Merawai, Tarian Orang Laut Lingga

0
2617

Tarian ini ada yang menyebutnya tari merawai dan ada juga yang menyebut tari rawai. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) rawai artinya alat untuk menangkap ikan yang dibuat dari tali atau rotan yang direntangkan dan diikatkan beberapa buah kail. Merawai diartikan menangkap ikan dengan rawai atau memasang rawai.
Merawai masuk kategori tarian hampir punah karena jarang ditampilkan. Tari merawai terakhir ditampilkan dalam penyambutan peserta Wonderful Sail to Indonesia di Penuba akhir tahun 2018 lalu. Andri Pelesmana dari Dinas Kebudayaan Lingga menjadi koreografer tari merawai kreasi yang semua penarinya Orang Laut dari Pulau Lipan, Desa Penuba.
Asal Usul
Dalam sebuah buku dengan ejaan lama dan diperkirakan tahun 1960-an awal, ada keterangan bahwa tari rawai ada di Daik dan Tambelan. Tak ada penjelasan dalam buku tanpa sampul itu, para pemain tari rawai apakah Orang Laut atau Orang Melayu.
Ada dua versi asal usul tari merawai ini. Versi pertama, tari merawai merupakan tarian asli Orang Laut yang ada di Pulau Lipan, Desa Penuba, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga.
Tokoh pelestari tarian ini masih hidup. Namanya Anis yang biasa disapa Tok Anis. Ia sangat yakin tari merawai merupakan tarian asli Orang Laut Pulau Lipan di Kabupaten Lingga. Alasannya sejak kecil ia sudah tahu dan memainkan tarian ini. Tarian merawai diajarkan oleh orang tuanya.
Tari merawai muncul kepermukaan dan jadi bangkit tak terlepas dari jasa Imran Nuh (almarhum), seniman asal Desa Pekaka Lingga yang dulunya bekerja di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang. Tahun 1992, Imran Nuh membawa Tok Anis bersama 28 Orang Laut dari Pulau Lipan dalam acara pentas seni Suku Terasing di Pekanbaru, Riau dan membawakan tarian merawai. Rombongan berangkat dengan kapal laut dan Imrah Nuh menjadi koreografer.
H Mahmud Usman (87), tokoh masyarakat Lingga mengakui tari merawai merupakan tarian asli Orang Laut di Lingga. Tahun 1950-an, ia pernah menjadi panitia perayaan hari kemerdekaan RI di Daik Lingga. Ada acara hiburan di Lapangan Hang Tuah Daik. Saat itu salahsatu yang ditampilkan adalah tari merawai yang semua pemainnya Orang Laut dari Duara, Lingga Utara. Acara hiburan dimeriahkan tari merawai yang ada yang menyebut joget mantang. Penonton yang ingin masuk lapangan dan menonton wajib membayar.
Raihanah Murniati (Buntat), pensiunan guru SD di Lingga juga meyakini tarian ini asli milik Orang Laut Lingga. Almarhum Imran Nuh bukan pencipta tarian ini karena hanya menjadi koreografer dalam beberapa kali tampilan tari merawai. Buntat juga pernah diajak Imrah Nuh dalam acara Pesta Gendang Nusantara di Melaka, Malaysia tahun 2001.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah sanggar menampilkan tarian merawai ini dalam event kesenian di Provinsi Kepri. Sanggar Megat Syah Alam tahun 2018 menampilkan tarian merawai kreasi dalam event Tamadun Melayu di Daik Lingga. Sanggar Tudung Manto dari Senayang juga pernah menampilkan tari merawai dalam Rampai Seni Budaya Melayu (RSBM) di Daik. Para penarinya bukan Orang Laut melainkan orang Melayu.
Versi kedua menyebutkan, tarian merawai adalah tarian orang pesisir dan tepat disebut menjadi milik Orang Laut. Alasannya sejumlah Orang Laut yang ada di Lingga, seperti Kelumu maupun di Senayang tak kenal dengan tari merawai. Hanya Orang Laut dari Pulau Lipan yang akrab dengan istilah tari merawai ini.
Adanya informasi tarian merawai asalnya dari Senayang dan dimainkan orang pesisir dibantah Dean Febrianata dari Sanggar Tudung Manto di Senayang. Sanggarnya pernah beberapa kali memainkan tari merawai dan pemainnya Orang Melayu. Namun, tarian ini katanya bukan berasal dari Pulau Akat, Senayang. Ia mengaku tak pernah melihat Orang Laut disekitar Senayang memainkan tari merawai ini.
Pola Gerak dan Lirik Lagu
Pola gerak tari merawai juga sederhana dan menggabungkan gerak sehari-hari. Gerakannya seperti orang sedang merawai mencari ikan di laut. Tak ada aturan baku jumlah pemain tarian merawai. Boleh empat orang sesuai tugas saat merawai, yakni tukang rawai, tukang timba, tukang dayung dan tukang kemudi. Jumlahnya bisa 8 dan 12 orang.
Bait lagu dalam tari merawai ini sangat familiar di telinga, termasuk bagi Orang Melayu yang ada di Daik. Muhammad Hasbi, penggiat seni alumni ISI Yogya yang mayakini tari merawai adalah tarian orang pesisir. Bait lagu yang sederhana dan pendek sangat familiar bagi masyarakat, termasuk yang bukan Orang Laut. Lirik lagunya sederhana:
Ada satu si tukang rawai
Ada satu si tukang timba
Ada satu si tukang dayung
Ada satu si tukang kemudi
Keriuk, keresau

Ada juga variasi lain diakhir lagu ditambah bait:
Keliut keladi, kalau kurang tambah lagi

Bait lagu yang terakhir dilagukan saat para penari meminta para penonton menyawer atau memberikan uang saat mereka tampilkan.
Tarian ini dibawakan dengan penuh ceria karena fungsi tariannya memang untuk suka cita saat mencari ikan di laut. Tak ada fungsi lain dalam tarian ini, seperti misalnya berkaitan dengan ritual kepercayaan, pengobatan dan lainnya. Merawai murni tarian menghibur. ** (Terbit di Tanjungpinangpos, 5 Mei 2019).