Pemkab Lingga akan menggelar Festival Dunia Melayu bulan November 2017 mendatang. Helat akbar ini akan menampilkan berbagai macam warisan seni budaya melayu, kearifan lokal masyarakat melayu, pariwisata sejarah, pariwisata alam, kuliner dan sebagainya
Bupati Lingga, Alias Wello menyebutkan, konsep kegiatan masih dibahas. Ia sengaja mengundang sejumlah pengurus lembaga adat Melayu (LAM), MUI, tokoh ulama, cerdik pandai, pemerhati sampai pelaku kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Lingga untuk duduk bersama membahas kegiatan ini. “Ini perhelatan akbar yang melibatkan masyarakat Melayu secara luas. Jadi tak hanya skop kabupaten atau provinsi saja, akan tetapi masyarakat rumpun Melayu di nusantara maupun internasional,”kata Alias, kemarin.
Menurutnya, kalau event ini sukses terlaksana dan mendapat antusias yang tinggi dari berbagai pihak, maka kegiatan tersebut akan ia upayakan masuk dalam kalender nasional melalui kementerian Pariwisata dan Kebudayaan.
“Perhelatan ini harus kita laksanakan tahun ini juga. Tepatnya pada bulan November bersempena dengan perayaan hari ulang tahun Kabupaten Lingga,” tuturnya.
Pada dasarnya, konsep perhelatan akbar yang Alias Wello gagas itu datang dari rasa simpatinya melihat daerah berjuluk “Bunda Tanah Melayu” pemilik warisan sejarah kebesaran imperium kesultanan Riau-Lingga abad ke 18 itu perlahan tergerus pesatnya arus zaman. Seperti pepatah bijak mengatakan “Mengangkat Batang Terendam”, apa yang menjadi harapan Alias Wello saat ini adalah untuk mengangkat kembali kebesaran Bunda Tanah Melayu kepermukaan.
“Saya ingin melayu Lingga lebih membumi, melayu yg dalam pola tindak, pola pikir, pola laku melekat dalam kehidupan sehari. Selama ini kita hanya mendengar tutur lisan, dari orang tua-tua kita, dari literatur-literatur yang ada, yang sangat terbatas,” kata dia di depan forum itu.
Sejauh ini, menurutnya, orang-orang memandang melayu sebatas pantun-memantun, bertari zapin, serta tari persembahan saja. Padahal, jika berbicara soal budaya melayu, itu sangatlah luas.Bahkan dapat menjadi diskusi menarik yang sangat luas. “Kita harus mensyukuri terlahir dan besar di bumi tanah melayu yang mempunyai tradisi lisan dan tulisan, dalam kejayaan imperium melayu yang sudah di mulai oleh leluhur-leluhur kita. Yang alhamdulillah setiap tahunnya kita masih rajin melaksanakan ziarah ke makam-makam pembesar negeri melayu ini,” ungkapnya.
Ia menyadari untuk melaksanakan kerja besar ini bukan perkara yang mudah. Kedepan ia menginginkan ketika orang berbicara Lingga bukan hanya tentang slogan semata, tapi yang di ingat adalah karya-karya dan sejarah yang panjang yang akan muncul dalam ingatan seriap orang. Dan untuk itulah pemerintah daerah melalui dinas kebudayaan dan segala unsur yang berkepentingan didalamnya, ia ajak untuk saling berbagi pandang soal kegiatan yang akan menjadi awal mula bangkitnya kebesaran sejarah melayu di Bunda Tanah Melayu.**