Mandi Safar di Lingga dan Tanjungjabung Timur

0
526
Tradisi Mandi Safar masih lestari di Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Kepri.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga akan menggelar kegiatan Mandi Safar tanggal 7 November 20198 mendatang di Replika Istana Damnah, Daik. Kegiatan adat tolak bala ini, biasa dilakukan pada Rabu terakhir dibulan Safar. Tak hanya Pemkab Lingga, Pemkab Tanjung Timur, Jambi juga membuat Festival mandi Safar 5-7 November di Pantai Babassalam, Kecamatan Sadu.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, Muhammad Ishak mengatakan kegiatan pelestarian budaya melayu ini rutin dilakukan setiap tahunnya. Untuk tahun ini, Mandi Sapar tepat jatuh pada tanggal 7 Nopember 2018. Biasanya kegiatan utama dilakukan di Replika Istana Damnah kemudian dilanjutkan di pemandian Lubuk Papan, Daik.
Tahun ini, semarak perayaan ini mungkin akan terasa, sebab Dinas Kebudayaan akan mengelar pawai budaya dan kendaraan hias keliling kota Daik.
“Kendaraan hias itu nanti membawa anak-anak yang akan dimandikan, nasi sekone dan air untuk Mandi Safar. Pawai dilksanakan sekitar sekitar jam 08.00 WIB. Pelepasannya kami mulai dari Masjid Jami’ Sultan Lingga,”kata Ishak, kemarin.

Selain bertujuan melestarikan kebiasaan lama, kegiatan ini juga bakal menunjang pariwisata budaya. Pihaknya juga akan melakukan doa selamat, memanjatkan rasa syukur karena telah ditetapkannya Mandi Safar sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia tahun 2018 yang berasal dari Kabupaten Lingga. Untuk mensukseskan kegiatan ini, Dinas Kebudayaan telah melakukan beberapa kali rapat teknis internal, termasuk melibatkan OPD terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga serta kepala sekolah baik PAUD, TK, SD, SMP dan SMA yang berada di Kelurahan Daik.

Sementara di Tanjabtim, berbagai perlombaan khas masyarakat pesisir Pantai Timur Sumatera Provinsi Jambi akan mewarnai keseruan festival yang telah menjadi agenda pariwisata tahunan di daerah itu. Ada lomba lari ‘malanjong’, lari ‘majunjung’, mencungkil kelapa, dan beberapa lomba lain khas masyarakat setempat.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Parbudpora) Tanjungjabung Timur, Sutiana menyebutkan, Festival Mandi Safar yang diangkat dari tradisi masyarakat daerah itu merupakan festival tahunan yang telah menjadi agenda rutin event wisata Provinsi Jambi. Tradisinya sendiri, kata Sutiana masih terjaga dan dilestarikan secara turun temurun hingga saat ini. Bagi masyarakat setempat, lanjut dia, mandi safar merupakan tradisi leluhur untuk meminta kepada Yang Maha Kuasa agar terhindar dari bahaya dan penyakit.

Tradisi yang puncaknya dilakukan pada Rabu terakhir di bulan Safar tersebut dimulai dengan ritual doa yang disimbolkan dengan menuliskannya pada beberapa lembar daun sawang pada Selasa (6/11) malam. Lembaran daun sawang tersebut nantinya akan diikatkan di bagian kepala dan pinggang warga dan pengunjung pada Rabu (7/11) paginya.
Dia menjelaskan, daun sawang yang telah ‘diberi’ doa tersebut menurut kepercayaan masyarakat setempat digunakan untuk menjaga keselamatan pemakainya agar terhindar dari gangguan binatang maupun makhluk lain. Tapi, ditegaskannya saat ini ritual mandi safar itu tidak terkait dengan ritual agama tertentu tapi hanya berupa ritual tradisi yang dikemas dalam bentuk festival dan dirangkai dengan sejumlah kegiatan lain, termasuk panggung hiburan rakyat.**