Dari Gambangan Hingga Berdah, Seni Tradisi dari Muaro Jambi

0
3625

Kabupaten Muaro Jambi identik dengan kawasan percandian Muaro Jambi yang merupakan situs Hindu Budha terbesar di Indonesia. Tak hanya kaya potensi wisata sejarah, seni budayanya juga beragam. Beda desa, berbeda pula seni tradisinya.
=========
Kabid Kebudayaan Muaro Jambi, Zulkarnain menilai Kabupaten Muaro Jambi memiliki keunikan dibandingkan daerah lainnya di Provinsi Jambi. Banyak seni tradisi yang hidup di Muaro Jambi. Hal yang unik lagi beda kampung, beda pula tradisinya. Ia mencontohkan kesenian berdah tumbuh berkembang di Desa MUaro Jambi, di desa lainnya tak familiar. Di kampung sebelahnya, Desa Danau Lamo ada gambangan. “Di Muaro Kumpeh ada kuaw. Desa-desa yang berdekatan, seni tradisinya berbeda,”kata Zulkarnain, kemarin di Muaro Jambi.

Di Desa Danau Lamo, ada Komunitas Mahligai BUdaya yang melestarikan gambangan. Tak jauh beda dengan gambangan yang ada di Belitung. Alat musik gambangan terbuat dari bahan kayu. Ada lima sampai beberapa potongan kayu disusun berderet dan dimainkan dengan cara dipukul. “Pemukulnya dari kayu. Ujungnya dipasang pinang. Kayu untuk membuat gambangan kayu khas Muaro Jambi,”kata Maskur, pengurus Komunitas Mahligai Budaya.

Ia mengaku gambangan ini sudah ada turun temurun di Danau Lamo. Bedanya dulu gambangannya terbuat dari besi. Saat ini alatnya masih ada,  meski tak bisa dipakai lagi. Dalam penampilan gambangan ini juga ada alat musik lain tetawak. Gambangan dimainkan ibu-ibu dan ada penyanyi atau tukang lagunya. Lagu yang dibawakan bisa ada bahasa pantun, sindiran atau ratapan. “Kami berharap agar seni tradisi ini tak punah. Ini khas kampung kami,”ujarnya.

Menariknya mereka memiliki tempat latihan di dalam hutan dekat kawasan Percandian Mahligai. Ada balai-balai yang terbuat dari kayu dibuat untuk tempat latihan dan untuk sekretariat. Lokasinya asri di tengah hutan. Di dalam kawasan itu ditumbuhi berbagai pohon, seperti duku, nangka, karet, pisang, durian dan buah-buahan lain.

Berbeda dengan Danau Lamo dengan gambangan, di Desa Muaro Jambi hidup tradisi berdah. Kesenian berdah sangat digemari bahkan menjadi penanda orang berhajat dan berbudaya. Pada acara keramaian atau helat sunat Rasul, helat nikah kawin, hari-hari besar islam kesenian ini selau mendapat posisi utama. Coraknye sangatlah islami sebab syair yang dilantunkan berisikan riwayat junjungan nabi besar Muhammad SAW. Dan puja-puji dengan zikirullah.

Posisi bermain biasanya duduk bersila. Ketika berkisah  menceritekan riwayat Nabi Muhammad junjungan akhirul zaman sampai Medinah, semua pemain berdiri sebagai tanda pemberian hormat pada nabi. Alat musik Kesenian Berdah adalah rebana dengan diameter mulai 50 cm, belulangnya atau kulitnya dari kambing jantan, baluhnya dari kayu marabungkal, boleh juge dari batang nyiuk yang besar dengan capaian diameter kadang lebih dari 50 cm.
“Tak hanya tampil acara-cara di desa. Berdah dari Muaro Jambi ini juga sering tampil di Jambi kota. Pernah ikut kegiatan Kantor Bahasa Jambi,”kata Brata, penggiat budaya Desa Muaro Jambi.

Berdah sendiri di Muaro Jambi sudah ada sejak lama. Menurut Brata, ayahnya ikut bermain berdah sudah generasi keempat.”Harapan kami, kawan-kawan generasi muda juga mencintai berdah,”ujarnya.**