Menikmati Tari Topeng Muaro Jambi

0
1938

Idul Fitri di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi ada hiburan tari topeng. Topeng dari labu manis tua berkulit keras dihias menggunakan cat berbagai warna. Selain itu, ijuk terlihat diletakkan di atas topeng menyerupai rambut.

Abdul Haviz, Tokoh Pemuda Desa Muara Jambi menyebutkan, topeng labu merupakan tradisi di desa Muaro Jambi pada hari pertama Idul Fitri. Tradisi main topeng selalu ditunggu warga desa. Belum lengkap lebaran di desa ini kalau tidak ada permainan topeng labu. Pemain topeng labu, kata Ahok, merupakan pemuda Desa Muara Jambi yang peduli terhadap pelestarian kebudayaan dan seni tradisi. Ada 9 Rukun Tetangga (RT) yang dilalui para pemain topeng ini.

Topeng labu merupakan tradisi turun temurun di Desa Muara Jambi. Diperkirakan tradisi ini sudah ada ratusan tahun lalu. Dari penelitian yang berdasarkan pengakuan tetua kampung, dahulu tradisi ini dimainkan lebih sederhana dibandingkan sekarang. Namun, tidak menghilangkan kesakralan untuk saling bermaafan dan menghibur di hari pertama lebaran.

Mukhtar Hadi alias Borju, Pelestari kesenian Topeng Labu Muara Jambi menyebutkan, penuturan tetua kampung, keberadaan topeng labu ini merupakan bagian dari sejarah perjuangan masyarakat Jambi pada zaman kolonial. Saat itu, mereka menggunakan topeng labu kala berhadapan dengan penjajah.

Dalam masyarakat Muaro Jambi berkembang cerita rakyat. Dulu ada satu masyarakat yang tinggal di Muaro Jambi yang sakit. Nama penyakit tersebut yaitu penyakit kusta. Penyakit ini disebut-sebut sebagai penyakit kutukan yang tidak akan bisa sembuh. Selain itu, penyakit ini juga bisa menular. Melihat hal tersebut, masyarakat setempat mulai merasa resah, tidak senang dan tidak nyaman dengan penyakit yang mengerikan tersebut. Sehingga masyarakat setempat menyuruh orang tersebut pergi ke hutan untuk mengasingkan diri di sana.

Setelah lama di hutan, tiba saat nya hari raya Idul Fitri. Seseorang yang memiliki penyakit kusta ini merasa ingin bergabung dengan masyarakat lainnya. Layaknya hari raya biasa, orang-orang berkumpul dengan yang lain. Jadi dia sangatlah ingin bergabung dan kembali ketempat tinggalnya. Tetapi dia berfikir bahwa tidak mungkin muncul di hadapan masyarakat dengan keadaan mengerikan seperti itu. Sehingga dia berpikir dan akhirnya berinisiatif untuk membuat sesuatu agar bisa menutupi tubuhnya yang mengerikan itu. Akhirnya dia memutuskan untuk membuat topeng agar bisa menutupi wajahnya itu. Dibuatlah topeng dari labu yang dibelah, lalu dihiasi dengan ijuk dan topeng tersebut digambar seperti muka manusia. Setelah topeng itu jadi, dipakailah olehnya, memakai baju seadanya dan berjalan dia ke kampung tempat tinggalnya tersebut sambil membawa ambung di belakangnya.

Sampai di kampung tempat tinggalnya, masyarakat melihat dan merasa senang dengan topeng yang dikenakannya tersebut. Terutama anak-anak di kampung tersebut sangat menyukainya. Diberilah oleh masyarakat makanan, minuman, pakaian dan semacamnya. Anak-anak sangat senang melihat seseorang ini karena diberlenggak lenggok seperti menari. Sehingga kini, masyarakat Muaro Jambi melestarikan dan terus mempertahankan cerita tersebut dan menjadikan topeng ini sebagai tarian khas Muaro Jambi seperti sebagaimana seseorang tersebut berlenggak lenggok pada masa itu. Hingga sekarang, cerita tersebut masih terus disampaikan kepada anak-cucu mereka agar juga bisa ikut mempertahankan dan melestarikan budaya dan kesenian yang ada. **