Mengenal Resun, Sebuah Desa Wisata di Lingga Utara

0
953
Air Terjun Resun

Desa Resun, Kecamatan Lingga Utara identik dengan potensi wisatanya. Di desa ini ada air terjun Resun yang indah. Resun juga memiliki sejumlah tradisi yang masih lestari. Ada Ratif Saman, ada Mandi Safar dan tradisi lainnya. Sangatlah cocok desa ini dikembangkan jadi desa wisata di Kabupaten Lingga, Kepri.

Asal usul nama daerah ini cukup menarik. Konon, desa ini pernah disinggahi oleh orang Aceh. Malahan, mereka menentap di desa ini. Namun, mereka tidak tahan lama karena di
desa itu ada sebuah wabah penyakit yang membahayakan jiwa seseorang. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai penyakit ta’un yang berasal dari makhluk halus (roh jahat).  Makhluk ini juga sering menampakkan wujudnya sehingga warga dusun tersebut menjadi ketakutan. Selain gangguan dari makhluk halus, warga dusun juga sering didatangi kawanan  perampok, yang tidak hanya menjarah harta benda, tetapi juga memperkosa dan membunuh orang-orang yang berusaha melawan.

Dalam menghindari berbagai gangguan itu, mereka (orang Aceh) pindah ke pulau-pulau kecil di sekitar Lingga. Setelah mendengar desa yang ditinggalkan itu bebas dari berbagai
gangguan (aman), mereka pun berbondong-bondong kembali ke tempat semula (Desa Resun). Namun, ketika mereka menetap kembali di Desa Resun gangguan datang lagi, sehingga  mereka, sekali lagi, meninggalkannya. Oleh mereka, daerah yang ditinggalkan itu dijuluki sebagai “daerah resah” karena kondisinya meresahkan.

Kabar tentang daerah yang meresahkan itu tampaknya tidak sampai ke Bangka. Justeru yang terdengar adalah bahwa Pulau Lingga tanahnya sangat subur. Maka, berdatanganlah
orang-orang Bangka ke Pulau Lingga di bawah pimpinan Haji Muhammad Yusuf bin Haji Hasan. Mereka mendirikan perkampungan yang dahulu pernah ditinggali oleh orang-orang Aceh.
Di sana mereka mencoba mengolah tanahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam waktu yang tidak begitu lama, apa yang pernah dialami pendatang sebelumnya (orang  Aceh) datang menimpa, sehingga banyak yang meninggal karena penyakit ta’un atau ulah perampok. Suasana pun menjadi sangat meresahkan, sehingga banyak yang ingin pindah ke  pulau lain yang dianggap aman. Namun, keinginan itu tidak terlaksana karena pimpinannya (Haji Muhammad Yusuf bin Haji Hasan) menghimbau agar mereka bersabar.

Untuk meredakan keresahan pengikutnya, Haji Muhammad Yusuf bin Haji Hasan yang kala itu sering bepergian ke daerah Serawak dan Brunai untuk berdagang, membawa empat “orang  pandai” dari daerah tersebut untuk membantu mengatasi bencana di desanya. Namun, keempat orang pandai itu ternyata tidak dapat mengatasinya. Malahan, keempat-empatnya  terserang panyakit ta’un dan meninggal dunia. Mereka di kubur secara bersusun dalam satu liang lahat. Untuk menghormati keempat “orang pandai” tersebut, nama “Resah” diganti  menjadi “Resun”. Jadi, nama desa Resun diambil dari awal kata “resah” yaitu “re” dan akhir kata “susun” yaitu “sun”. “Resah” berasal dari orang-orang Aceh yang hidupnya tidak  tenang setelah menetap di Lingga, dan “susun” diambil dari para orang pintar dari Serawak dan Brunai yang dikubur bersusun dalam satu liang. **

Sumber: Anastasia Wiwik Swastiwi & Dedi Arman, Cerita Rakyat Asal Usul Nama Tempat (Toponimi) Kabupaten. Lingga:Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, 2017.