Membedah Jalur Rempah dari Berbagai Sisi

0
305
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid P.hD membuka seminar jalur rempah dan juga bertindak sebagai pembicara utama di Hotel Kolonial, Makassar, Jumat (11/8) kemarin.
  • 15 Sejarawan sebagai Pemakalah

Sebanyak 15 pemakalah tampil dalam seminar nasional jalur rempah yang ditaja Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan, 11-12 Agustus di Hotel Kolonial Makassar. Kegiatan dibuka Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid yang juga bertindak sebagai keynote speaker dengan makalah berjudul “Dekolonisasi Jalur Rempah Demi Memajukan Kebudayaan Nasional”.

Menurut Hilmar, ada tiga hal yang mesti dipahami dalam kajian jalur rempah. Pertama, jalur yang dipakai untuk perdagangan rempah pada mulanya tercipta oleh perdagangan komoditas lain.
Kedua, jalur rempah telah ada mendahului kolonialisme dan ketiga, kolonialisme dibangun diatas jalur rempah. “Usaha dekolonisasi jakur rempah mesi dimaknai sebagai langkah awal merawat dan meghidupkan kembali interaksi kultural antar kawasan. Memaknai jalur rempah jangan terjebak pada nostalgia sedih kejayaan kerajaan kuno. Tapi harus ditransformasi menjadi usaha memajukan kebudayaan nasional,”kata Hilmar.

Sejumlah sejarawan maritim papan atas tampil sebagai pemakalah, seperti Prof DR Susanto Zuhdi (UI), Prof Dr Gusti Asnan (Unand), Prof Dr Singgih Tri Sulistiyono (Undip), Prof DR A Rasyid Asba (Unhas). Pemakalah lainnya Dr Endang Susilowati (Undip), Dr Bambang Sulistyo (Unhas), La Ode Rabani (Unair), Dr Dr Amrullah Amir (Unhas), Abdurahman Hamid (UI), dan Abdul Malik Raharusun M.Pd (Guru Sejarah). Sementara dari Balai Pelestarian Nilai Budaya ada dua orang, Nuryahman (Bali), Muhammad Amir (BPNB Sulsel) dan Dedi Arman (Kepri).

Tema yang disampaikan pemakalah beragam, termasuk lokasi penelitian. Susanto Zuhdi menulis jalur pelayaran dan perdagangan rempah di Sulawesi Tenggara. Gusti Asnan menulis soal rempah Sumatra, sementara Singgih menulis peranan pantai utara Jawa dalam perdagangan rempah. A Rasyid Asba mengangkat jalur rempah di Makassar. Endang Susilowati menulis perdagangan lada di Kalimantan dan Dedi Arman soal perdagangan lada di Jambi.

Ada tiga pemakalah yang mengambil tema terkait perdagangan lada di Maluku. Sementara Nuryahman meulis perdagangan di Nusatenggara. La Ode Rabani meulis efek rempah dalam perkembangan kota-kota pelabuhan di laut Banda. “Saya sangat sekali ikut seminar jalur rempah ini. Banyak informasi terkait jalur rempah. Banyak komoditi. Tak hanya soal laut, pelabuhan, tapi juga soal sungai. Soal sarana transportasi,”kata Kepala BPNB Papua, Desy P Usmany.

Kegiatan seminar jalur rempah dengan tema rempah mengubah dunia ini juga dihadiri peserta dari sembilan BPNB se-Indonesia. Seminar ditutup Kepala BPNB Sulsel, Faisal, Sabtu (12/8) malam. Faisal berharap seminar jalur rempah tahun depan bisa dilanjutkan oleh BPNB yang lain dengan sisi berbeda. **