Ke Penyengat, Hilmar Lihat Naskah Kuno dan Dijamu Makan Hiu

0
389
Raja Malik. Yatim Mustafa dan Hilmar Farid (sedang memotret) naskah kuno koleksi Yayasan Kebudayaan Indera Sakti di Pulau Penyengat, Jumat (6/4) kemarin.

Belum ke Tanjungpinang namanya, kalau belum datang ke Pulau Penyengat. Pesona Penyengat juga  menarik perhatian Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid. Hilmar ke Penyengat, Jumat (6/4) pagi. Apa saja aktivitasnya di Pulau Indera Sakti itu?
———————-

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) itu datang ke Tanjungpinang dalam kegiatan lokakarya penyusunan pokok pikiran kebudayaan daerah (PPKD). Disela-sela waktu, ia memanfaatkan waktu untuk  menyambangi Pulau Penyengat. Kedatangannya ke Penyengat didampingi Kadis Kebudayaan Kepri, Yatim Mustafa. Ikut juga sejarawan Kepri, Aswandi Syahri yang ternyata sahabat lama Hilmar Farid saat mahasiswa dulu.

Sampai di Penyengat, rombongan disambut budayawan Melayu asal Penyengat, Raja Malik Hafrizal. Tak hanya berkeliling melihat peninggalan sejarah Kerajaan Riau Lingga di Penyengat, Hilmar juga diajak melihat buku dan naskah kuno milik Yayasan Kebudayaan Indera Sakti. “Beliau tak hanya berziarah, tapi kami juga berdiskusi tentang segala perkara yang berhubungan dengan kebudayaan  khususnya Pulau Penyengat. Ada Pak Yatim Mustafa dan Sejarawan Aswandi Syahri,”kata Raja Malik.

Hilmar juga singgah ke rumah keluarga Raja Malik dan disuguhkan makanan laut ikan hiu dimasak gulai berempah. Sejumlah lokasi situs sejarah yang ada di Penyengat juga didatangi Hilmar, seperti Masjid Sultan Riau, Istana Kantor dan juga singgah ke kantor Yayasan Kebudayaan Indera Sakti.

Sejarawan Aswandi Syahri nampak senang dengan kedatangan Hilmar Farid ke Tanjungpinang. Tak hanya mendampingi ke Pulau Penyengat, ia juga berdiskusi dan bernostalgia dengan Hilmar. Keduanya sudah kenal sejak tahuan 1990-an awal, saat masih kuliah. Aswandi kuliah di Jurusan Sejarah Universitas Andalas, sedangkan Hilmar kuliah di Jurusan Sejarah Universitas Indonesia. Aswandi sempat memberikan sejumlah buku yang ditulisnya ke Hilmar.

Di instagram-nya, Hilmar mengunggah sejumlah foto kunjungannya ke Tanjungpinang, termasuk ke Pulau Penyengat. Ia juga memposting fotonya berdua dengan Aswandi Syahri. Dalam postingan itu, ia menulis ‘sahabat lama sejarawan Aswandi Syahri dan karyanya’.

Selain ke Penyengat, Sabtu (7/4) pagi, Hilmar juga melihat sejumlah obyek wisata yang ada di Tanjungpinang, seperti Vihara Ksitigarbha Bodhisattva yang lebih populer dengan sebutan Vihara Patung 1.000 atau seribu wajah.n Ia juga mengunjungi sejumlah sejarah lain di Tanjungpinang*