BPNB Kepri Dialog Budaya Dengan Mahasiswa HI Umrah

0
289
Foto bersama di depan kantor BPNB Kepri usai kegiatan dialog budaya.

Kegiatan Dialog Budaya Bersama Komunitas dalam mengenalkan eksistensi Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri digelar, Kamis (1/11) di Perpustakaan BPNB Kepri. Banyak hal didiskusikan khususnya tentang kesejarahan dan budaya Melayu Kepri dengan Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Anastasia Wiwik Swastiwi P.hD selaku Koordinator Peneliti Sejarah BPNB Kepri menyebutkan, mahasiswa Hubungan Internasional (HI) juga harus memahami budaya lokal dalam memantapkan pemahamannya tentang jaringan global. Pada masa lampau, kawasan yang kini bernama Pulau Bintan menjadi pusat emporium yang besar. Kerajaan Melayu berpusat di Bintan setelah pindah dari Palembang. Pada masa selanjutnya, Kerajaan Johor Riau pusatnya juga di Pulau Bintan, tepatnya di Ulu Riau. Sampai berakhirnya Kesultanan Riau Lingga, pusatnya juga ada di Penyengat. “Artinya pada masa lampau, kawasan ini sudah maju. Harus bangga daerah ini pernah jadi pusat peradaban. Pusat kebudayaan,”kata Wiwik.

Dalam diskusi banyak pertanyaan dari mahasiswa. Diantaranya, soal sejarah Tionghoa di Tanjungpinang, cerita Silsilah Pemerintahan di Natuna pada masa lampau, hingga eksistensi Makyong dari Bintan. Anastasia Wiwik Swastiwi yang lulusan Doktor di Universitas Malaya ini menyebutkan, orang Tionghoa sudah ada di Pulau Bintan sejak Yang Dipertuan Muda Daeng Celak memerintah. Orang Tionghoa didatangkan dalam perkebunan gambir di Senggarang. “Pada awal abad 20. Tepatnya tahun 1902. Data dari Mely G tan, Peneliti LIPI. Jumlah orang Tionghoa di Tanjungpinang persentasenya terbesar diantara semua kota di Indonesia. Di sini orang Tionghoa dengan Melayu dan etnis lain hidup dalam damai,”ujarnya.

Mahasiswa HI Umrah juga diminta mencatat karya budaya yang ada di daerahnya masing-masing. Publikasi bisa melalui cara konvensional melalui menulis artikel di media massa atau cara simpel, menulis di instagram atau facebook terkait karya budaya. Lewat publikasi karya budaya itu, nantinya banyak orang mengetahui dan memahami keberagaman budaya yang ada di Kepri.

Dalam kesempatan ini, Dedi Arman dari Pusdok BPNB Kepri menjelaskan soal keberadaan BPNB Kepri yang dulunya bernama Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang. Lembaga ini sudah dibangun sejak tahun 1985 dan eksis dalam pelestarian kebudayaan Melayu. BPNB Kepri wilayah kerjanya membawahi Kepri, Riau, Jambi dan Babel. “Kami ini UPT kemdikbud. Dibawat Ditjen Kebudayaan. Fokus kami pelestarian kebudayaan Melayu. Kerjaannya banyak penelitian sejarah, budaya, perekaman film hingga internalisasi nilai budaya. Ada bioskop keliling hingga dialog sejarah,”kata Dedi. **