Kesenian Lesung Alu Natuna

0
2533

Oleh
Sasangka Adi Nugraha, S.S
Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau

Natuna adalah sebuah kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Natuna berbatasan dengan negara tetangga seperti, Malaysia, Vietnam, serta Thailand, tepatnya terletak di Laut Cina Selatan (sekarang disebut Laut Natuna Utara). Natuna juga pernah menjadi rebutan lima negara tetangga yaitu:Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia, serta Brunei Darussalam. Selain itu, Natuna juga pernah di klaim oleh Malaysia dan Tiongkok. Tetapi, Natuna tetaplah menjadi bagian Negara Indonesia.
Kabupaten Natuna diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1999, dengan bupati pertama, Bapak Drs.H.Andi Rivai Siregar. Luas Kabupaten Natuna sebesar 3.420 km² dengan jumlah 69.003 penduduk (data sensus 2010). Natuna memiliki 16 kecamatan dan 56 kelurahan. Ibu kota Natuna adalah Ranai. Dulu Natuna bernama pulau tujuh dengan tujuh pembagian diantaranya Kecamatan Jemaja, Silesung, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat, dan Bunguran Timur. Mayoritas penduduk Natuna yaitu Melayu, tetapi ada juga yang penduduk dari Jawa, Tionghoa, Minangkabau, Batak, Bugis, dan Banjar.
Mutiara di ujung utara adalah sebutan keindahan alam di Natuna. Natuna memiliki banyak daya tarik wisata pantai/laut dan wisata sejarah yang luar biasa indah dan menakjubkan. Contoh objek wisata pantai/laut yang banyak dikunjungi masyarakat yaitu pantai Batu Kasah, Pantai Sisi, dan Pantai Tanjung, Pantai Sebagul, Pantai Teluk Selahang, dan masih banyak lagi. Natuna juga memiliki minyak dan gas bumi serta batu granit. Dilihat dari posisi Natuna yang di ujung utara serta keindahan dan kekayaan alamnya yang luar biasa maka sangatlah tepat kalau Natuna mendapat julukan Mutiara di Ujung Utara.
Natuna mempunyai wisata pantai seperti. Selain itu, Natuna juga mempunyai beranekaragam kuliner dan kesenian. Kuliner yang sangat digemari masyarakat Natuna yaitu tabel mando yang berbahan dasar ikan, kernas atau kasam, pedek yang terbuat dari teri yang telah difermentasikan, dan terakhir yaitu calok yang terbuat dari udang yang telah difermentasikan.
Selain keindahan alamnya, Natuna juga memiliki seni dan budaya yang berkembang dan bertahan hingga sekarang. Kesenian yang ada di Natuna juga beragam salah satunya yaitu, Kesenian Lesung dan Alu. Lesung dan alu merupakan kesenian tradisional masyarakat Natuna yang sudah ada sejak zaman penjajahan di masa lampau. Meskipun mengalami pasang surut oleh perkembangan zaman, namun kesenian daerah warisan leluhur secara turun temurun ini masih tetap dicintai oleh masyarakat Natuna. Untuk mempertahankan kesenian tersebut perlu kiranya kita sebagai generasi penerus bangsa selain mencintai juga perlu mengetahui tentang sejarah kesenian lesung dan alu, jangan sampai ketika orang luar bertanya tentang sejarah kesenian lesung-alu kita sebagai putra daerah Natuna tidak bisa menjelaskan pertanyaan tersebut.
Seni (art) diartikan sebagai hasil dari daya kreativitas manusia yang dibentuk untuk menyampaikan ide, perasaan, dan kebutuhan-kebutuhan visual manusia. Kata seni bisa mengacu pada seni visual seperti lukisan, patung, arsitektur bangunan, fotografi, dekorasi, dan hasil-hasil kerajinan. Namun, seni juga dapat mengacu pada bidang yang lebih umum seperti menari, bermusik, membuat desain, memotret, dan bahkan untuk menggambarkan keterampilan-keterampilan tertentu, seperti keterampilan menata kue pengantin (Malalatoa, 2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesenian adalah perihal seni; keindahan sejarah; sejarah tentang perkembangan seni.Dari beberapa definisi seni tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni atau kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, yaitu gagasan manusia yang diekspresikan melaui pola kelakuan tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
Berdasarkan jenis dan perwujudannya kesenian lesung alu termasuk kedalam jenis seni musik. Kesenian lesung – alu merupakan wujud dari penuangan gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media suara atau bunyi yang ditata dengan prinsip tertentu, sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
Pengertian Lesung-Alu
Sebelum mesin modern ditemukan, lesung beserta alu dipakai untuk mengolah hasil pertanian dan pangan. Termasuk padi, ketela, jagung, gaplek dan bahan jamu. Kedua alat tersebut dibuat dari bahan kayu utuh yang dibentuk sesuai kebutuhan.Lesung adalah dasaran penumbuk padi yang ukurannya besar, berbentuk balok persegi panjang yang bagian tengahnya dicekungi cukup dalam. Pasangan lesung adalah alu, semacam tongkat kayu besar yang dipakai untuk menumbuk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lesung adalah perkakas yang dibuat dari kayu atau batu yang berlekuk di tengahnya untuk menumbuk beras dan sebagainya. Sedangkan, alu atau antan adalah alat untuk menumbuk padi dan sebagainya yang dibuat dari kayu. Baik lesung maupun alu dibuat dari bahan kayu utuh. Kayu yang digunakan biasanya berupa kayu jati, kayu nangka, sono keling atau glugu.
