Onduo, Nyanyian Pengantar Tidur dari Rokan

0
3249
Pertunjukkan Onduo Rokan

Onduo Rokan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) nasional 2017 dari Riau. Onduo adalah istilah untuk nyanyian pengantar tidur anak di lingkungan masyarakat Melayu Rokan, Riau.

Sebagian orang setempat menyebutnya lagu buai anak atau timang anak. Iramanya syahdu dan melenakan, sehingga membuat anak-anak kecil tertidur. Syair-syair (lirik; senikata)-nya pada umumnya bersajak, berisikan nasehat dan tunjuk ajar, serta kerinduan dan kasih sayang. Syair itu bagaikan harapan dan doa untuk anak yang ditimang, yang belum mengerti apa-apa. Syair timang anak itu juga bermanfaat bagi orang lain yang mendengarnya.
Jenis yang sama dengan onduo, dengan penamaan yang berbeda-beda, terdapat dalam kehidupan puak-puak Melayu yang lain, dan hampir semua kebudayaan di dunia.

Dalam bentuk asalnya, Onduo dilakukan oleh seorang perempuan sewaktu menidurkan anak dalam buaian. Perempuan itu bisa ibu, bisa juga kerabat pengasuh si anak, seperti kakak, nenek, dan makciknya. Tidak ada keterangan sejak bila Onduo dalam bentuk itu dikenal oleh orang Rokan. Namun dari syair-syairnya yang berisi nasehat, tunjuk ajar, harapan dan doa, Onduo yang ada sekarang mestinya wujud setelah orang Rokan menganut agama Islam.

Onduo tergolong nyanyian pribadi yang diakrabi secara sosial. Oleh karena itu, walau pola dasar atau tema musikalnya sama, namun iramanya selalu bervariasi, tergantung pada pribadi masing-masing penyanyinya. Untaian kata-kata yang dinyanyikan sepenuhnya bersifat lisan, bersumber dari ingatan atau hafalan si penyanyi.

Dalam perkembangan berikutnya, Onduo ditampilkan dalam acara komunal cukuo rambuik (mencukur rambut), yaitu kenduri menggunting rambut bayi, yang dirangkai dengan memberi nama kepada bayi tersebut. Pelakunya kaum ibu, sambil membuai bayi dalam buaian yang dihias sedemikian rupa.

Onduo berkembang menjadi nyanyian mengisi waktu luang, dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Perkembangan ini menyebabkan irama Onduo di masa lalu menjadi makin kaya. Namun, sekarang sebagian sudah jarang terdengar, seiring berkurangnya minat orang Rokan menggunakan Onduo, baik untuk menidurkan anak, maupun untuk mengisi waktu luang. Salah satu irama yang langka itu ialah Onduo Ulakbosa, irama khas yang awalnya dinyanyikan
oleh orang di kampung Ulakbosa.

Di Kampung Ulakbosa, onduo juga dinyanyikan dalam acara cukuo rambuik (cukur rambut), yaitu acara sedekah kenduri memberi nama anak yang dilakukan oleh kaum ibu sambil membuaikan bayi dalam buaian yang dihias sedemikian rupa.

Onduo berisi nasihat yang mengajarkan berbagai nilai kepada anak. Nilai yang paling menonjol adalah nilai-nilai agama Islam, seperti perintah salat dan puasa, yang terdapat dalam onduo berikut: La ela hailla lo buyung/Tiduo tiduo lo sayang/Kayula morang la telinduong bulan/Simpa jo dahan diguyang gompo/Tiapla tahun Nobi beposan/Suruah sumayang dengan puaso/Kalau mongaji momuji Allah/bersembahyang mongampun duso… Nilai lainnya adalah keutamaan menuntut ilmu, Hei… la lo… /Kain lo cukin basahan mandi/Udah lo mandi dibaok pulang/Udah lo mandi dibaok pulang/Tuntut elemu le na nak o… i/Untuk boka mati/Tuntut ilmu le nak o..i…

Menurut Yulita Fitriana, Staf Kantor Balai Bahasa Riau, ada juga nasihat yang ditujukan agar apabila si anak merantau, jangan sampai lupa pada kampung halamannya, Pucuk pauh bolimbing bosi/Sayang la../Anak sombilang di tapak tangan/Sungguh jauh di kampung satu, sayang.. la/Hilang di mato nak di hati jangan. Terdapat pula onduo yang berisi nasihat supaya tidak terlalu mengingat orang yang jauh, jika hal tersebut akan membawa kesedihan. Tidurlah anak, gugurlah nangka/Jangan ditimpa silawa pauh/Tidurlah, tidurlah mato/Jangan diingat orang yang jauh.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam onduo, berbeda dengan beberapa lagu dangdut dari HP yang mengantarkan seorang bocah Bonai tidur lelap. Lagu-lagu tersebut hanya mementingkan musiknya, tanpa memperhatikan isi (pesan).**