Diaspora Buton di Kepulauan Riau

0
2717
Taman di Pelabuhan Tanjungbuton, Lingga.

Di Pulau Lingga (Kepri), ada nama Pelabuhan Tanjungbuton. Di Siak (Riau) juga ada pelabuhan Tanjungbuton.Nama Pulau Buton juga ada di Bintan, Kepri. Komunitas Orang Buton juga banyak ditemui di sejumlah daerah pesisir Kepri, seperti Kawal (Bintan) dan Dabo Singkep.
=============================================
Istilah diaspora (bahasa Yunani kuno) merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka (wikipedia). Mengutip sejarawan Susanto Zuhdi (2014), Wilayah Butun (Buton) dalam arti kekuasaan kesultanan yang nyata adalah konstruksi kolonial baru pada abad ke-19.
Ia mencakupi pulau-pulau yang besar, yakni Buton (Butun), Muna, Kabaena, Kepulauan Tukang Besi (Wanci, Kaledupa, Tomea, dan Binongko),
dan yang kecil , yakni Tikola, Tobea Besar, Tobea Kecil, Mangkasar, Batauga, Siompo, Kadatuwang. Adapula wilayah kesultanan yang menyatu dengan jazirah Sulawesi (Tenggara) yakni Poleang dan Rumbia.

Orang Buton juga banyak melakukan pelayaran ke perairan Kepri mulai abad ke-16 dan meningkat pada abad ke-17 dan ke-18. Dikenal pelaut dari (kesultanan)
Butun yang berlayar ke Selat Malaka dan di perairan Kepulauan Riau. Hubungan Buton dengan Semenanjung Melayu cukup menarik. Dalam tradisi lokalnya, masyarakat Butun (Buton) menyimpan ingatan yang memberi keterangan bahwa Johor merupakan daerah yang sangat dikenal akrab. Ini dapat diketahui melalui kisah asal-usul berdirinya kerajaan Butun.
Disebutkan bahwa pendiri kerajaan ini adalah Mia Patamia (Siempat Orang) yang datang dari Johor pada awal abad ke-14.

Butun dan Johor mempunyai masa lampau yang dipertautkan – menurut historiografi tradisional – oleh hubungan genealogi yang mungkin sekali tidak dalam arti biologis.
Sumber lokal memberi petunjuk bahwa hubungan itu merupakan pertalian kultural. Johor dalam artian wilayah kekuasaan kesultanan ketika itu: Lingga-Riau-Johor.

Dalam buku Buku Nasionalisme, Laut, dan Sejarah (2014),Susanto Zuhdi menyebut ada sejumlah faktor orang Buton berimigrasi dalam konteks menyebar ke seluruh nusantara. Terbanyak ke Indonesia Timur, namun ada juga ke bagian barat. Faktor itu antara lain, keadaan geografis daerahnya yang tak subur dan letak Buton sangat strategis dalam lalu lintas pelayaran yang menghubungkan timur dan barat nusantara.  Dalam dunia pelayaran dan perdagangan, orang Butun memegang peranan penting sebagai pengangkut barang dapat anak buah kapal, termasuk pendayung yang cekatan. Ada dua akibat dalam gerak orang Butun di perairan Riau dan Selat Karimata: diukirnya nama Buton pada tempat atau daerah tertentu dan komunitas orang Buton di pesisir pulau-pulau kecil.

Nama Buton hanya mengingatkan bahwa dahulu pernah ada kegiatan orang Butun yang umumnya pembawa barang dengan perahu. Sedangkan jenis kedua meskipun tidak disebut sebagai nama tempat, orang Buton banyak mengambil peran sebagai nelayan, buruh atau pekerja di tingkat bawah di pulau-pulau di perairan Riau.Sebut misalnya masyarakat pesisir di Kawal Gunung Kijang yang berpenduduk orang berasal dari Buton. Tak hanya di Kawal, orang Buton juga banyak yang bekerja sebagai tukang becak di Pelabuhan Dabo Singkep. Buruh angkat pelabuhan di Dabo juga banyak orang Dabo, selain Bugis dan Melayu.**