Tradisi Lesung-Alu di Indonesia
Tradisi lesung-alu banyak ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, seperti di Yogyakarta yang disebut denganTradisi Gejog Lesung, di Pacitan yaituKothekan Lesung, di Banten yaitu Bendrong Lesung, dan masih banyak lagi.Berikut merupakan kesenian lesung-alu yang ada di Indonesia:
a. Gejog Lesung dari Yogyakarta
Gejog Lesung adalah tradisi bentuk ucapan syukur kepada Dewi Sri atau Dewi Padi atas melimpahnya panen padi. Dahulu, lesung dipakai untuk memisahkan padi dari batangnya. Namun, seiring berjalannya waktu lesung ini digantikan oleh alat-alat mesin yang lebih canggih dan lebih efektif.
Tradisi Gejog Lesung pada masa sekarang dimainkan saat gerhana bulan. Karena konon katanya dahulu pada saat gerhana bulan ada Raksasa Kala Rahu yang ingin memakan bulan. Pada saat Nini Thowok yang menjaga bulan sedang tertidur, Raksasa Kala Rahu kemudian berhasil memakan separuh dari bulan. Maka, masyarakat pun membuat bunyi-bunyian, termasuk juga memukulkan alu ke lesung. Nini Thowok pun kemudian terbangun, lalu memanah sang Raksasa Kala Rahu, sehingga bulan pun terbebas kembali. Maka dari itu, Tradisi Gejog Lesung dimainkan pada saat gerhana bulan dan dilakukan saat ada festival kesenian tradisional, bersih desa, pesta panen, menyambut tamu atau lomba-lomba didesa.
Ciri dari Tradisi Gejog Lesung ini adalah alu dan lesung. Alu adalah alat yang terbuat dari kayu untuk menumbuk, sedangkan lesung berbentuk mirip perahu digunakan untuk memisahkan padi dari tangkainya. Biasanya alu akan ditabuh oleh lima hingga enam orang dan dipadu dengan nyanyian-nyanyian Jawa seperti Caping Gunung, Gundul-gundul Pacul, Lumbung Pari serta lagu Panembrama. Gejog Lesung juga ada penari yang melenggak-lenggok sambil membawa tampah dan gamelan jawa adalah pengiring Tradisi Gejog Lesung.
b. Kothekan Lesung dari Pacitan
Kothekan Lesung merupakan tradisi masyarakat agraris. Kothekan Lesung tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan para petani menumbuk padi. Kothekan Lesung pada awalnya merupakan kegiatan santai sekedar untuk bersenandung di saat-saat jeda menumbuk padi. Kreativitas tersebut terus berkembang bukan sekedar untuk mengusir kejenuhan dan keletihan, tapi terus berkembang menjadi simbol kegiatan sosial masyarakat agraris. Kothekan Lesung tumbuh dan berkembang ditengah-tengah kehidupan agraris, yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Dulu masyarakat pedesaan apabila menumbuk padi dalam jumlah besar dilakukan secara gotong-royong atau sambatan. Sambil menumbuk padi mereka bermain musik dengan lesung yang disebut kothekan.

c. Bendrong Lesung dari Banten
Kesenian Bendrong Lesung ini tumbuh dan berkembang secara turun-temurun di daerah Cilegon, Banten. Pada mulanya, kesenian ini merupakan sebuah tradisi masyarakat setempat untuk menyambut datangnya musim panen. Mereka membuat pertunjukan Bendrong Lesung sebagai wujud kegembiraan mereka terhadap hasil panen yang mereka dapatkan.
