Kelarik sebuah desa di Kecamatan Bunguran Natuna. Desa diujung utara Natuna ini ramai jadi pembicaraan. Kelarik memiliki potensi karena di perairan Kelarik banyak menyimpan barang muatan kapal tenggelam (BMKT).
——————-
Akses jalan menuju ke desa ini sudah ada. Dulunya warga bepergian menggunakan kapal pompong. Keberadaan jalan ini sekaligus membuka isolasi daerah yang berada di utara Pulau Bunguran Besar ini.
Kelarik dulu dan kini tentunya berbeda, namun masih banyak yang sama. Eksistensi perkampungan tua yang berada pesisir utara Bunguran, di dekat pulau Seluan dan Selaut ini sebenarnya sudah lama ada. Kehidupan masyarakat pulau layaknya daerah-daerah lain di Natuna yang masih kentara.
“Kalau dulu kita ke Kelarik itu naik pompong lewat jalur laut ke Binjai, bisa sampai 5 hingga 6 jam baru sampai Desa Kelarik,” ujar Atok (58), warga asli Kelarik.
Ia menyebutkan, rasanya dulu tak pernah membayangkan kalau dari Ranai (ibukota Kabupaten Natuna) kini bisa jalan ke Kelarik lewat jalur darat. Paling 1,5 – 2 jam saja naik sepeda motor sampai. Tapi maklum aja debunya tebal karena jalannya baru dibuka, masih tanah. “Dulu mana ada jalan darat. Semuanya hutan,”ujarnya.
Rumah-rumah kayu papan bisa terlihat di desa ini. Kehidupan warga yang cukup bersahaja. Mereka hidup dalam tradisionalitas yang masih kental. Sebuah perahu pompong 6 GT nampak masih menunggu penumpang di salah satu dermaga rakyat.
Pagi itu, di atasnya sudah banyak warga yang duduk untuk menumpang. Perahu ini juga memuat beberapa sepedamotor. Moda transportasi seperti ini digunakan warga menyeberang antar pulau. Pemandangan yang tidak akan pernah dilihat di kota-kota besar.
Belakangan banyak orang datang ke Kelarik. Informasi di perairan Kelarik ada harta karun menyebar kemana-mana.Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di laut Natuna hingga saat ini masih saja ditemukan spot baru. Meski sudah banyak titik dijarah. Baru-baru ini spot BMKT tersebut kembali ditemukan di perairan Kelarik Natuna. Diduga nilainya sangat tinggi dibanding BMKT yang sudah ditemukan sebelumnya.
Bahkan terdapat perusahaan swasta berani membeli peta lokasi BMKT mencapai miliaran rupiah.
Lokasi BMKT yang baru ditemukan ini sangat menggiurkan. Meskipun belum diketahui Pemerintah, kini sudah ditemukan nelayan saat menyelam. Ketua Museum Sri Serindit Natuna, Zaharudin, yang juga pemerhati kelestarian cagar budaya di Natuna mengatakan, lokasi BMKT tersebut sudah diketahui nelyan di perairan Kelarik Kecamatan Bunguran Utara. Namun karena belum adanya penelitian, tidak diketahui pasti jenis armada yang tenggelam.
“Lokasi itu memang diincar kolektor dari perusahaan swasta. Sebelumnya mereka berani beli petanya miliaran rupiah kepada warga,”kata Zaharudin.
Menurut Zaharudin, dititik BMKT yang baru diketahui ini, ditemukan keramik-keramik. Namun nilainya jauh lebih tinggi dari BMKT yang pernah ditemukan.
Diperkirakan sambungnya, usianya sudah sangat tua. Bangkai kapal sudah ditumbuhi batu karang sekitar 8 meter. Dan perlu teknologi yang lebih canggih untuk
menggapainya.
Zaharudin mengatakan, penumuan BMKT di perairan Kelarik ini dikawatirkan sangat rawan pencurian. Karena menjadi buruan kolektor dan perusahaan swasta. Pemerintah Daerah perlu sigap dalam hal ini. Bahkan Zaharudi menilai, desas desus Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengangkat BMKT di Kelarik juga menghawatirkan. Karena Natuna punya museum, meski fisiknya belum selesai dibangun.”BMKT temuan baru ini memang berbeda. Tetapi apakah ini kapal nelayan atau kapal dagang belum diketahui. Yang pasti temuan muatan disekitarnya mencapai ratusan juta,”sebutnya.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar diminta turun ke lapangan untuk mengetahui potensi BMKT ini. Dikhawatirkan hal ini nantinya berpotensi menimbulkan masalah. Terjadi konflik antara masyarakat
dan orang luar yang datang ingin mengambil BMKT ini. (dbsb).