Mengenal Rumah Bersejarah di Natuna

0
1952
Rumah besu (besar) H Mansyur di Kelarik, Natuna. (f.batamnews)

Natuna, Provinsi Kepri memiliki sejarah unik. Daerah ini semasa Kerajaan Riau Lingga berkuasa dianggap sangat penting. Ditempatlah di daerah ini pejabat yang gelarnya Orang Kaya. Di Pulau Natuna Besar, dipimpin Orang Kaya Bunguran. Di Natuna bagian utara, diperintah Orang Kaya Pulau Laut. Di Natuna selatan, dipimpin Orang Kaya Subi. Peninggalan kejayaan masa lampau dapat terlihat dari peninggalan sejumlah rumah bersejarah yang hingga saat ini masih bisa dilihat.

Natuna-Anambas pada masa Kerajaan Riau-Lingga tercatat dalam Perjanjian antara Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dengan Residen Riau Nieuwenhuyzen tanggal 1 Desember 1857, disebutkan bahwa : Yang menjadi daerah kekuasaan Sultan dalam daerah Kerajaan Melayu Riau Lingga termasuk dalam daerah takluknya yaitu :
1. Pulau Lingga dan pulau-pulau sekitarnya, pulau-pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Temiang dan pulau sebelah barat Selat Sebuaya.
2. Pantai pesisir Pulau Sumatera disebut pula; yaitu pulau-pulau yang terletak dan barat Selat Durai. Demikian pula pulau-pulau yang terletak di sebelah barat Selat Riau, sebelahselatanSingapura dan Pulau Bintan.
3. Di daerah-daerah lainnya pulau-pulau Anambas yang diperintah Pangeran Siantan, Pulau Natuna Besar di bawah pemerintahan Orang Kaya Bunguran. Pulau Natuna sebelah utara diperintah Orang Kaya Pulau Laut, pulau-pulau Natuna selatan di bawah Orang Kaya Subi, Pulau Serasan di bawah Orang Kaya Serasan, Pulau Tambelan di bawah Petinggi Tambelan.

Ada sejumlah rumah bersejarah yang ada di Natuna dan sudah ditetapkan jadi cagar budaya.
1. Rumah Datuk Kaya Suan di Sedanau

Bekas rumah Datuk Kaya Wan Soean hanya tinggal pondasi dengan jumlah pondasi sebanyak 20 buah. Sekarang lokasi bekas rumah ini merupakan perkebunan. Setiap sendi memiliku ukuran panjang 76 cm, lebar 75 cm dengan tinggi 63 cm dengan bahan dari batu. Bentuk dari pondasi ini sama. Selain itu pada beberapa pondasi terdapat lubang yang berfungsi untuk memperkuat tiang bangunan. Berdasarkan dari posisi batu tersebut diperkirakan ukuran dari bekas rumah ini sekitar panjang 13,5 meter dengan lebar 8,83 m dengan bahan yang terbuat kayu.

Sejarah dari Orang Kaya Soean atau Datuk kaya Wan Soean bermula dari penunjukannya sebagai penganti Datuk Kaya2 di Bunguran Barat oleh
mertuanya Datu Pasak. Awalnya yang ditunjuk untuk menjadi datuk kaya di Bunguran barat adalah Wan Jamaluddin (putra Datuk Pasak).Wan
Jamaluddin menolak untuk menjadi Datuk kaya, dengan penolakan ini Datuk Pasak menunjuk Wan Soean yang merupakan suami dari Wan Kamariah (anak
dari Datuk Kaya Pasak) untuk mengantikan posisinya sebagai Datuk Kaya. Setelah ditunjuk sebagai Datuk Kaya, Wan Soean menetapkan pusat
pemerintahannya di Pulau Sedanau.

2. Rumah Datuk Kaya Wan Mohamad Benteng di Ranai

Bangunan ini milik Datuk Kaya Wan Mohamad Benteng. Datuk Kaya Mohamad Wan Benteng merupakan keturunan dari Datuk Kaya Bunguran. Datuk Kaya Wan
Mohamad hidup pada dilahirkan pada tahun 1800-an. Bangunan ini merupakan bentuk dari rumah dengan arsitektur Melayu Natuna yang berbentuk panggung dengan arah hadap bangunan ke arah tenggara.Atap berbentuk bungkus nasi yang awalnya dari bahan daun sirap dan diganti dengan seng sekitar tahun 1950-an.

Bangunan rumah ini terdiri dari 2 bagian yaitu sisi barat dan sisi timur yang saling menyatu dan hanya dipisah oleh dinding dengan jarak sekitar 30 cm. Untuk
menghubungkan antar bangunan terdapat 1 buah pintu. Bangunan sisi timur memiliki ukuran 10 meter x 14 meter. Sedangkan sisi barat memiliki ukuran 20 x
8, 5 meter.

3. Rumah Besu Wan Mansyur di Kelarik

Mansyur merupakan tokoh dibidang sosial, agama, dan budaya di Kelarik, Natuna. Tahun lahir dari H. Mansyur tidak dapat diketahui dengan pasti, namun
menurut informasi dia hidup sekitar tahun 1800-an. Selain sebagai tokoh agama, H. Mansyur juga memiliki aktivitas sebagai pedagang hasil bumi.
Tahun pembangunan rumah ini diperkirakan akhir tahun 1800-an, dan merupakan rumah pertama yang dibangun di kelarik. Dapat diasumsikan bahwa H.
Wan Mansyur merupakan pembuka daerah Kelarik ini. Bangunan ini terakhir digunakan sekitar tahun 1988.

Rumah Besu (Rumah Besar) H. Wan Mansyur ini ini merupakan milik H. Mansyur yang memiliki keunikan khas melayu dengan memiliki ukiran terutama
pada dinding bagian dalam (pembatas ruangan) dan merupakan rumah Tradisional melayu yang ada di Pulau Natuna.
Bangunan yang terbuat dari kayu kapu ini terdiri 2 bagian yaitu bagian utama dan bagian pendukung. Bagian utama merupakan rumah dengan 2 lantai.
Sedangkan bangunan pendukung merupakan bagian dapur yang terdiri dari 1 lantai. Bangunan utama memiliki ukuran panjang 8,5 meter dengan lebar 8,2
meter dengan tinggi 11 meter dengan atap. Seperti halnya rumah tradisional Melayu bangunan ini ditinggikan dari tanah sekitar 1,54 meter. bangunan ini
memiliki tiang sebanyak 22 buah pada bangunan utama dan 7 buah pada bangunan pendukung.

Sumber:

Nismawati Tarigan dan Anastasia Wiwik Swastiwi, Hari Jadi Kota Ranai, Natuna, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Natuna, 2009
BPCB Sumbar, Daftar Pemutakhiran data Cagar Budaya Kabupaten Natuna, 2017.