“Menjual” Natuna Lewat Jelita Sejuba

0
741

Z Masyarakat Natuna tak Bisa Menonton

Film Jelita Sejuba yang latar pembuatan filmnya di Kabupaten Natuna, Kepri telah tayang di bioskop sejak tanggal 5 April lalu. Film ini diharapkan bisa menjual potensi Natuna. Sayangnya, Masyarakat Natuna tak bisa menonton film ini karena di Natuna
tak ada bioskop.

Bupati Natuna, Abdul Hamid Rizal mengapresiasi suksesnya pembuatan film yang telah memilih latar lokasi di Kabupaten Natuna. Film ini mulai digarap 2017 lalu. Menurutnya, film Jelita Sejuba ini diyakini dapat mendatangkan nilai tambah dalam promosi daerah, sehingga Natuna ke depan akan lebih dikenal di Indonesia sebagai wilayah perbatasan yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam. Apalagi Natuna memiliki sumber daya alam seperti migas, perikanan, dan pariwisata, serta tatanan sosial budaya Melayu yang identik dengan keramahan.

Produser film Jelita Sejuba, Kristinawati menyampaikan bahwa film pertama yang diprakarsainya merupakan salah satu bentuk persembahan bagi Indonesia, melalui kisah romansa seorang personel TNI yang menjalin cinta dengan gadis pribumi di wilayah perbatasan NKRI. Pihaknya berharap film ini diminati oleh bangsa Indonesia karena di dalamnya terdapat banyak nilai yang bisa diambil sebagai pelajaran.

Tayang perdana Film Jelita Sejuba menjadi buah bibir masyarakat Natuna. Film Jelita Sejuba bercerita tentang perjuangan sorang prajurit di Natuna bersama istrinya yang berasal dari Natuna. Film tersebut fiur bercerita tentang Natuna dan proses pengambilan gambarnya kebanyakan di Natuna. Sayangnya masyarakat Natuna tak bisa menonton film ini.
“Kita senang film Jelita Sejuba yang mengangkat Natuna telah tayang. Sayangnya kami tak bisa menonton di Natuna. Di sini tak ada bioskop,”kata Ramayulis Piliang, wartawan lokal di Natuna.

Kabag Humas Pemkab Natuna Budi Darma mengatakan, pemerintah akan mengusahakan agar pemutaran film itu bisa di tayangkan di Natuna.
“Kita akan usahakan untuk dapat nanti diputar juga di Natuna,”ujarnya.

Film berjudul Jelita Sejuba (Mencintai Kesatria Negara) bercerita mengenai istri tentara. Mengangkat hal menarik dan dramatis, sisi humanis dari kehidupan tentara.

Tokoh utama film adalah Sharifah yang diperankan aktris Putri Marino. Perempuan lugu yang dikisahkan berasal dari Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, itu adalah istri seorang tentara bernama Jaka yang diperankan Wafda Saifan Lubis.

Film disutradarai Ray Nayoan yang menginterpretasikan, Sharifah dan Natuna seakan memiliki kesamaan. Seperti Sharifah yang merupakan benteng pertahanan keluarga, begitu pula pesisir Sejuba di Natuna yang didominasi batu-batu besar menjaga Indonesia.

Film yang skenarionya digarap oleh penulis naskah Jujur Prananto (penulis Petualangan Sherina, Laskar Pelangi) itu melalui proses yang tak main-main. Ada riset panjang ke Natuna dan proses konfirmasi ke TNI mengenai citra tentara. Hal menarik lainnya adalah bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Melayu Ranai yang dimengerti semua orang di Natuna. Film juga mencantumkan terjemahan bahasa Indonesia pada bagian-bagian yang sulit dimengerti. **