Maestro Tradisi Kerinci, Iskandar Zakaria Berpulang

0
841

Dunia kebudayaan Provinsi Jambi berduka. Maestro seni tradisi asal Kerinci, Iskandar Zakaria wafat, Jumat (10/8) sore. Iskandar yang diberi anugerah Maestro Seni Tradisi itu sepanjang hidupnya tak pernah lelah berkiprah dalam kebudayaan Kerinci.

Sejarawan Jambi, Deki Syaputra menyebutkan, Iskandar Zakaria salahsatu budayawan Kerinci yang terbesar. Ia diantara sedikit tokoh yang sangat memahami Aksara Incung, aksara asli Kerinci.
“Saya banyak belajar dari beliau. Soal Aksara Incung, Pak Iskandar dan Pak Alimin dua nama tersisa yang sangat tunak dalam aksaa ini. Sekarang pak Iskandar telah pergi,”kata Deki, kemarin.

Penggiat tradisi lisan Jambi, Nukman yang juga berasal dari Kerinci juga mengakui kiprah besar Iskandar Zakaria dalam pengembangan seni tradisi di Kerinci. Kata Nukman, Pemilik Sanggar Seni Ilok Rupo ini masih setia dalam merevitaliasi dan mengajarkan penulisan aksara Incung Kerinci pada generasi muda Kabupaten Kerinci secara khusus, dan Jambi secara umum. Rumah yang ditempatinya di Kota Sungaipenuh dijadikannya museum yang menyimpan beberapa koleksi naskah kuno dan peninggalan purbaka Kerinci lainnya. Pengumpulan dan dokumentasi potensi kebudayaan Kerinci dilakukannya dengan biaya pribadi. “Beliau kamus berjalan tentang budaya Kerinci,”kata Nukman.

Keluarga besar Balai Pelestaria Nilai Budaya Kepri juga merasa kehilangan berpulangnya Iskandar Zakaria. Sejak lama Iskandar Zakaria menjalin kerjasama yang baik bagus dengan peneliti BPNB Kepri. Setiap penelitian kebudayaan di Kerinci, Iskandar Zakaria dengan terbuka selalu membantu. Sanggar binaannya selama ini juga mendapat bantuan dana fasilitas dari Kemdikbud RI.

Iskandar Zakaria sendiri Lahir di Sungai Penuh 13 April 1942, anak ke tujuh dari dua belas bersaudara ini merupakan buah hati dari pasangan Zakaria dan Rahma. Riwayat pendidikan formalnya dimulai dari SR tamat 1954 (dua tahun di Padang, selebihnya di Kerinci), SMP 1957, SMA tamat 1964 Setamat SMA ia pun melanjutkan pendidikan tingginnya di Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang(tidak tamat). Menikah 26 April 1967 dengan Zainidar(Putri Sungaipenuh-Rawang) dikaruniai 4 orang anak, yaitu Meiza Teti Qadarsih, Gustiza Andria Qadarsih, Antri Maliza Qadarsih, S. Sos dan Amor Patria Qadarsah. Kakek 8 orang dan 2 cicit ini bertempat tinggal di Jalan R.A. Kartini 88 A Kel. Dusun Baru Kec. Sungai Bungkal Kota Sungai Penuh Jambi. Karya Puisi, Esai, naskah drama, dan cerita rakyat telah diterbitkan di berbagai Koran dan juga oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Selian itu, peraih Anugerah Gong Bertuah dan PIN Emas dari Gubernur Jambi ini juga telah mementaskan puluhan karya sastra, tari dan musik dibeberapa Kota di Tanah Air dan Asia Tenggara. Kesungguhannya dalam melakukan penggalian dan pelestarian atas potensi tradisi yang dimiliki masyarakat Jambi mengantarkannya untuk mendapatkan beberapa penghargaan. Misalnya, Penulis terbaik tentang Perjuangan Fisik Rakyat Kerinci 1945-1949 dari Sekretariat Negara RI(1978), Penulis terbaik III naskah sandiwara radio dari RRI Pusat(1991), Rekor Muri untuk penulis Mushaf Alquran terpanjang di dunia(2006), dan Maestro Tradisi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata(2010).**