Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri melakukan perekaman atau pembuatan film dokumenter kesenian Rarak Godang Kuantan Singingi dalam Bulan Agustus 2019 ini. Perekaman dilakukan tim yang dipimpin Koordinator Peneliti Budaya BPNB Kepri, Sita Rohana M.Hum. Dalam perekaman mengandeng production house (PH) yang ada di Riau.
Di Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Acara Pacu Jalur merupakan event yang paling besar, dan musik yang di pakai untuk megiringinya adalah musik Rarak Godang. Kesenian Rarak Godang yang terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau yang alat musiknya terdiri dari 5 buah celempong, 2 buah gendang panjang bermuka dua, dan satu buah gong besar.
Alat musik ini ditampilkan tidak menggunakan syair namun hanya berbentuk musik instrumental. Walaupun kedengaran dari judul lagu-lagu tersebut mempunyai makna yang bersyair, hal tersebut hanyalah sekedar nama diberikan oleh pemusik untuk menentukan tingkah irama yang dimainkan.
Menurut Hamidy (2000), kesenian tradisional yang terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi diantaranya adalah: 1). Rarak Godang atau Rarak Jalur, 2). Rarak Gondang – Gondang, 3). Rarak Oguang Kenek atau Rarak Oguang Kociak (kecil), 4). Rarak Celempong Onom (enam), 5). Rarak Celempong Tingka. Rarak Godang atau Rarak Jalur adalah jenis rarak yang paling sering dimainkan dan dipertunjukan di daerah Kabupaten Kuantan Singingi, sedangkan Rarak Oguang Kenek atau Rarak Oguang Kociak (kecil), Rarak Gondang – Gondang, Rarak Calempong Onom (enam) yaitu jenis rarak yang sudah hampir punah.
Karakteristik Rarak Godang pada acara Pacu Jalur sudah terlihat dalam upacara mencari kayu jalur dan menurunkan jalur. Dalam upacara ini musik Rarak Godang berfungsi untuk memberikan kekuatan dan semangat kepada penduduk kampung. Sebelum acara menarik jalur, para penduduk melakukan acara mencari kayu (untuk bahan dasar pembuatan jalur).Kayu yang di cari adalah kayu puyung, kayu khusus untuk membuat jalur dan sekarang sudah mulai langka. Kayu ini berada di dalam hutan tertentu. Setelah keberadaan kayu puyung di temukan, maka diadakan ritual menebang kayu oleh dukun kampung dan prosesi penebangan kayu ini diiringi oleh alunan musik Rarak Godanguntuk memberi semangat dan kekuatan dalam menebang kayu puyung. (Hertati,2010).
Setelah kayu puyung di tebang lalu kayu ini di tarik (di arak) bersama – sama oleh masyarakatnya dengan diiringi alunan musik Rarak Godang sebagai penyemangat dalam menarik kayu dan sebagai pertanda kepada kampung bahwa kayu untuk pembuatan jalurnya telah ditemukan. Sesampainya di kampung kayu tadi diletakkan di tempat khusus yang telah disediakan oleh masyarakat setempat. Setelah kayu tadi diletakkan di tempatnya, para masyarakat secara bergotong royong mulai membuat jalur. Setelah jalur selesai dibuat jalur tersebut di diang terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jalur yang dibuat tadi menjadi padat dan tahan lama. Kemudian langkah terakhir penyelesaian jalur ini adalah dengan cara mengecat jalur dan membuat nama jalur.
Setelah semua prosesi diatas terpenuhi baru diadakan acara menurunkan jalur. Dalam prosesi acara menurunkan jalur ini baik tua maupun muda turut serta dalam acara ini. Ninik mamak (pemuka adat), urang tuo – tuo (orang tua – tua), kepala desa juga turut serta. Musik Rarak Godangdalam acara menurunkan jalur ini berfungsi sebagai penghimpun masa dan tari jalur sebagai hiburannya. Tari Jalur di tarikan oleh 8 orang bujang dan gadih. Jalur yang sudah jadi ini di turunkan ke sungai Batang Kuantan. Setelah jalur diturunkan ke sungaiBatang Kuantan maka resmilah jalur tersebut sebagai perwakilan kampung dan dapat didaftarkan untuk di ikut sertakan dalam acara pacu jalur.