Pelajar SMK Gali Data Kesenian yang Hampir Punah

0
361
Staf BPNB Kepri, Jauhar Mubarok bersama pelajar SMKN 1 Tanjungpinang, Jumat (4/1) kemarin.

Tiga orang pelajar Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) I Tanjungpinang berkunjung ke Perpustakaan dan Dokumentasi BPNB Kepri, Jumat (4/1) kemarin. Menariknya, mereka
datang ingin mengetahui tentang kesenian dan tradisi yang hampir punah di Provinsi Kepri.
“Kami ada lomba esai. Penyelenggaranya dari ITB Bandung. Soal kesenian yang hampir punah, makanya kami cari data dan informasi ke sini,”kata Rizki Firmansyah, salah seorang
pelajar.

Dua orang petugas Pusdok BPNB Kepri, Jauhar Mubarok dan Dedi Arman sembari bercanda menyebutkan, pertanyaan para pelajar ini sungguhlah berat. Pasalnya, bulan Desember 2018  lalu, Direktorat Kesenian, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud turun ke Kepri juga ingin menggali data tentang ini. “Pertanyaan adik-adik ini sama dengan orang Dit Kesenian. Sama-  sama berat,”kata Jauhar bercanda.

Jauhar memaparkan, saat acara Fokus Diskusi Terpumpun revitalisasi kesenian yang hampir punah di Kepri tahun 2019, ada 21 kesenian yang diinventarisir yang memungkinkan  untuk dipilih sekitar dua karya budaya untuk direvitalisasi tahun 2019. Karya budaya itu hampir punah. “Ini bukan punah ya, hampir. Bisa maestronya tinggal satu orang. Sudah  jarang dimainkan atau alasan lain,”ujarnya.

Kata Jauhar, dalam diskusi ini setidaknya ada 21 karya budaya yang diinvetarisir yang berasal dari kabupaten/kota yang ada di Kepri. Tersebar di Kabupaten Lingga,
Tanjungpinang, Anambas, Natuna, Karimun dan Bintan. Di Lingga misalnya ada Tari Merawai, Tari Inai, Bajenjang dan lainnya. Di Natuna ada Tari Topeng, Langlang Buana dan
tradisi lain. Di Tanjungpinang ada Boria dan Zapin Penyengat. “Kalau di Bintan ada Tari Melemang, juga terancam punah. Pokoknya disetiap daerah ada potensi, tradisi dan
kesenian hampir punah,”sebutnya.

Para pelajar ini juga mempertanyakan bagaimana upaya atau solusi pemerintah agar tradisi dan kesenian itu tak punah. Jauhar menyebut, banyak kebijakan pemerintah, termasuk   memberikan bantuan fasilitasi. Namun, yang terpenting bagaimana kesadaran masyarakat terhadap tradisi dan kesenian itu. “Masih butuh atau memerlukan tradisi dan kesenian itu. Bisa saja pemerintahnya habis-habisan membantu, tapi masyarakatnya menganggap tak perlu lagi tradisi itu. Kepunahan itu tak terhindarkan,”tukasnya. **