Lembaga Pelestari Nilai Adat dan Tradisi (Pesilat) Tanjungpinang menyelenggarakan Festival Pantun Kepulauan Riau. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Senin-Jumat (24-28/10) di aula BPNB Provinsi Kepulauan Riau dan Mal Tanjungpinang City Center, Tanjungpinang.
Festival Pantun tersebut meliputi tiga kegiatan, yaitu bengkel pantun, konser pantun, dan pemberian penghargaan kepada maestro dan praktisi pantun di Kota Tanjungpinang. Kegiatan bengkel pantun dilaksanakan di aula BPNB Provinsi Kepulauan Riau, Senin-Kamis (24-27/10). Sementara konser pantun dibarengkan dengan pemberian penghargaan pantun diselenggarakan pada Jumat (28/10) di Mal Tanjungpinang City Center. Lebih kurang 50 siswa SMA/SMK dan mahasiswa dilibatkan sebagai peserta Festival Pantun Kepulauan ini.
“Kami menamai kegiatan ini bengkel, bukan workshop atau lokakarya, karena kami yakin adik-adik peserta ini sudah punya dasar pantun. Mereka hanya butuh sentuhan-sentuhan kecil saja”, papar Yoan S. Nugraha dalam sambutannya pada acara konser pantun, Jumat (28/10).
Konser pantun, demikian Yoan menyebutnya, sebagai upaya untuk menepis anggapan bahwa kegiatan pantun hanya terbatas pada kegiatan berbalas pantun seperti yang jamak dilakukan selama ini.
Kegiatan terselenggara berangkat dari rasa kegelisahan para pelestari dan praktisi pantun di Kota Tanjungpinang, terlebih pantun telah ditetapkan UNESCO pada 17 Desember 2020 sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) dunia. Maka, Indonesia sebagai salah satu negara pengusul berkewajiban untuk melestarikan pantun dengan berbagai cara.
“Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi merupakan wujud hadirnya negara negara dalam melestarikan kebudayaan-kebudayaan daerah”, tambah Yoan S. Nugraha yang juga seorang pelaku beladiri silat ini.
Festival Pantun Kepulauan Riau ini merupakan salah satu kegiatan yang didanai dari dana hibah program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2022. Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) ini merupakan salah satu bentuk dari Dana Abadi Kebudayaan Indonesiana yang dapat diakses oleh masyarakat umum.
Toto Sucipto mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan menyampaikan bahwa Dana Abadi Kebudayaan Indonesiana ini telah dilakukan sejak 2020.
“Mulai tahun ini bantuan-bantuan tersebut bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan kebudayaan saja, melainkan juga termasuk pemberian beasiswa S1, S2, hingga S3 bagi para pelaku kebudayaan. Tahun ini ada 6.000 pelamar beasiswa, yang lolos 300an orang”, jelas Toto Sucipto.
Juramadi Esram, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau dalam sambutan bercerita sebagai salah satu upaya melestarikan pantun, dirinya mempunyai grup Whatsapp yang setiap Jumat harus kirim pantun di grup tersebut. “Jika tidak kirim pantun dikeluarkan dari grup”.
Penghargaan bagi Maestro dan Pelestari Pantun
Pada kesempatan tersebut PESILAT juga memberikan penghargaan kepada dua orang maestro pantun, yaitu Ali Ahmad (Ali Pon) yang diberi gelar Pendekar Seri Negeri. Penghargaan juga dianugerahkan kepada Thamrin Dahlan yang diberi gelar Pendekar Seri Gading.
Selain kepada kedua maestro pantun di atas, penghargaan juga diberikan kepada pelestari-pelestari pantun yang usianya relatif masih muda. Para pelestari pantun tersebut adalah Ramli Muasmara, Alnaziran Syahputra, Barozi, Zainal, dan Almukhlis. Kepada para pelestari pantun tersebut disematkan gelar Pendekar Seri Serindit.***
(Jauhar Mubarok)