Jadi WBTB, Bejenjang dan Tari Inai dari Kepri

0
396

Bertambah lagi dua karya budaya dari Kepri yang ditetapkan jadi warisan budaya takbenda (WBTB) Indonesia. Bejenjang dan Tari Inai lolos dan ditetapkan dalam sidang penetapan di Hotel Milenium, Jakarta, Selasa (22/8) kemarin.

Koordinator WBTB Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Hendri Purnomo mengatakan, Kepri yang terakhir sidangnya setelah tiga provinsi lain
diwilayah kerja BPNB Kepri, yakni Babel, Riau dan Jambi. “Alhamdulillah, dua karya dari Kepri lolos, Bejenjang dan Tari Inai,”kata Hendri, kemarin.

Bejenjang, upacara pengobatan dalam bentuk tarian di Desa Mentuda, Kecamatan Lingga. Tarian ini kondisinya hampir punah. Sudah jarang ditampilkan karena tak ada lagi tetua yang dalam upacara berperan sebagai dukun (pawang). Saat dukun itu masih hidup, tarian ini masih ditampilkan dalam mengiringi upacara berjenjang. Upacara ini gunanya untuk pengobatan melalui perantaraan dukun (pawang). Tarian ini fungsinya dalam upacara berjenjang yang gunanya untuk pengobatan. Tarian ini dibawakan satu orang yang berperan sebagai dukun (pawang). Orang ini menari dengan gerakan-gerakan untuk menyerupai orang untuk pengobatan.

Bejenjang memiliki dua unsur seni yakni tari dan musik. Unsur pendukung yang menjadi bagian penting dalam ritual tari pengobatan ini.
Tari dilakoni langsung sang Bomo dengan gerakan yang khas. Diiringi Musik yang dimungkinkan memiliki kekuatan magis lewat instrumentasi dan nada-nada yang dimainkan. Menjadi sarana pendukung kegiatan ritual. Pada upacara Bejenjang, instrumentasi yang digunakan yakni satu buah Gendang Panjang. Yakni gendang dua muka. Merupakan alat musik membranonofone. Sumber bunyinya dari kulit atau membran. Pemain gendang disebut Perentak dalam upacara ini.

Ada juga satu buah intrumen lain yakni Gong. Alat musik berbahan logam yang lazim terdapat hampir seluruh wilayah Nusantara dan Asia Tenggara. Instrumen ini masuk dalam kategori Idiofon. Dimana sumber bunyi berasal dari tubuh atau badan intrumen itu sendiri. Gong dimainkan menggunakan sebuah tongkat kayu pendek yang dipukulkan pada pencon atau puting Gong.

Selain itu juga terdapat dua orang yang menjadi vokal. Dalam ritual Bejenjang, vokal dikenal dengan istilah Pelagu. Orang yang membawakan atau menyaikan lagu.
Pada ritual ini tidak terdapat instrumentasi melodis. Melainkan hanya instrumen ritmis dibantu dua vokal yang membentuk sebuah harmony. Pola ritme yang dimainkan, yakni rentak 1/4 Silat dan motif Joget ala melayu. Dengan tempo cepat.

Sementara Tari inai adalah tarian sakral dalam pelaksanaan upacara pengantin masyarakat Melayu di Kepri, Jambi dan daerah Melayu lainnya. Tari inai dibawakan penari yang tampil menggunakan properti atau perlengkapan berupa lilin. Tari inai antara daerah Melayu satu dan lainnya berbeda baik ragam, gerak sampai property yang dibawakan. Di Jambi dibawakan berpasang-pasangan. Ada pula yang membawakannya secara tunggal.

Tari inai biasanya dibawakan malam hari setelah selesai Sholat Isya. Tari inai menjadi bagian penting dalam acara member tanda kepada pengantin. Gerak dalam tari inai memakai gerak level rendah. Geraknya bersumber dari gerakan silat. Tari inai pemainnya biasanya laki-laki dan biasanya maksimal jumlahnya tiga orang. Karya budaya ini masih hidup dalam keseharian masyarakat Melayu Kepri. Usai lebaran, sebagaian besar masyarakat Melayu melangsungkan acara pernikahan. Di mana, bulan setelah lebaran dianggap bulan yang baik untuk melangsungkan tradisi pernikahan, khususnya
bagi masyarakat Melayu Lingga dan pulau Singkep.**