Pada awalnya kesenian Bendrong Lesung hanya dimainkan oleh wanita dewasa saja. Namun, sekarang juga dimainkan oleh para remaja laki-laki maupun perempuan. Kesenian Bendrong Lesung dimainkan oleh enam orang. Dengan penuh semangat mereka memegang alu dan menghentakkannya pada lesung tersebut secara bergantian sehingga menghasilkan nada yang unik. Saat memainkan alu tersebut pemain bergerak seperti menari mengelilingi lesung dengan menunjukkan ekspresi keceriaan mereka. Awalnya mereka hanya menari-nari kecil saja namun seiring dengan bertambahnya cepatnya tempo yang mereka mainkan, gerakan mereka juga mengikuti kecepatan tempo tersebut. Kesenian Bendrong Lesung diiringi oleh alat musik tambahan seperti bedug dan gendang.
Kesenian Lesung Alu Natuna
Kesenian Lesung – Alu merupakan kesenian tradisional masyarakat Natuna yang sudah ada sejak zaman penjajahan dimasa lampau. Pada masa lalu hampir diseluruh pelosok penjuru Natuna setiap hari terdengar bunyi lesung yang dibunyikan oleh ibu-ibu atau para bapak saat menumpuk hasil ladang seperti padi, jagung dan rempah-rempah masakan. Kegiatan menumbuk hasil ladang dilakukan secara bersama-sama dan disela-sela menumbuk hasil ladang mereka saling berbagi cerita disertai canda tawa tentang pengalaman hidup. Seiring berjalannya waktu kegiatan lesung – alu digantikan dengan alat-alat mesin canggih untuk menggiling padi dan hasil pangan lainnya. Untuk mempertahankan kegiatan lesung – alu masyarakat setempat mengubah fungsi lesung – alu yang awalnya dipergunakan untuk menumbuk padi sekarang menjadi kesenian tradisi daerah.
Salah satu seniman Natuna yang sampai saat ini masih melestarikan tradisi kesenian Lesung-Alu ini adalah Pak Sahminan atau yang sering dipanggil dengan sebutan Aki. Aki adalah lelaki paruhbaya yang masih aktif memainkan kesenian Lesung – Alu ini. Aki lahir di Desa Ceruk pada tahun 1962. Dengan usianya kini yang telah menginjak 55 tahun, beliau juga memiliki kelompok kesenian alu turun temurun dari keluarganya yang bertempat di Desa Ceruk, Bunguran Timur Laut. Beliau meneruskan kesenian alu ini pada tahun 1980-an dan anggota kelompok kesenian alu ini berasal dari anggota keluarga beliau. Menurut Pak Sahminan, kesenian alu harus terus dilestarikan sampai kapanpun, oleh sebab itu beliau mengambil anggota kelompok alu yang berasal dari keluarganya agar lebih mudah meneruskannya.
Kesenian alu yang dikelola aki kini telah dikenal di segala penjuru Natuna, bahkan kelompok kesenian alu yang berasal dari Desa Ceruk ini sering tampil di Kota Ranai pada saat hari-hari besar dan juga pernah tampil sampai ke provinsi. Meskipun telah dianggap terkenal, kesenian alu di Natuna ini belum banyak masyarakat yang mengetahuinya bahkan belum mengenalnya. Ini disebabkan karena kurangnya pengenalan masyarakat Natuna tentang kesenian alu ini dan kesenian alu ini juga jarang tampil didepan umum, kesenian ini hanya tampil ketika ada perayaan atau ketika pejabat tinggi daerah setempat memanggil kelompok seniman alu ini.
Menurut penuturan Pak Sahminan, kesenian Lesung-Alu ini terbentuk, bermula dari pesta panen rakyat dimasa lampau. Kesenian ini juga merupakan suatu gambaran suka cita masyarakat pada zaman dahulu atas keberhasilan memanen padi para petani. Selain itu, bermain alu pada zaman sekarang telah dipergunakan untuk mengisi hari-hari besar seperti perayaan atau bahkan hanya sekedar dimainkan sebagai hiburan.
Terbatasnya kegiatan yang bisa mempererat talisilaturahmi dimasa itu, menyebabkan, munculnya sebuah ide untuk menciptakan sebuah kesenian yang bisa mempersatukan seluruh masyarakat untuk saling bahu membahu dalam permainan kesenian alu ini khususnya pada waktu memanen padi. Oleh sebab itulah dalam permainan lesung-alu ini dibutuhkan 7 orang pemain, yaitu 3 orang dibagian dalam dan 4 orang dibagian luar. Hasil rangkaian suara dalam permainan lesung dan alu ini diambil dari suara kicauan burung, sehingga dalam permainan ini lebih identik dengan kicauan burung.
