Kabupaten Bengkalis yang merupakan salahsatu kabupaten terluas dan tertua di Provinsi Riau kaya dengan tradisi budaya. Salahsatunya tradisi bawa hidang saat menyambut bulan suci Ramadhan.
Bawa hidang merupakan suatu tradisi membawa hidangan makanan oleh jemaah ke masjid atau musholla dalam menyambut bulan Ramadhan di daerah Bengkalis, Provinsi Riau. Tradisi ini bermula dari kebiasaan masyarakat Islam di Bengkalis di bulan Syaban atau biasa disebut bulan Kenasik (Kenduri Nasik) melaksanakan kenduri di rumah masing-masing dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Tapi, pada suatu ketika masyarakat mengalami sedikit kesulitan untuk melakukan kenduri ini, akhirnya diambil kata sepakat untuk membawa hidangan ke masjid atau musholla. Umumnya satu rumah membawa satu hidangan, tapi hingga menyambut bulan puasa tahun ini, masyarakat membawa paling sedikit 2 hidangan ke rumah, ada 3 bahkan 4 hidangan satu rumah.
Walaupun begitu, bagi yang tidak membawa hidangan juga akan ikut dalam acara ini sebab membawa hidangan bukanlah suatu paksaan. Setelah sholat Maghrib berjamaah dan pembacaan doa, acara yang biasanya digelar pada malam 1 Ramadhan ini dilanjutkan dengan Tahlilan, pembacaan doa selamat, dan lainnya serta doa buat kaum muslimin muslimat yang telah meninggal dunia.
Setelah selesai tahlilan, hidangan di dalam nampan atau dulang yang lengkap nasi beserta lauk pauknya segera disajikan buat hadirin, baik tua maupun muda, lelaki maupun perempuan. Satu hidangan akan duduk melingkar 4 orang jemaah menghadapi hidangan. Di dalam dulang cuma ada piring dan nasi hanya cukup untuk 4 orang saja.Makanan ini selain disantap para jema’ah rumah ibadah tempat acara digelar, juga akan disuguhkan kepada undangan yang merupakan jemaah masjid atau mushola daerah tetangga.
Arifin Arif , seorang imam masjid di Bengkalis menyebutkan, tradisi membawa hidang ini telah ada sekitar tahun 1940-an.
“Membawak hidang mase dulu tidaklah menjadi paksaan, bagi yang tidak mampu maka tak perlu membawanya,”kata Arifin.
Terdapat sedikit perbedaan tradisi membawa hidang zaman dulu dan sekarang. Dulu, umumnya lauk dalam hidangannya ayam kampung, atau daging lembu, ataupun ikan tenggiri segar dari Selat Bengkalis. Selain perbedaan ini, juga penggunaan rantang sebagai tempat makanan digunakan oleh jema’ah yang rumahnya jauh dari masjid. Kemudian, dulu belum ada air mineral, dan kalau hujan turun makan jalan becek tidak seperti sekarang ini. Penutup hidangan pula menggunakan daun pisang.
Secara umum perkara-perkara di luar ibadah boleh dilakukan asal di dalamnya tidak ada unsur-unsur yang bertentangan dengan syariat Islam. Termasuk dalam hal ini tradisi membawa hidangan ke masjid atau musholla atau diistilahkan kenduri bersama. Bagi mereka yang tidak berkemampuan mengadakan hidangan, cukup datang saja ke masjid atau mushola ikut sholat dan berdoa bersama.
Biasanya, hidangan yang terkumpul berjumlah 50-80an hidangan. Prakiraan jema’ah antara 200-300 an orang hadir dalam acara makan bersama ini. **