Jurnalis Budaya

0
1418
Pernak pernik Imlek. foto:batampos.co.id

Andaikan ditanya adakah wartawan atau jurnalis di Provinsi Kepri yang spesialisasinya liputan budaya, jawabannya mudah. Nyaris tidak ada. Ini berbeda dengan wartawan yang sehari-hari spesialisasi berita ekonomi, pemerintahan atau pun spesialisasi berita kriminal atau hukum, jumlahnya berjibun.Kondisi Ini imbas dari halaman budaya belum jadi prioritas di media cetak yang ada. Berita budaya masih menjadi pemanis.
=========================================================

Tatkala Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri punya nahkoda baru bernama Toto Sucipto sejak awal Januari lalu, ia punya gagasan tentang jurnalis budaya ini. Ditempatnya bertugas sebelumnya di BPNB Jawa Barat, di sana ada komunitas forum wartawan peduli budaya. Toto pun menanyakan apakah di Kepri sudah ada komunitas seperti ini. Jawabannya belum ada. Pengalaman 10 tahun lebih jadi jurnalis di Kepri, penulis belum pernah mengetahui ada reporter yang ditugaskan kantornya khusus liputan budaya setiap hari.

Di Kepri, reporter dibagi atas wilayah atau tempat ‘ngepos’ atau mangkal. Misalnya, liputan di kantor Walikota, kantor gubernur, kepolisian, kantor DPRD dan ada juga khusus tiap hari mangkal di kantor pengadilan. Reporter ekonomi orangnya khusus pula. Ada juga reporter yang tiap hari khusus mencari berita olahraga. Cukup lama jadi reporter di lapangan, jadinya wartawan gado-gado. Bisa menulis berita hukum, ekonomi, olahraga, pemerintahan dan juga siap meliput berita budaya. Namun, tetap saja tak ada spesialisasi utama.

Saat ini media cetak yang terbit harian di Kepri ada enam, yakni Batampos, Tribun Batam, Sindo Batam, Haluan Kepri, Posmetro Batam,dan Tanjungpinangpos. Dari lima koran ini, awalnya Batam Pos yang halaman budayanya lebih mentereng. Setiaphari Ahad ada halaman khusus ‘Jembia’ yang murni halaman budaya. Dalam perjalanannya, Jembia yang awalnya terbit di Batam Pos berpindah dan terbit di Tanjungpinangpos. Rubrik-rubriknya menarik. Berisi puisi, cerita pendek, essai kebudayaan dan sejarah, termasuk juga tulisan sejumlah kolumnis yang namanya tenar di Kepri.
Tribun Batam dan Posmetro Batam setiap hari Ahad, tak ada rubrik budaya. Begitu juga Sindo Batam. Berita budayanya juga minim. Sementara, Haluan Kepri ada rubrik budaya hari Ahad, berisi cerita pendek dan puisi. Namun, dari tahun ke tahun nyaris tak ada perubahan perwajahan rubrik halaman budayanya. Tetap halaman hitam putih. Pendek kata, media yang ada di Kepri menganggap rubrik media belum menjadi sesuatu yang penting. Mungkin pertimbangannya dari segi bisnis. Rubrik budaya tak mendatangkan iklan yang besar ketimbang rubrik lain yang bernilai ekonomi tinggi. Lihat saja rubrik ekonomi atau pun olahraga, disediakan ruang yang besar.

Dari segi potensi, sejumlah nama jurnalis di Kepri yang pecinta sastra dan penggiat budaya. Ada yang penyair, cerpenis dan ada juga kritikus sastra yang jitu. Di Tribun Batam, Sebut saja Mairi Nandarson, cerpenis dan kartunis. Ada juga Alfian Zainal dan Ary Sastra yang telah pensiun jadi wartawan. Di Posmetro Batam ada Dobby Fachrizal, dulu ada Sultan Yohana, Andri Mediansyah, dan Baiq Desi. Di Sindo Batam, ada Abdul Hamid dan Yuri Bahasa Trisna. Di Haluan Kepri, ada Nofriadi Putra yang bermastautin di Daik Lingga. Dulu di koran ini juga nama Youngster Twin, penyair yang telah pindah ke Padang. Belakangan muncul nama jurnalis muda yang namanya sedang naik daun Fatih Muftih, jurnalis Batampos yang baru pindah kapal ke Tanjungpinang Pos. Di Batam Pos juga ada M Hasbi, pemusik yang juga penggiat budaya di kampung halamannya. Satu lagi wartawan dan penyair muda yang mulai muncul, Yoan S Nugraha.

Nah, kalau menyebut nama jurnalis Kepri yang paling top di dunia sastra Indonesia saat ini ada dua nama, Hasan Aspahani dan Ramon Damora. Hasan Aspahani yang orang Kalimantan itu multi talenta. Seorang wartawan, kartunis, penyair, cerpenis, esais, kolomnis dan juga novelis. Karya terbarunya, buku biografi penyair Chairil Anwar. Ramon penyair yang puisinya sering diterbitkan media cetak nasional. Baik Hasan dan Ramon keduanya malah lebih dikenal sebagai sastrawan ketimbang wartawan. Meski Ramon Damora jabatannya cukup mentereng, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri dua kali periode. Hasan dan Ramon saat ini sastrawan Kepri yang namanya paling bersinar dikancah sastra Indonesia. Setahu penulis, kedua nama ini memang ‘wartawan spesial’. Tak sempat mencicipi jadi wartawan gado-gado. Keduanya lebih lama menggawangi alias menjadi penanggungjawab rubrik halaman budaya.

Bercerita soal wartawan yang statusnya sastrawan, tentu takkan bisa melepaskan diri dari nama-nama wartawan senior. Ada nama Rida K Liamsi. Rida yang bos Riau Pos Grup itu juga seorang penyair, novelis dan kini menjadi penulis sejarah. Ada juga sastrawan Abdul Kadir Ibrahim yang sangat produktif menerbitkan buku. Ia lama menjadi wartawan Riau Pos sebelum jadi PNS dan kini jadi birokrat di Pemko Tanjungpinang. Ia lama menjadi wartawan Riau Pos sebelum jadi PNS dan kini jadi birokrat di Pemko Tanjungpinang. Sastrawan almarhum BM Syamsuddin juga pernah jadi wartawan di majalah Topik (Jakarta), menulis laporan-laporan daerah dari Riau di harian Haluan dan beberapa tahun sebelum akhir hayatnya sempat bergabung dengan harian Riau Pos di Pekanbaru. Almarhum Tusiran Suseno, sastrawan top dari Kepri lainnya lama berkarir sebagai pegawai RRI Tanjungpinang. Politisi Nasdem, Taufik Muntasir yang pernah memimpin Harian Lantang, seorang cerpenis dan penyair yang handal. Jangan lupakan penyair Tarmizi Rumahitam, mantan wartawan Lantang, Sijori Mandiri, kini namanya ada di box redaksi Harian Tanjungpinangpos.

Kita merindukan munculnya wartawan-wartawan muda yang tunak dibidang budaya. Wartawan muda yang namanya ngetop sebagai penyair, cerpenis, atau pun kritikus sastra. Media massa di Kepri juda diharapkan memberikan ruang atau space untuk rubrik budaya. Ruang inilah yang bisa dimanfaatkan mereka untuk berkarya.Ide membentuk Forum Wartawan Peduli Budaya juga bagus untuk merangsang para wartawan untuk berkumpul,
berdiskusi dan membedah persoalan-persoalan kebudayaan.**