Membangkitkan Langlang Buana

0
730
BPNB Kepri menaja kegiatan belajar bersama maestro Langlang Buana di Ranai, Natuna, 4-7 September 2017

Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri menggelar kegiatan belajar bersama maestro (BBM) Langlang Buana di Ranai, Natuna, 4-7 September 2017. Diharapkan melalui kegiatan ini, Langlang Buana bisa lebih hidup dan berkembang lagi di Natuna. Ada empat maestro Langlang Buana yang dilibatkan, yaitu Anwar, Ammmar, Dharmawan dan Hasim.

Dewasa ini kesenian Langlang Buana boleh dikatakan hampir punah. Hal itu disebabkan berbagai faktor, antara lain hilangnya pendukung kesenian itu sendiri, terlebih dengan derasnya arus hiburan elektronik yang saat ini dapat dengan mudahnya diakses oleh masyarakat. Dengan demikian, kesenian Lang-lang Buana sudah semakin tidak dikenal masyarakat, terutama generasi muda. Padahal kesenian ini ceritanya banyak mengandung nilai luhur yang tidak hanya berguna bagi membina watak manusia, tetapi juga pengembangan kebudayaan nasional.

Kegiatan BBM dibuka Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Natuna, Erson Gempa di Hotel Trend Centre. Peserta BBM ini berjumlah 60 orang peserta, terdiri dari; perwakilan guru dan siswa tingkat SMA di Ranai, Komunitas Seni Budaya Natuna, sanggar, dan Dinas Instansi terkait (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Natuna, Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna), unsur media massa, Maestro, dan panitia. Hebatnya dalam kegiatan ini, para maestro Langlang Buana juga mengajar peserta untuk bisa bermain Langlang Buana. “Peserta yang belajar nanti praktek. Ada pementasan akhir kegiatan. Rencananya di Labor Seni SMA 2 Natuna,”kata Ardiansyah, salah seorang panitia kegiatan.

Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto memberi sambutan

Langlang buana merupakan salah satu teater tradisi yang lahir dan tumbuh di Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Teater tradisi ini dulunya merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Natuna. Sayangnya kondisinya terancam punah. Nama grup dan nama judul lakon yang dipentaskan serta nama salah satu tokoh yang ada di dalam lakon tersebut. Memang sangat jarang terjadi penyatuan sebutan istilah pada teater tradisi di Indonesia.

Teater tradisi Lang Lang Buana dicetuskan Datok Kaya Wan Mohammad Benteng sekitar akhir abad ke-19.Beliau adalah penguasa yang memimpin daerah Ranai pada masa dulu. Setelah beliau wafat, teater tradisi ini diteruskan oleh anaknya Datok Kaya Wan Mohammad Rasyid sekitar tahun 1930. Datok Kaya Wan Mohammad Benteng juga merupakan pemimpin dari kelompok teater tradisi yang secara spontan diberi nama langlang buana sesuai dengan nama tokoh sentral yang ada di dalam lakon sekaligus judul dari lakon itu sendiri.**