfilman, Musik, dan Media), Judi Wahjudin (Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan), Nasaruddin Umar (Imam besar Masjid Istiqlal), dan juga beberapa bupati dan kepala Dinas Kebudayaan dari kabupaten/kota yang terlibat dalam hajatan Kenduri Swarnabhumi tersebut. Sebelum acara peluncuran tersebut, pada siang harinya, selepas salat Jumat mereka menghadiri acara makan benampan di aula rumah dinas gubernur Jambi. Pada acara tersebut juga turut diundang tokoh masyarakat serta seniman/budayawan Jambi.

Makan benampan adalah salah satu tradisi masyarakat Melayu Jambi. Disebut dengan makan benampan karena penyajiannya menggunakan nampan. Biasanya nampan yang digunakan yang berbentuk bulat. Nampan tersebut diletakkan di atas pahar sehingga posisi makanan tersebut lebih tinggi dibandingkan kaki. Hal tersebut mempunyai makna penghormatan orang Jambi terhadap makanan.

Makan benampan di aula rumah dinas gubernur Jambi

Sambutan-sambutan

Acara peluncuran duibuka dengan pertunjukan tari selampit delapan yang dimainkan oleh empat perempuan dan empat laki-laki. Tari Selampit Delapan ini merupakan hasil kreativitas dari M. Ceylon yang memperkenalkan kali pertama pada era 1970-an, ketika dirinya bertugas di Dinas Kebudayaan Provinsi Jambi. Tari selampit delapan ini termasuk tari pergaulan yang bertujuan merekatkan hubungan yang dilandasi oleh kekompakan, keimanan, saling menghargai, dan perilaku yang bijaksana.

Nasaruddin Umar yang bertindak sebagai pemimpin doa, meminta untuk tidak membenturkan antara agama dan kebudayaan. Karena keduanya saling melengkapi. Dirinya mengingatkan, “agama tanpa budaya tidak indah. Budaya tanpa agama adalah batil”.

Fitra Arda yang mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan yang berhalangan hadir pada acara tersebut menyampaikan bahwa sungai Batanghari ini merupakan pustaka yang menyimpan banyak pengetahuan tentang peradaban nusantara. Keberadaan pemukiman dan candi Muara Jambi adalah buktinya. Beliau memaknai swarnabhumi bukan hanya karena kandungan atau keberadaan emasnya yang melimpah, melainkan pengetahuan kebudayaan yang berada di sepanjang DAS Batanghari tersebut juga adalah emas.

Kegiatan Kenduri Swarnabhumi ini diharapkan dapat mengaktifkan kembali kebudayaan-kebudayaan akuatik yang telah tenggelam. Sehingga dapat “dibaca” kembali untuk membangkitkan kembali kejayaan yang pernah diraihnya. Pada kesempatan tersebut, Fitra Arda juga menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap daerah-daerah yang terlibat dalam Kenduri Swarnabhumi dan yang hadir pada malam peluncuran tersebut.

Sementara Al Haris, gubernur Jambi, mengingatkan pentingnya sungai Batanghari bagi orang Jambi. Setidaknya 2 juta orang Jambi menggantungkan hidupnya pada air sungai Batanghari. Diharapkan melalui Kenduri Swarnabhumi ini, tumbuh pemahaman untuk mengembalikan ekosistem sungai Batanghari yang telah menurun, bahkan tingkat ketercemarannya mencapai 49%.

Pada kesempatan tersebut Al Haris berharap sungai Batanghari dapat kembali menjadi bersih dan bening kembali. Ekosistemnya terjaga sehingga airnya dapat kembali dimanfaatkan sebagai air minum. Para nelayan dapat senang mencari ikan. Dan warga dapat melakukan berbagai aktivitas di sungai tersebut.

Acara peluncuran secara resmi ditandai dengan ditabuhnya kompang oleh para pejabat di atas panggung dengan latar belakang sungai Batanghari dan jembatan Gentala Arasy tersebut. Kompang tersebut dipukul secara bersama-sama.  

Kegiatan-kegiatan dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi antara lain Ekspedisi Sungai Batanghari, Sekolah Lapangan, Pemugaran Kawasan cagar Budaya Nasional Muara Jambi, 14 Festival daerah, Seminar dan Bincang-Bincang (Talkshow) Peradan DAS Batanghari.

Pengisi Acara

Selain Tari Selampit Delapan yang tampil di awal acara, beberapa pertunjukan turut memeriahkan acara peluncuran Kenduri Swarnabhumi tersebut di antaranya adalah pertunjukan Kompangan yang menghangatkan suasana; Dul Muluk Reborn, teater tradisional yang dikemas secara lebih kekinian; Wak Kocai yang mengajak berdendang dan bergoyang; serta ditutup dengan pertunjukan musik Mustache and Beard.

(Jauhar Mubarok)