Alu adalah alat untuk menumbuk padi yang dibuat dari kayu. Bahan untuk membuat alu yaitu Kayu Ulin atau Belien dalam bahasa setempat (di Ceruk). Alu berbentuk kepalanya (bawah persegi empat, enam, atau delapan). Tetapi ukurannya lebih kecil dari bagian kepala. Sedangkan,Lesung adalah dasaran penumbuk padi yang ukurannya besar, berbentuk balok persegi panjang yang bagian tengahnya dicekungi cukup dalam. Lesungberbentuk bulat dan diberi lobang tempat padi, pada bagian atasnya ukurannya tidak sama.
Perbedaan ukuran ini menjadi tangga nada, kalau lesung itu dibunyikan (di tumbuk ke lesung). Warna dan ragam hias mengenai warna pada lesung adalah menurut warna asli yang ada pada bahan kayu tersebut. Lesung tidak perlu di cat, karena apabila dicat ada mengubah nada yang akan keluar dari lesung dan alu tersebut. Alu dan lesung terkandung beberapa lambang dan makna:
1. Hakikat alu adalah kemaluan laki-laki.
2. Hakikat lesung adalah kemaluan perempuan.
3. Batang alu yang bulat adalah batang kemaluan laki-laki.
Kepala dan bentuk (pangkal dan ujung) alu yang persegi mengandung makna:
1. Segi empat, empat penjuru mata angin.
2. Segi enam, enam penjuru mata angin.
3. Segi delapan, delapan penjuru mata angin.
Dalam memilih bahan harus dipilih kayu ulin atau belien. Kayu itu haruslah yang sudah tua dan tidak ada cacatnya.
Cara Pembuatan Lesung-Alu
Menurut Pak Sahminan cara membuat lesung-alu, adalah menebang pohon untuk mendapatkan kayu yang sesuai, kemudian kayu tersebut dibelah-belah menjadi balok dengan ukuran rata-rata 8 cm dan panjang 3 cm. Pekerjaan berikutnya adalah membakal, yakni membuat bentuk dasar dari lesung. Untuk lesungnya dibuat bakal sebesar pohon kelapa dengan ukuran rata-rata penampang 30 cm dan tinggi 45 cm. Setelah selesai membakal, kemudian diteruskan dengan membuat lesung dan alu menurut ukuran dan bentuk sebenarnya.Alu dibuat sebanyak tujuh batang dengan ukuran yang berbeda. Ketujuh alu tersebut juga mempunyai nama-nama tersendiri seperti Tum, Gan, Tau, Ginja, Nyangde, Lugom, dan Lunuk. Selisih alu yang paling kecil dengan yang paling besar sekitar 50 cm. Perbedaan besar persegi antara satu dengan yang lainnya antara 0,5 cm – 1 cm.
Fungsi Lesung-Alu
Lesung-alu dulu berfungsi untuk menyambut panen padi, agar masyarakat lebih bersemangat dan kompak. Tetapi, seiring berjalannya waktu, sekarang lesung-alu hanya digunakan sebagai hiburan untuk mengisi hari-hari besar. Permainan lesung-alu banyak yang menyukainya baik dari kalangan muda maupun tua, mereka ikut serta untuk memainkannya.
Cara Memainkan Lesung-Alu
Lesung-alu dimainkan oleh 7 (tujuh) orang yang masing-masing memegang sebuah lesung kemudian menumbukkannya ke dalam lubang lesung dan ada yang hanya menumbuk dibibir lesung.3 orang menumbuk ke dalam lubang lesung dan 4 orang menumbuk dibibir lesung, baik dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Yang harus dikuasai adalah tahu penempatan dan menumbuk lesungnya, supaya lesung tidak beradu dan serasi bunyinya. Kelompok bermain yang sudah berpengalaman otomatis akan tahu dapat gilirannya dan ia tahu berapa keras hentakkan yang harus dilakukan sehingga serasi dengan hentakkan yang lainnya.Dari besar kecilnya lesung serta dari tempat menumbukkan lesung itulah keluar bunyi serasi, semakin mahir bunyi mereka semakin merdu bunyi hentakan lesung itu. Pekerjaan itu dilakukan bergilir. Biasanya permainan lesung dan alu dimainkan oleh lelaki sama lelaki, perempuan sama perempuan tapi bisa juga campuran laki-laki dan perempuan. (Disiarkan RRI Tanjungpinang)